Monday 27 January 2014

Pada akhirnya kita harus berdamai dengan realita

Hari ini mendapatkan tausiyah yang sangat berharga dari seorang kawan  (yang sebenarnya saya belum pernah bertemu dengannya) dari group Whatsapp Miftahul Wadud. Saya menuliskannya kembali dengan judul yang sama.
Setiap kita pasti punya impian. Setiap waktu kita berusaha untuk menggapainya. Penuh kesungguhan, penuh perjuangan, kadang penuh dg air mata

Impian itu lebih dalam dari keinginan. Sakit yg dirasa krn gagal meraih impian itu pun lebih "menenggelamkan" kesedihan kita dibandingkan keinginan yg gagal dicapai.. Impian itu melibatkan emosi.. Bahkan tak kadang prinsip dan idealisme hidup kita pun diselaraskan dg impian kita...

Tapi tak ada yg bisa menjamin bahwa yg kita impikan itu yg akan terjadi pada diri kita. Karena adakalanya impian yg kita anggap baik itu belum tentu bisa membawa kebaikan bagi diri kita. Kadang ada hal yg justru mungkin kita benci, malah itu yg terbaik untuk kita... Sejatinya manusia memang hanya bisa berusaha dan berdoa, mengenai hasil akhirnya ttp lah Allah yg berkehendak..

Jika yg dikehendaki-Nya tak seperti yg kita harapkan, sebagai org yg beriman pun kita tak boleh kufur atau menafikannya... Namun terkadang kesabaran yg terlalu dangkal, atau keluhan yg terlalu menyesak, sering kali membuat kita hanyut dlm kesedihan yg menyesakkan.. Dan byk yg terjebak untuk menikmati kesedihannya, bukan berusaha utk bangkit membangun impian yg baru di atas jalan yg telah ditapakinya...

Pada akhirnya kita memang harus berdamai dengan realita meskipun tak pernah terbayang bagi kita sebelumnya. Namun rasa damai, dan kelapangan itu lah yg mampu menguatkan kita utk ttp berdiri tegar dan kokoh menghadapi tantangan selanjutnya, dan seiring dg itu kita pun menemukan impian baru yg akan kita bangun di atasnya...

Semoga kita semua diberikan kelapangan hati utk menerima kenyataan dr usaha yg telah kita upayakan.. Aamiinn..

(ini catatan utk diri saya sendiri, diambil dr pelajaran berharga yg saya dapat dr seorang dosen yg saya temui hari ini... Berdamai dengan realita)

 Sebagai manusia, kita hanyalah bisa berusaha berproses dengan baik atas takdir-Nya. 
Di dalam proses tersebut kita pasti akan menemukan titik yang terasa sangat terjal untuk dilewati, tapi ternyata kita lebih kuat dari yang kita bayangkan.
Dan akhirnya pasti kita akan menyadari, seindah-indah rencana kita, jauh lebih indah rencana Allah untuk kita.

Semangat!

Wednesday 8 January 2014

Wisuda ke-2 (akankah?)

Di suatu  sore... setelah sidang tesis.

"Selamat ya mba liaaa... udah lulus S2 nya." 
"Alhamdulillah.. terima kasih ya."
"Kapan wisudanya?"
saya terdiam.. jujur selama ini saya tidak (belum) kepikiran tuk daftar wisuda. Yang saya pikirkan hanya lulus 1,5 tahun saja... maka ketika muncul pertanyaan ini saya cuma bisa nyengir sambil berkata:
"ha.. wisuda ya? gak tau ya kapan. Emang UI wisudanya bulan apa aja?" *sambil nyengir dan garuk2 kepala yang gak gatel*
"yah kayaknya sih setahun 2 kali ya... Lha mba lia ini gimana sih, masa gak tau kapan jadwal wisuda??" kata adik kelas saya itu. Bingung. Takjub.
"Oh.. saya belum pikirin ya wisuda tuh kapan.. Trus kalo mau ikut wisuda gimana ya caranya?"
"Huaaa... mba liaaa... gak mau ikutan wisuda ya??" Dia makin takjub.
"Ya... kayaknya sih pengen juga sih. Gimana caranya?"
Dan akhirnya dia menjelaskan step-stepnya dari awal sampai akhir untuk daftar wisuda beserta lokasi pendaftarannya....
"Oo... gitu ya. Hehehe... tar saya pikirin deh mau ikutan wisuda atau gak." 
Dia pun masih heran dengan ekspresi saya :D

Di suatu pagi keesokan harinya.

"Liiii.... selamat ya udah lulus. semoga ilmunya bermanfaat."
"Aamiin... terima kasih atas doa-doanya.."
"Jadi kapan wisuda?"
"ha.. eh... kapan ya..." jawab saya sambil nyengir.
Alhasil teman saya itu keheranan... "lha piye toh? emang gak ikut wisuda?"
Saya nyengir hehehe..

Jujur, wisuda untuk S2 ini saya merasakan tidak lebih dari sekedar ritual saja. Rasanya bedaaa banget saat wisuda S1 dulu...
Wisuda S1 itu seperti sebuah perayaan, ucapan terima kasih kepada orang tua atas jerih payah mereka hingga anaknya bisa jadi sarjana. Saat itu, rasanya banggaaaa banget bisa sampai tahap ini.
wisuda S1
Untuk wisuda S2 ini, saya belum bisa mengambil maknanya, untuk apa??
Kalau tujuannya untuk menyenangkan orang tua, mungkin saya akan daftar wisuda di tahap ini.

Saat itu, apakah Gaudeamus igitur masih mampu membawa rasa khidmatmu yang diiringi sedih, gembira, dan haru dalam ruangan itu?
Saat itu, adakah teman-teman seperjuangan yang menyambutmu dengan seikat bunga saat kau keluar dan berjalan di red carpet?
Saat itu, adakah adik-adik kelas yang mengejarmu untuk memberimu seikat bunga, sekecup cium, dan sebuah pelukan bahagia?

Mungkin momen-momen tersebut tidak akan terulang...
Tapi yang pasti akan selalu ada persembahan cinta untuk orang tua tercinta. Setulus hati. Dari saya.
"karena aku mencintai kalian seperti aku mencintai surga..."



Tuesday 7 January 2014

Sidang tesis

Harapan untuk kuliah S2 ini dalam 1,5 tahun saja alhamdulillah sudah hampir terlaksana... tinggal sedikit lagi mengayunkan langkah :)
Ini bukan hanya harapan... tapi sebuah tekad!

Dari awal tekad itu sudah terbersit dalam hati saya. Alasannya, berhemat uang dan waktu! 
Terutama uang sih, hehe... karena saya, alhamdulillah dengan rahmat Allah, bisa kuliah tanpa beasiswa dan tanpa uang dari orang tua. Jadi kalau saya bisa lulus dalam 3 semester akan menghemat 8 juta. Alhamdulillah Allah memberikan kemudahan bagi saya dalam menuntut ilmu, hingga sidang tesis bisa terlaksana dalam semester 3 ini.

Hari ini, 7 Januari 2013 bertempat di Ruang multimedia B, Dept. Teknik Elektro UI pukul 11 saya menjalani sidang tesis bersama 4 dosen (pembimbing+penguji). Rasanya... macem-macem...
Saya jadi teringat saat sidang compre di Departemen kimia dulu (S1). Jujur, yang saya rasakan sidang saat S1 dulu lebih berat dibandingkan dengan sidang S2 ini. Rasanya saat itu senaaaaang sekali saat dosen penguji mengumumkan saya lulus dengan nilai A. Segala lelah dan kesah penelitian 1,5 tahun terbayar sudah. 

Di sidang S2 ini, memang tidak langsung diumumkan hasilnya. Tapi dosen pembimbing saya memberitahu bahwa saya berhasil lulus dengan nilai A. Alhamdulillah... 
Meski sebenarnya saya merasa banyak sekali kekurangan dari riset saya ini dan terkadang bertanya-tanya apakah hasil riset ini layak dijadikan tesis... tapi dari sidang tadi saya mendapat masukan-masukan berharga untuk membuat tesis saya lebih baik lagi. Terima kasih kepada dosen pembimbing dan dosen penguji... Semoga kedepan saya bisa riset lebih baik lagi.

Rasanya tidak percaya bahwa sekarang saya sudah lulus S2. Menjalani kuliah sambil kerja begini membuat semuanya tidak terasa. Di sela-sela pekerjaan, saya harus tetap fokus untuk lulus 1,5 tahun sehingga saya harus bergegas menyelesaikan pekerjaan kantor agar bisa mengerjakan tugas-tugas kuliah juga belajar. Dengan segala aktivitas itu, semua terasa begitu cepat. Dan saya berusaha menikmati keduanya; pekerjaan di kantor dan kuliah saya beserta tugas-tugasnya. 

Mengenai sidang ini, saya sempat merasa belum siap. Tapi kata Pak DG (peneliti di kantor), "Kalau ditanya siap atau tidak siap, di dalam sidang dan ujian, gak ada orang yang siap ya.. Lia tenang aja. Kuasai aja apa yang Lia tulis di tesis, paling dosen nanyanya cuma di sekitar itu. Pengetahuan lain boleh lah dibaca... hanya sebagai tambahan. Jangan dibuat pusing. Kalau dosen sudah mulai bertanya ke arah yang diakuasainya (tapi lia tidak mengerti) coba tegaskan batasan pembahasan tesis lia. Supaya gak terjebak di "daerah kekuasaannya' coba bawa diskusi ke "daerah kekuasaan" Lia. Insya Allah... bisa ya." Wejangan yang sangat berharga dari Pak DG. Dan jujur, sangat menenangkan sekali :)

Alhamdulillah salah satu ketenangan saya bersumber dari doa-doa orang tua dan teman-teman (baik teman yang saya kenal maupun teman yang tidak saya kenal langsung).
Ya, segala literatur telah dikaji dan segala hal telah didiskusikan. Namun semua terasa kurang tanpa doa dari orang tua dan teman-teman semua....

Saya ucapkan terima kasih kepada orang tua saya dan teman-teman semua yang telah mendoakan untuk kelancaran sidang ini. Jazakumullah khairan katsiran...

Kalau ditanya apa yang akan saya lakukan setelah lulus S2 ini, maka akan saya jawab:
Saya ingin belajar lebih banyak lagi, 
riset lebih baik lagi, dan 
kerja lebih semangat lagi. 
Keep on fighting!
 
Berharap semoga ilmu yang saya dapat selama S2 ini berkah dan bermanfaat untuk umat. Aamiin...


Next step: Revisi draft dan mendapat surat kelulusan resmi.