Tuesday 15 January 2013

#15 Penikmat hujan

Bendungan katulampa dibuka... mau tidak mau Jakarta harus terima apapun nasibnya atas air yang terkirim padanya. Sebuah konsekuensi atas siklus hujan lima tahunan dan pesatnya pertumbuhan gedung di kota ini namun tidak diiringi kepedulian lingkungan. Bom waktu yang akan meledak sebentar lagi. tidak pernah hilang.

Banjir kadang menjadi hal yang tidak bisa dihindari meski selama ini baik pemerintah dan masyarakat sudah berusaha menanggulanginya. Saya tidak pernah ambil pusing dengan adanya banjir. Macet itu dampak yang pasti. Saya bersyukur karena rumah saya tidak pernah kebanjiran.

Musim hujan tahun lalu saya masih di Pare, jadi tidak tahu keadaan kota ini. Sepertinya tidak separah ini banjirnya. Musim hujan saat ini mengingatkan saya akan musim hujan tahun kemarin... di Pare. Saat itu setiap sore saya harus bersepeda menuju tempat les writting di Elfast. Hanya sepeda transportasi yang ada. Saat itu, kalau hujan, saya hanya bisa pasrah... sedih... karena tidak bisa hadir di kelas writting yang selesainya jam 9 malam (2 sesi). Saya memang tidak punya jas hujan, tapi meski pakai jas hujan, pasti akan basah kuyup juga mengendarai sepeda itu. Dan saya hanya bisa menikmati hujan dengan hati yang galau (T_T)
Hari ini banjir menjadi pengalaman tidak biasa bagi saya untuk yang kedua kalinya. Pertama, saat saya kelas 2 SMA. Saat itu, kelas berakhir sore hari. Karena seharian itu hujan terus, ditambah malam sebelumnya hujan deras juga, alhasil kali cipulir meluap dan pasar cipulir yang sudah jadi langganan banjir pun tenggelam. Tidak ada yang bisa melewati tinggi air 1 meter. Berkali mencoba jalan lain ke barat, selatan, utara... tapi percuma, semua juga banjir. Akhirnya... saya dan teman2 terdampar di Jakarta gak bisa pulang. Bener2 pengalaman menarik :D

Nah ini sekarang yang kedua nih... Nunggu jemputan (55) udah 20 menit gak dateng-dateng. Ternyata 55 gak bisa keluar menuju ciledug raya. Akhirnya mas wid, sopir kami, pulang lagi ke rumahnya. Saya dan bbrp teman mencoba naik bis umum ke kantor... tapi, jalur yang biasa ditempuh gak lebih dari 5 menit ternyata harus ditempuh 1 jam! parah kan. Teman-teman saya akhirnya turun dari bis dan kembali ke rumah... dan aku? harus memperbaiki paper yang akan di submit hari ini. Berhubung leader saya sudah di kantor dan menunggu saya untuk diskusi revisi, jadinya mau gak mau saya harus ke kantor...

Perjalanan pun dilanjutkan, tapi... ini bener-bener parah banjirnya. titik banjir yang banyak bikin perjalanan ciledug-petukangan jadi 4 jam! padahal normalnya gak lebih dari 20 menit... akhirnya saya nyerah, soalnya percuma juga, itu nyampe kantor paling jam 3 sore kali... kepikiran juga soal paper itu. kalau bukan karena paper gak akan dibela-belain ngantor deh... mumpung deket kantor papa, akhirnya saya turun dari bis, dan pulang ke rumah bareng papa. Seumur hidup baru ngalamin macet separah ini :D

Lumayan juga melihat deretan mobil ke arah jakarta.
Hujan emang bikin macet... tapi bukan berati hujan itu menyebalkan. Hujan tidak pernah salah, yang salah adalah kita sang penikmat hujan, tidak pernah memahami bagaimana air hujan mengalir.
Kita masih harus belajar dan bertindak benar agar menjadi penikmat hujan yang baik :)


Tulisan #15 @30Haribercerita

No comments:

Post a Comment