Monday 29 August 2011

Itikafku tahun ini dan nanti


Seperti dua malam sebelumnya, kali ini beliau juga tidak muncul untuk mengisi QL dan muhasabah pada itikaf kali ini. Penasaran, itu yang saya rasakan. Meski ustadz penggantinya (Ust. Budi Hasibuan, Lc.) tidak kalah bagus dengannya, tapi tetap saja penasaran, terlebih lagi ada pengumuman dari panitia bahwa salah satu ustadz yang mengisi acara pada malam itu baru saja meninggal dunia sehari sebelumnya... innalillahi wa inna ilahi raajiuun...

Ketika bincang-bincang dengan Bu Husni, "Ustadz ibnu jarir kemana ya bu?" tanyaku padanya yang beritikaf dari malam ke-21.
"nggak tau... saya juga nunnggu-nunggu, tapi gak ada ya tahun ini. apa meninggal ya..." katanya resah.
"masa sih bu?" tanyaku tidak percaya
"itu semalam ada pengumuman ustadz yang meninggal..." katanya (unsure).
"heh? itu bukannya ustadz pengisi kajian bada tarawih ya..." saya masih gak percaya....
tapi katanya kemudian, "nanti saya tanya temen yang rumahnya sedaerah dengan beliau deh..."

Bagi saya, sungguh menyedihkan jika prasangka tersebut benar. Kehilangan ustadz, ulama sungguh sebuah hal yang lebih dari kata menyedihkan. Bukan hanya tak akan berjumpa dengannya lagi, bukan hanya tak dapat mendengarkan nasihatnya lagi, bukan hanya tak dapat transfer semangat darinya lagi, tapi karena jika ulama telah wafat maka musibah akan muncul. Seperti yang telah dikatakan Rasulullah SAW,

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia (Allah) mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang ulama pun (diwilayah itu), maka orang-orang mengangkat ulama dan sesepuh dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (Shahih Bukhari)

Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan, semakin Allah panjangkan usia para ulama’ kita, musibah akan semakin menjauh.

Beberapa saat kemudian, Bu Husni mendekatiku sambil menunjukkan sebuah sms yang menyatakan bahwa Ust. Ibnu Jarir sedang ada tugas dakwah di Australia (dari sumber yang dapat di percaya). Kamipun tersenyum bahagia, Alhamdulillah...

Mengenai itikaf tahun ini, masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, saya hanya bisa datang ke Masjid At-Tin ini hanya pada malam-malam ganjil (23, 25, 27, dan 29 Ramadhan). Iri juga sebenarnya dengan teman-teman yang beritikaf full sepuluh hari terakhir Ramadhan ini. Saya merasa rugi karena belum bisa memanajemen diri dari kesibukan duniawi hingga itikaf 10 hari terakhir saja belum bisa saya laksanakan seumur hidup saya.

Padahal saya sudah punya komunitas itikaf At-Tin yang selalu siap berbagi selama menjalankan itikaf ini, ukhuwah yang terjalin lima tahun ini sangatlah indah. Seharusnya ini menjadi sebuah penyemangat jiwa bagi saya untuk fokus beritikaf 10 hari terakhir ini, padahal tidak ada yang menjamin bahwa saya akan bisa bertemu dengan Ramadhan tahun depan...

******

Meninggalkan At-Tin ini dengan harapan akan bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan dalam keadaan yang lebih baik, tanpa kekurangan apapun, tanpa kekurangan siapapun...

Sebuah tekad bahwa tahun depan saya harus berusaha segenap jiwa dan raga untuk beritikaf full 10 hari terakhir dan bisa mendapatkan lailatul qadar. Semoga Allah memudahkan dan mengabulkan permintaan ini...

Taqabbalallahu minna wa minkum, Semoga Allah menerima ibadahku dan ibadahmu. Semoga aktivitas ibadah kita di bulan Ramadhan ini bisa mengantarkan kita menjadi pribadi yang bertaqwa...

Jazakumullah khair kepada Tia, Bu Husni, Mba ida, Betty, Velia, Herlin, Septi, Anah, Faridha, dan Auline yang telah beritikaf bersamaku.... Semoga kita berkesempatan itikaf lagi Ramadhan tahun depan


Thursday 25 August 2011

Jadilah Manusia yang Tenang

Jadilah Manusia yang Tenang...
Tenang adalah satu dari sekian banyak karakter kesuksesan.
Tenang adalah ekspresi dari kepribadian yang kuat dan solid.
Tenang adalah simbol bagi seorang manusia yang sadar (ngeh) dan maju (bukan kampungan).

Kebalikannya seratus delapan puluh derajat.
Seorang manusia yang berang (marah besar) oleh penyebab yang remeh temeh,
bereaksi secara berlebih terhadap urusan yang sepele,
adalah ekspresi dari seorang manusia yang lemah kepribadiannya,
lemah akalnya dan lemah kemauannya.

“Sesungguhnya, kedudukan hikmah (kebijaksanaan, wisdom) seorang manusia yang paling tinggi adalah pengetahuannya dalam mengarungi berbagai situasi dan kondisi dan kemampuan menciptakan ketenangan dan ketenteraman dalam internal dirinya, meskipun banyak badai menerjangnya dari luar”.

Pakar psikologi berkata:
Sesungguhnya, manusia yang marah oleh penyebab yang remeh temeh adalah seorang manusia yang ringkih. Persis seperti pohon yang lemah, sedikit hembusan angin mempengaruhinya.

Adapun seorang manusia yang kuat, ibarat pohon yang kuat; di mana pokoknya kokoh, cabang dan dahannya menjulang ke angkasa. Akar-akarnya menghunjam jauh ke dalam bumi, sehingga, hembusan angin yang kuat semakin membuatnya tegar dan kokoh.

Dan seorang manusia yang tenang adalah, manusia yang mampu meraih simpati dan hati orang lain, mampu mendapatkan kekaguman mereka.

Oleh karena itu, dalam hal ini, ada peribahasa lama mengatakan: “Satu tetes madu dapat menjerat lalat, jauh lebih kuat kemampuan jeratannya dibandingkan dengan satu drum empedu”

Demikian halnya dengan manusia.

Jika engkau bermaksud meraih simpati orang lain, maka, pertama kali pastikan bahwa engkau adalah temannya yang tulus. Ketulusan ini ibaratnya adalah satu tetes madu yang menjerat hatinya. Itulah jalan satu-satunya untuk meraih hatinya. Sikap tenang, dengan seluruh makna yang dikandung olehnya, mampu membuat banyak keajaiban dan pengaruh terhadap jiwa yang keras sekalipun.

Jadi, jadilah manusia yang tenang saat berinteraksi dengan orang lain.
Pergunakan kebijakanmu terhadap orang-orang yang berbuat buruk kepadamu.
Berbicaralah dengan kosa kata yang mengekspresikan kecintaan dan ketenangan.
Hal ini adalah jalan terpendek untuk meraih hati orang lain.
Mendapatkan kekaguman mereka dan jalan menuju sukses.

Caranya: tenang .. logis dalam menjalin hubungan .. dan ikuti kehidupan pada umumnya atau lazimnya.


*copas tulisan Ust. Musyafa Ahmad Rahim, Lc, sumber: Dakwatuna*

Monday 22 August 2011

Mundur mundur belok


Harusnya kursus ini berakhir dalam satu bulan. Namun karena Ramadhan kali ini saya punya aktivitas baru yang memerlukan penanganan khusus, maka saya tidak bisa datang full kursus di hari sabtu dan minggu. Kadang seminggu hanya sekali, kadang malah dua minggu sekali. Wajar saja saya dapat peringatan dari instruktur. Sejatinya dalam belajar stir mobil ini, harus kontinue dan waktunya jangan putus-putus, agar feel-nya tidakhilang dan tekniknya tidak lupa. Karena walau bagaimanapun praktik tidak bisa mengalahkan sehafal apapun kita tentang teori tersebut.

Minggu ini saya mengambil jam kursus hari sabtu dan minggu. Awalnya saya berniat untuk menghabiskan seluruh jam yang tersisa dalam bulan Ramadhan ini, tapi saya tidakpunya pilihan. Itikaf lebih penting bagi saya. Untung saja instruktur maklum adanya. Kebetulan tempat kursus juga libur dari tanggal 24 Agustus - 7 September 2011. Jadi saya akan meneruskan pelajaran ini setelah idul fitri.

Terakhir praktik, saya menggunakan mobil Xenia hijau lagi. Masih dengan pelajaran Belok, menanjak, dan ada satu yang baru, yaitu mundur dan menikung/ belok. Untukpelajaran terakhir ini lumayan pegel, maklum mobilnya agak lama jadi koplingnya keras. Praktik mundur-menikung ini saya lakukan selama 45 menit! karena saat itu saya kebagian urutan terakhir praktik,kebetulan saya dan instruktur juga laginyantai, jadi bisa lebih lama latihannya. Kalo dihitung-hitung saya menghabiskan waktu 1,5 jam sendiri untuk latihan (padahal jatahnya 1 jam), puaaaas bangeeeeet! apalagi pulangnya dibeliin es kelapa muda sama instruktur buat buka puasa, hehe.

Mundur-Belok:
1) Injak kopling habis, pindahkan gigi ke gigi R.
2) Mundurkan mobil hanya dengan menggerakkan kopling sedikit,
# Caranya:  injak kopling habis, angkat kopling sekuku, tahan biarkan mobil merayap, injak lagi sekuku, tahan.

# Mata selalu lihat ke spion.
# Perhatikan: Mundur mobil harus diusahakan lurus segaris dengan trotoar.
# Jika pantat mobil sudah sampai di ujung jalan atau kurang sedikit dari ujung jalan tempat parkir maka Injak kopling.
3) Putar stir mobil 2 x ke kiri/kanan (putar habis).
4) Angkat kopling sekuku.
5) Mobil luruskan (ban luruskan) dengan cara putar balik stir 2x putaran ke kanan/kiri (kebalikannya).
6) Mundurkan lagi mobil sedikit agar mobil menjadi lurus (segaris dengan trotoar).

Jika sudah lurus, berhentikan mobil ketika mundur:
1) Angkat gas
2) Injak kopling habis
3) Injak rem perlahan-lahan

Aplikasi teknik mundur-belok ini adalah untuk parkir di masuk ke halaman rumah atau parkirdi mall *perlu banget tuh pastinya*

Friday 19 August 2011

Uang Receh Lebaran


Lebaran yang tinggal beberapa hari lagi ini semakin semarak aja. Salah satunya adalah penyediaan uang receh buat bagi-bagi ke adik-adik, sepupu, dan anak tetangga. Anak-anak tersebut sangat senangmenerima uang yangmasih baru, apalagi kalo jumlahnya banyak, hehe *pengalaman masa kecil*

Di kantor kebetulan lagi booming tuker uang receh baru. Berawal dari seorang teman yang menawarkan jasa tuker uang secara gratis maka saya dan teman-teman langsung menyambut tawarannya dengan mantap, karena males aja tuker di bank yang biasanya harus pesan dahulu untuk jumlah tertentu


Melihat uang baru yang segar-segar ini seperti melihat jus strawberry di siang hari yang panas *lebay mode on*

Tapi emang gak bisa disangkal, memegang uang baru yang masihrapi tanpa lecek lebih menyenangkan, sampai akhirnya tibalah saat melepas uang-uang tersebut....


Thursday 18 August 2011

Penggugah Semangat Jiwa…


Imam Hasan Al-Banna pernah berpesan, kalian tidak akan terkalahkan karena sedikitnya jumlah kalian, lemahnya sarana dan kurangnya alat-alat pendukung, atau karena banyaknya musuh kalian, berkumpulnya musuh-musuh menentang kalian. Mengapa…? Karena walaupun semua isi bumi ini berhimpun menjadi satu memusuhi kalian, niscaya mereka tidak dapat membahayakan kalian kecuali apa yang telah ditentukan Allah kepada kalian.

Tetapi ada satu sebab yang dapat menghancurkan kalian, dan menyebabkan kalian kehilangan segala-galanya yaitu, JIKA HATI KALIAN TELAH RUSAK, Allah tidak memperbaiki amal kalian, suara kalian telah terpecah belah dan saling bertentangan pendapat. Sebaliknya selama kalian bersatu, selalu menghadap Allah SWT, senantiasa mengikuti dan taat kepada-Nya, berjalan sesuai dengan manhaj yang diridhai-Nya, kalian tidak akan pernah merasakan lemah dan hina. Jadilah kalian sebagai umat yang paling tinggi. Allah akan selalu bersama kalian dan tidak akan menyia-nyiakan amal serta usaha kalian.

Subhanallah, pesan yang begitu mengena. Lemahnya semangat pasti senantiasa menghampiri kita, itu adalah hal yang biasa, yang luar biasa adalah, jika kita sadar, kemudian bangkit, dan tidak memberikan tempat sedikit pun pada setan untuk terus menggoda….

Satu lagi penggugah semangat jiwa, amat khusus untuk jiwa lemah seperti saya. Ku bersimpuh di halaman Allah, kusujudkan wajahku pada debu-Nya, tidak bisa ku sembunyikan hatiku dari pandangan Allah, tidak bisa, tetap ku ingin kembali pada-Nya….

Mulanya ku anggap mudah perjalanan ini. Dengan idealisme khas seorang remaja, kusambut hangat uluran tangan mereka yang ramah mengajakku. Pada awalnya, aku belum memahami sepenuhnya arti perjalanan ini. Begitu pun arti perjumpaan dengan Yang Maha Agung, yang konon merupakan puncak kebahagiaan manusia.

Agaknya kekurangpahaman ini menyebabkan banyaknya rekan seperjuangan ku yang mengurungkan niat. Atau mereka segera merasa letih, atau memilih jalan lain yang tampaknya lebih menjanjikan kemudahan. Namun aku tiada terganggu. Sementara jalan di hadapan ku semakin menanjak dan menyempit. Dan waktu pun terus berlalu…Aku dan lainnya terus melangkah terseret-seret. Hampir seperempat abad usiaku aku habiskan di jalan ini. Dan kini makin kupahami tabiat jalan yang telah kupilih.

Entah sudah untuk yang keberapa kali lutut ini bergetar. Nafas pun mulai tersengal. Kadang kujumpai seseorang berdiri di tengah jalan. Ia tampaknya tidak menyukai kehadiranku. Tapi aku harus melewati jalan itu. Dengan segenap kemampuan kuhadapi ia. Terkadang saudara-saudaraku tinggal diam, membiarkan ku berkelahi sendirian.

Entah berapa kali sudah aku tersungkur. Orang bilang aku terlalu ringkih untuk menuntaskan seluruh perjalanan. Tapi aku tidak mau peduli. Masih pekat kepercayaan ku, Ia yang akan kujumpai di sana senantiasa akan memberikan kekuatan gaib-Nya kepadaku.

Kini di hadapanku berdiri angkuh tebing terjal. Tanahnya coklat basah. Ada jalan setapak. Di pinggirnya ada semak-semak liar, yang menatap kami dengan masam. Sementara dari sudut mataku, dapat kutangkap adanya jalan lain yang jauh lebih mudah. Tak ada tanah licin yang menantiku tergelincir. Tak ada semak yang mengejek. Jalannya pun lapang dan teduh. Tapi aku tak mau menatap jalan itu. Kupertajam tatapanku ke arah tebing angkuh tadi. Samar dapat kulihat jejak-jejak kaki orang-orang sebelumku. Namun terkadang tak kulihat adanya jejak sama sekali.

Dan babak baru perjalanan pun kami mulai. Setiap langkah harus diperhitungkan dengan cermat. Salah pijak, hampir pasti akan tergelincir. Terpaksa kuakui kalau nyali ini agak menciut. Namun kututupi sedapatnya. Akupun harus melangkah naik.

Ah…seorang saudaraku tegelincir, tepat di sebelah ku! Kuulurkan tangan menahan lajunya. Tapi terlalu berat. Dengan pasti aku turut terseret. Namun ia tidak berusaha untuk turut naik. Sementara pijakanku pun semakin tak pasti. Dengan berat kuputuskan untuk melepaskan peganganku. Ia mengerti, ia ingin segera menuju jembatan yang memisahkan jalan kami dengan jalan lain yang lebih ramah, walau entah menuju ke mana….

Bahkan sempat kudengar kabar, terhentinya perjalanan salah seorang saudaraku yang dulu turut membimbingku melewati masa-masa awal perjalanan. Dan semakin banyak saja yang mengikuti jejak mereka!

Di setiap jalur yang kami tempuh, ada tempat-tempat peristirahatan sejenak. Tempat kami melepaskan segala keluh kesah dan keletihan. Biasanya Ia akan menurunkan pembantu-pembantu-Nya untuk menghibur kami, orang-orang yang mendambakan perjumpaan dengan-Nya. Di sini aku biasa menangis sejadinya. Menghimpun keberanian, guna melanjutkan langkah.

Rabbku, telah kupenuhi panggilan-Mu, membawa tubuh ringkih ini melewati jalan yang Kau kehendaki. Telah kucoba melepas segenap yang aku mampu untuk mengatasi beratnya medan yang menghalang. Telah coba ku atasi sedapatnya panasnya hari-hari kulewati.

Namun ampuni aku ya Rabbi. Betapa seringnya hamba tertegun ragu, untuk melanjutkan perjalanan yang panjang ini. Semuanya memang dikarenakan kelemahan hati ini yang masih saja berharap mencicipi kenikmatan duniawi.

Kini pun hati yang peragu ini masih diguncang gundah. Akankah Kau terima buah karya tangan lemah ini? Akankah Kau hargai, apabila saat ini hatiku masih juga mengharapkan wajah lain selain wajah-Mu? Jika masih juga kunanti senyum lain selain senyum-Mu? Juga masih kudambakan pujian selain dari pujian-Mu? Betapa semakin berat persangkaanku akan kesia-siaan amalanku, jika kuingat Engkau Maha Pencemburu!

Ada kudengar jalan lain yang jauh lebih sulit dari yang kini kutempuh. Orang-orang yang melewatinya adalah orang-orang perkasa, dengan nyali melebihi singa. Mereka mempertaruhkan segalanya, hatta nyawa sekalipun. Mereka meyakini dan merasakan, meregangnya nyawa dari jasad justru mempercepat perjumpaan mereka dengan sang Kekasih.

Ada terpikir olehku untuk melewati pula jalan itu. Namun aku cukup arif untuk menyadari, betapa diri ini tak layak disejajarkan dengan mereka. Siapakah aku ini, dibandingkan mereka yang senantiasa bersimbah peluh dan debu, untuk membuktikan kecintaan kepada–Nya? Betapa lancangnya aku mengukur diri dengan mereka yang menghabiskan malam-malamnya dengan sujud tersungkur, mengharapkan ampunan dan cinta-Nya. Dan aku pun harus bersabar…..

Kupandangi tanah datar di hadapanku. Di salah satu sisinya ada lembah yang terus menyatu dengan kaki gunung. Perlahan kudengar gemericik air kali. Kuseret langkah ke sana. Gemericik suara dedaunan dan teriakan serangga ilalang menemani kesunyianku.

Kulepas alas kaki. Hati-hati kumasukkan kaki ke beningnya air. Terus menuju ke tengah-tengah arus. Kuresapi dan kunikmati kesejukannya. Kuusap wajah dan kepala, dan segera kurasakan kesegaran yang luar biasa. Selanjutnya aku telah tertunduk di sebongkah batu besar di tengah-tengah kali.

Sejuta pikiran dan angan bersatu di benakku. Perjalanan panjang telah mengantarkanku kemari. Kuharap kesunyian tempat ini dapat meneduhkan gejolak panas di benakku.

Tapi sampai berapa lama aku berada dalam kesunyian seperti ini. Gunung diam di hadapanku justru mempertebal kebosananku. Kicauan burung yang ramai pun tak mampu menembus kekosongan hatiku. Kulihat sekelilingku… Sepi…

Aku harus segera berlari, kembali ke rombongan. Pesona tempat ini ternyata tak mampu mengobati hatiku yang sunyi. Aku harus bergabung bersama mereka, kembali melintasi semak berduri. Seraya terus menetapkan angan, akan suatu peristirahatan abadi. Akan suatu taman yang rindang, yang kaya dengan aneka buah, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai……

Ya Rabbi, walau berat kurasa, tetapkanlah kakiku di jalan dakwah ini…….. selamanya……

 Maraji’:

  1. Ibnu Ibrani, di majalah Islah
  2. Syaikh Musthafa Masyhur, Al-Qiyadah wal Jundiyah
Sumber: dakwatuna

Pita Biru untuk Ibu


Hari ini masuk ke gerbang kantor dengan bingkisan berpita biru.

Bingkisan cantik yang terdiri dari tiga jenis kue ini adalah surprised gift untuk seluruh anggota jemputan 55.

Saya dan teman-teman lain benar-benar tidak menyangka akan dapat bingkisan seperti ini. Meski mungkin tidak banyak, tapi kami bahagia sekali. Ini adalah salah satu bentuk ucapan selamat Idul Fitri dari pengurus 55 (meski masih lebih dari 10 hari lagi). Awalnya dana ini akan digunakan untuk buka puasa bersama jemputan 55. Karena yakin tidak akan hadir semua (tentunya bagi yang sudah berumah tangga akan mengutamakan berbuka bersama keluarga), maka pengurus menjelmakannya dalam bentuk lain, sehingga semua orang dapat.

Padahal baru kemarin sore saya membicarakan kue lebaran dengan ibu. Eh, tidak disangka hari ini dapat kue cantik. Kue yang telah membuat kami bahagia ini akan saya persembahkan untuk ibu. Semoga suka :)


Aaah.. kejutan manis di pagi hari.
Yang membuat saya tidak bisa memejamkan mata sepanjang perjalanan.
Yang membuat isi bis ini dipenuhi tawa keceriaan.
Meski mungkin nilainya tidak seberapa, tapi kami sangat bahagia.
Pagi yang Indah...

Bravo buat pengurus 55!
Keep ukhuwah ^____^

Monday 15 August 2011

Helipad


tapi lebih kelihatan kayak orang mau bunuh diri.

Ini kedua kalinya saya menyusup ke atas lantai 24 gedung ini.

Pertama dengan winda, dikawal satpam. waktu itu siang hari dan anginnya kenceng buanget, kita hampir terbang. Pak satpam pun bersikeras meminta kami turun (takut kami terbang terbawa angin, hehe).

Yang kedua ini bareng keluarga cemara plus para sobat keluarga cemara. Iseng aja sebenernya, mumpung ada yang bawa kamera pro-summer (gilafoto banget gak sih kite..). Kali ini masih pagi (sekitar jam 9 pagi) jadi anginnya tidak terlalu kencang dan mentari belum begitu terik.
Foto-foto ini diambil pake kamera prosummer yang settingannya asal plus kamera Sony Ericssons W20.

Semoga foto-foto ini bisa jadi kenangan.
Di landasan helikopternya BJ. Habibie semasa beliau menjabat sebagai Menristek RI ^_____^

Friday 12 August 2011

Why don't you have passport?


Beberapa bulan lalu saya berhasil mendapatkan pasport 48 halaman. Tujuan utamanya adalah untuk melamar beasiswa dan travelling. Tapi hingga bulan ini belum ada satupun cap imigrasi negara lain yang bersarang di pasport tersebut :p

Meski sampai saat ini belum sempat pake pasport tersebut, tapi saya sama sekali tidak menyesal telah membuatnya. Hanya tinggal mencari waktu dan lokasi yang tepat untuk menggunakannya. Sebenarnya tidak sulit juga mencari waktu dan lokasi yang tepat. Yang sulit adalah mencari partner tuk go abroad. Beberapa teman yang hobby backpackeran masih belum mempunyai pasport dan mereka agak males tuk membuatnya, ribet ngurus-ngurusnya *kata mereka*. Hmm... tanpa teman yang jelas, tentu saya tidak bisa pergi, karena salah satu syarat dari orang tua adalah pergi dengan muhrim. Dan tentunya orang tua saya harus kenal dengan orang tersebut... beginilah jadi anak perempuan :D

Membaca tulisan Rhenald Kasali yang dimuat di Jawapos [8 Agustus 2011] saya jadi kepikiran tuk segera menjalankan rencana saya tersebut. Berikut tulisannya:


PASSPORT
Oleh Rhenald Kasali (Guru Besar Universitas Indonesia)
 

Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki "surat ijin memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.

Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau.

"Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?" Saya katakan saya tidak tahu. 
Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.

Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri.  Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan, teknologi, kedewasaan, dan wisdom.

Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok backpackers. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan super murah, menggendong ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya tak ada bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh, bahkan semewah di masa lalu.

Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.

The Next Convergence
Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.

Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Maka bagi saya, penting bagi para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan. Rumah-rumah kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan  infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universitas Indonesia, setiap mahasiswa saya diwajibkan memiliki pasport dan melihat  minimal satu negara.

Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka perjalanan penuh pertanyaan pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation- nya sulit dimengerti menjelajahi dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatkan tiket, menabung, mencari losmen-losmen murah, menghubungi sponsor dan mengedarkan kotak sumbangan. Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya
sendiri.

Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing. Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalinya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.

Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat beasiswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.


Sunday 7 August 2011

Jadi sopir si hijau


Setelah sebelumnya mencoba Yaris, kali ini saya belajar dengan menggunakan Xenia hijau (dengan plat kuning juga tentunya). Hmm... ini mobil bener-bener mirip sama Avanza. Bener-bener hampir gak ada bedanya. Yang kerasa sih cuma AC nya aja yang beda. Soalnya kalo Avanza kan udah double blower. Tapi gak masalah bagi saya. Belajar pake mobil apa aja, yang penting kan prinsipnya sama, jadi tekniknya bisa dilanjutkan.

Beda mobil berarti beda juga instrukturnya. Beda dg instruktur sebelumnya, instruktur kali ini lebih cerewet plus ngomongnya cepet banget kalo ngasih instruksi. Saya ngerasa lebih rumit aja. Kalo sebelumnya saya bisa mengemudikan Yaris dengan tenang, kali ini bener2 gak bisa mikir. Soalnya sedikit2 perintah, sedikit2 perintah... padahal kan saya inginnya mikir sendiri apa langkah apa yang harus dikerjakan. Kebanyakan perintah bikin saya jadi kagok nyetir, sampai salah ngasih lampu sen segala (doh). Positifnya, instruktur ini gak pelit ngasih ilmu. Semua tips dan trik dikasih... padahal saya butuh waktu buat mengingat dan mencernanya. 

Melihat orang yang udah beberapa kali diajarkan oleh beliau, saya bisa mengambil kesimpulan: Kalau besok saya dapet instruktur beliau lagi, pasti saya diminta mengulang semua trik yang sudah saya dapat darinya. Hhuuuffhh... padahal saya gak inget semuanya saking kagoknya karena kebanyakan perintah.

Berikut beberapa perintah yang berhasil saya catat. Itu juga dipaksa instruktur buat nyatet, hehe... dengan pen pinjaman dari instruktur dan selembar kertas, saya nyatet sebisa saya.

Teori tanjakan macet:
1) Kopling diinjak, rem ditekan.
   cara jalan: kopling diangkat sampai getar, gas di tekan, angkat kopling pelan-pelan.
2) Kopling diinjak, rem ditekan, tarik rem tangan.
   cara jalan: kopling diangkat sampai getar, gas ditekan, lepas rem tangan, 
   angkat kopling pelan-pelan.
3) Persamaan kopling dan gas.
   cara jalan: gas stabil, kopling ditekan pelan-pelan sampai berhenti.

Cara mengatasi tikungan:
1) Tikungan naik ---> setengah kopling dibantu gas.
2) Tikungan turun ---> kopling ditekan full dibantu rem.
3) Tikungan datar ---> Kopling penuh dibantu rem, setengah kopling dibantu gas.

....dan beberapa pelajaran lagi. 
Ada lagi trik penting, yaitu mundur di jalan turunan dan belok kiri, tapi saya gak inget sama sekali :(

Kendala latihan kali ini selain belum terbiasa dengan instrukturnya, saya juga masih kagok pake mobil Xenia ini. Agak beda dengan mobil sebelumnya yang saya pakai. Yaris lebih sensitif untuk kopling dan gas nya, jadi saya gak perlu menekan keras-keras untuk mengaktifkannya. Untuk Xenia ini saya harus menekan lebih keras lagi, entah apa karena usia mobil ini lebih lama dari yaris atau karena sebab lain, yang pasti pake mobil ini saya harus nyesuain feeling lagi. Karena saya gak mau diprotes orang karena terlalu kencang memacu mobil di jalan raya dengan menggunakan mobil latihan atau karena bunyi mesin yang gak sedap karena gak sesuai gas dengan kopling, dll....

Entah besok dapet mobil apa buat latihan.... never give up and stay cool aja deh 
   

Friday 5 August 2011

Bisakah orang Indonesia meraih Nobel?


"Tentukan bidang apa yang ingin anda pelajari. Seketika anda menemukannya, pelajarilah sebanyak yang anda bisa." (Robert Huber)


Kemarin ada kuliah umum
IA-ITB Lecture Road to Nobel Prize, bersama Prof. Robert Hubber (peraih nobel Kimia). Temanya sangat menarik “Peluang Indonesia Meraih Nobel”. Tema ini merupakan tantangan yang nyata, relevan dengan perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-66 di bulan Agustus ini. Harapannya, acara ini dapat memotivasi kita agar bekerja keras untuk mengembangkan sains dan teknologi. Semoga suatu saat akan lahir Nobel laureate dari Indonesia.

Berikut merupakan beberapa point yang bisa kita renungi dari pidato Menristek (Suharna Surapranata) di acara ini:

“Bisakah orang Indonesia meraih hadiah Nobel?”

Pertanyaan ini mirip judul buku yang sedikit provokatif yang ditulis Kishore Mahbubani, Can Asians think?
Pertanyaan ini memang terasa merendahkan bagi bangsa-bangsa Asia dan dunia ketiga termasuk Indonesia. Mahbubani sendiri adalah orang Asia. Tetapi paparannya akan membuat orang Asia dan semua orang berpikir lebih baik.
Pertanyaan yang sama pantas ditujukan kepada kita bangsa Indonesia yang tengah membangun dalam segala bidang. "Bisakah orang Indonesia berpikir?" Rasanya terlalu ketus untuk judul tulisan ini.

Berpikir menyelesaikan soal ujian akan sangat berbeda dengan proses berpikir dalam arti sesungguhnya untuk menyelesaikan persoalan hidup. Mental seperti ini hanya akan tumbuh dari didikan alam untuk mandiri dalam menghadapi segala macam tantangan hidup sejak seseorang masih kecil. Budaya berpikir ilmiah adalah budaya hidup mandiri. Orang yang tidak terbiasa mandiri akan cenderung menempuh jalan short cut. Mereka adalah orang-orang yang terbiasa "disuapi" dengan layanan baik dari orang lain maupun dari alam di mana dia tinggal.

Langkah pertama untuk meraih hadiah Nobel adalah memang berpikir yang benar. Apabila kita tidak bisa berpikir dengan benar, janganlah kita bermimpi untuk bisa meraih suatu penghargaan, apalagi meraih hadiah Nobel.

Aktivitas riset untuk menghasilkan sesuatu yang berarti, apalagi agar bisa meraih hadiah Nobel, hasil riset tersebut harus memiliki pengaruh yang nyata dalam kehidupan sosial dan ekonomi kita, sekecil apapun pengaruh itu.

Pertama, Sebuah invensi yang baik biasanya berasal dari sebuah serendipitas dan keuletan dalam menekuni proses berpikir ilmiah untuk menyelesaikan persoalan dalam dunia nyata. Kata serendipitas berasal dari kata bahasa Inggris serendipity yang berarti mental atau karakter yang bisa merasakan "kenikmatan" yang tidak ternilai harganya saat melakukan penemuan yang tidak terduga-duga. Kenikmatan seperti ini hanya dirasakan oleh orang yang menjadikan hidupnya senantiasa penuh dengan aktifitas berpikir (learning) dan dzikir (reasoning).

Orang yang mempunyai jiwa serendipitas adalah orang menjadikan laboratorium (lab) sebagai hidupnya dan hidupnya adalah lab. Lab adalah ajang berpikir dengan segala bentuk dan kondisi fisiknya, tidak terbatas pada lab dalam arti yang sebenarnya.

Seperti yang dikatakan Newton: “Cara terbaik untuk menjadi seorang ilmuwan yang baik, anda harus berpikir tentang itu sepanjang waktu, baik di waktu anda bangun maupun di waktu anda tidur.”

Sebuah penemuan yang baik pasti berasal dari sebuah budaya berpikir yang baik.
Kita harus membangun sebuah lingkungan untuk menumbuh suburkan budaya riset di masyarakat kita. Kompetisi dan forum-forum ilmiah adalah kesempatan yang baik untuk membangun lingkungan seperti itu. Para ilmuwan atau peneliti biasanya lebih termotivasi dengan berkompetisi dan lebih terinspirasi dengan saling bertukar pendapat di dalam forum ilmiah. Karena itu kita harus mendorong agar para ilmuwan dan peneliti kita bisa berpartisipasi sebanyak mungkin dalam acara-acara ilmiah internasional.

Kedua adalah dampak sosial dan ekonomi dari sebuah penemuan atau invensi. Di sini ditekankanpada pemanfaatan atau pendayagunaan sebuah penemuan. Ada proses yang panjang antara sebuah penemuan sampai munculnya impak ekonomi dan sosial dari penemuan tersebut.

Proses ini meliputi proof-of-concept atau uji kelayakan di tingkat laboratorium, komersialisasi sampai akhirnya terjadi adopsi yang meluas terhadap hasil penemuan itu.

Akan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dihasilkannya sebuah produk komersial dari sebuah penemuan, dan bahkan mungkin akan memerlukan puluhan tahun lagi agar produk itu memiliki impact secara sosial dan ekonomi. Saat itulah, sebuah invensi berubah menjadi sebuah inovasi.

Agar sebuah penelitian menghasilkan impact sosial dan ekonomi, maka penelitian itu harus menjawab sesuatu. Penelitian itu harus memberikan kontribusi kepada pemecahan masalah, apakah itu permasalahan ilmiah ataupun permasalahan nyata di masyarakat atau di dalam sebuah proses ekonomi.

Untuk menjamin tersedianya solusi ilmiah dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat kita, maka harus ada upaya yang berkesinambungan dalam aktivitas penelitian dan pengembangan. Upaya yang kontinyu dan berkesinambungan ini akan membangun sebuah akumulasi pengetahuan dan know-how yang akan mengantarkan kita kepada solusi substantif dari permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Sebuah break-through atau penemuan besar yang dapat menyelesaikan permasalahan besar, sehingga layak untuk mendapatkan hadiah Nobel, hanya akan muncul dari pengetahuan dan know-how yang terakumulasi.

Karena itulah, upaya kontinyu dan berkesinambungan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, harus tersambung dengan upaya kita untuk mendayagunakan pengetahuan dan know-how yang kita miliki. Apabila pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian ilmiah itu tidak didayagunakan, maka semua upaya penelitian kita tidak akan berkesinambungan.
Pemecahan masalah muncul dari inovasi, dan apa yang tidak didayagunakan bukanlah sebuah inovasi, jadi tidak memberikan solusi apa-apa.

Meniti karir ilmiah, khusunya untuk peneliti muda dan cemerlang, di negara berkembang seperti Indonesia, tidaklah mudah. Dituntut motivasi, disiplin dan komitmen profesional yang kuat. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ilmuwan muda Indonesia sama pandainya, sama bersemangatnya, juga tentu sama kreatif dan inovatifnya dengan ilmuwan-ilmuwan di luar negeri.

Terutama di era informasi global seperti sekarang ini, kita mengenal perumpamaan the world is flat. Seorang mahasiswa di sini dapat memiliki kesempatan yang sama dengan rekannya di belahan dunia mana pun, untuk dapat mengakses ilmu pengetahuan global yang diperlukannya untuk meniti karir ilmiahnya. Karena itu, akumulasi pengetahuan seharusnya tidak dibatasi kepada akumulasi di dalam sebuah individu atau sebuah masyarakat atau perusahaan yang tertutup.

Akumulasi pengetahuan dapat terjadi melalui jaringan pengetahuan global. Dunia kita hari ini sudah lebih terbuka daripada sebelum-sebelumnya. Setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan global yang sudah terakumulasi oleh ummat manusia selama berabad-abad, dan setiap dari kita dapat memanfaatkannya sesuai dengan kepentingan kita masing-masing.

Apa yang diperlukan adalah komunikasi, pembangunan jaringan dan kolaborasi, untuk menutup jurang pemisah ilmu pengetahuan dan untuk menjembatani keterpisahan informasi, hal yang sudah menjadi lebih biasa sekarang ini daripada di masa lampau, dikarenakan kemajuan teknologi komunikasi global.

Ilmuwan-ilmuwan muda Indonesia memiliki kesempatan yang lebih banyak sekarang ini untuk dapat berpartisipasi langsung dalam berbagai aktivitas penelitian kelas dunia, meskipun mereka berada di Indonesia. Jadi bukanlah sebuah angan-angan muluk bagi seorang ilmuwan Indonesia untuk bisa menjalankan sebuah penelitian yang layak mendapatkan hadiah Nobel. Tentu kita mengharapkan hal ini suatu saat akan betul-betul terjadi.

*and the answer has been answered*
Untuk isi ceramahnya Prof. Robert Huber, masih menunggu postingan dari @winiwin

Referensi: ristek

Monday 1 August 2011

Memainkan Kopling-Rem-Gas


Salah satu target tahun ini adalah punya SIM A, dan salah satu target bulan ini adalah kursus stir mobil. Meski jujur saya masih jiper banget sama yang namanya nyebur ke jalan raya (apalagi jalan ciledug raya, yang konon katanya udah mulai macet dari tahun 80an). Selama ini saya memang memilih di duduk di kursi belakang (tempat favorit buat tidur, hehe) dan tak pernah terbersit sedikitpun tuk bisa mengendalikan gerakan sang mobil.

Tapi atas dukungan (lebih tepatnya saran agak maksa) mami, papi, dan nenek, akhirnya saya daftar kursus juga. Pagi-pagi hari pertama puasa, dengan diantar papi, pergilah saya ke Panca Sari jJaya di daerah kreo (Tangerang). Atas saran papi, saya ambil paket sabtu-minggu 10 kali pertemuan, dengan 1 jam tiap kali pertemuan. Biayanya juga gak terlalu mahal. Cuma 450 rb (karena saya bayar langsung lunas. kalau nyicil 470 rb). Sebenernya sih harinya gak cuma sabtu/minggu. Bisa kapan aja asal 10 kali pertemuan.

Setelah daftar, saya langsung terjun alias praktek (padahal tadinya berharap diterangin dulu dikit-dikit tentang mobil dan komponen2 nya atau teori-teori lainnya...). Instruktur pun datang menaiki mobil Yaris berplat kuning (ingat! mobil yang digunakan pada jasa kursus mobil yang resmi adalah berplat kuning). Akhirnya saya dan tiga orang murid lainnya masuk ke mobil tersebut. Setiap murid mendapat jatah nyetir plus belajar teknik-teknik lain selama satu jam.
Sebenernya gak pede juga sih. Soalnya murid-murid yang barengan saya ini udah lihai-lihai bawa mobil di jalan raya maupun jalan sempit (malah ada yang udah 7 kali pertemuan). Sedangkan saya, megang stir mobil aja belom pernah. Alias belom pernah nyetir sama sekali! tapi kalo nyetir motor sih bisa :D

Akhirnya saya memilih urutan terakhir aja. Gak PD bener nih. Takutnya mereka "gubrak" pas tau saya masih buta banget tentang setir menyetir. Tapi akhirnya instrukturnya bilang,"mbaknya nanti aja ya di taman asri (lokasi terakhir)"
"oke. tapi saya belum pernah nyetir sama sekali pak.." kataku (unsure).
"sama sekali?" tanya instruktur tuk menyakinkan
"sama sekali belum." jawabku
"kalo ngendarain motor bisa?" tanyanya kemudian
"bisa... tapi motor matic. motor manual saya belum biasa."
"oh.." jawabnya pendek sambil mengangguk-angguk.
Lega juga sih udah bilang sejujurnya.

Akhirnya tibalah giliran saya mengemudikan. Dua orang murid pamit untuk pulang duluan, karena mereka sudah selesai belajanya. Mobil berhenti di sisi jalan raya yang agak padat. Tadinya saya pikir pak Instruktur akan mengambil alih kemudi tuk menuju komplek, tapi kok beliau gak beranjak dari kursi depan samping kursi supir ya... Gak lama dia menoleh ke arah saya yang duduk di kursi belakang,
" ayo mba, pindah ke depan?"
"bapak aja belum pindah (ke kursi sopir)." jawabku santai
"lho, yang mau belajar nyetir siapa toh." katanya mengerutkan dahi
"heh? maksudnya saya yang duduk di kursi sopir?" tanyaku kaget
"iya." katanya pendek
"tapi pak... saya belum pernah nyetir sama sekali." saya coba menjelaskan lagi
"iya, saya tau." katanya cool
"tapi pak, ini kan di jalan raya..." kataku gak yakin
"iya, memang kamu mau mengemudikan mobil dimana? di jalan raya kan?"
"iya... tapi.." saya masih mencoba mencari alasan supaya gak disuruh nyetir di jalan raya.
"udah. duduk aja sini. nanti saya jelasin pelan-pelan." katanya memaksa
ya... apa boleh buat. Akhirnya saya menuruti juga perintahnya. Meski... dag dig dug banget!

Instruktur menjelaskan dengan baik. Saya berusaha menangkap, mengerti dan mengingatnya.
Akhirnya saya menjalankan si yaris ini di jalan raya... wuiihh... rasanya amazing banget bisa ngendarain benda besar ini :D
Ternyata kuncinya menyetir adalah ketenangan dalam mengemudi, dan feeling kita bisa so good.
Meski belum sukses benar, tapi instruktur memuji saya, "ini udah bagus untuk orang yang pertama kali nyetir. Kamu pasti akan cepet bisa." wiuuhh.. saya seneng banget!

Beberapa pelajaran yang saya dapat hari ini:

Pengenalan Mobil dan Komponennya

Cara memegang sitr mobil dalam keadaan normal dan belok

Menghidupkan mobil dalam keadaan kopling di gigi nol
(normal)
1.    Pasang tali / sabuk pengaman
2.    Putar kunci untuk menghidupkan mesin
3.    Turunkan Rem Tangan
4.    Injak kopling habis, pindahkan gigi ke gigi 1
5.    Angkat kopling pelan2
6.    sambil Injak gas sedikit demi sedikit sampai terasa mobil bergerak

Jika melalui polisi tidur
1.    Angkat gas, tempel pedal rem
2.    Injak kopling habis, pindahkan ke gigi 1
3.   Angkat kopling pelan2, mobil dijalankan hanya dengan mengangkat kopling sekuku sampai kopling atau kopling tak usah diinjak, biarkan mobil bergerak memakai lumpsum nya
4.    jika dirasa polisi tidur terlalu tinggi, Injak gas sedikit sampai dirasa mobil bisa melewati polisi tidur
5.    Setelah dapat melewati polisi tidur injak gas pelan2

Menambah/mengurangi gigi
1.    Injak kopling habis
2.    Angkat gas
3.    Pindahkan gigi ke gigi yang dikehendaki
4.    Tempel gas
5.    Angkat kaki dari kopling pelan2

Menghentikan mobil dalam keadaan mobil sedang berjalan cepat
1.    Injak rem pelan2 sampai terasa mobil berhenti
2.    Injak kopling habis

Menghadapi macet di lampu merah tanpa menggunakan rem, atau ketika hendak keluar dari gang ke jalan raya
1.    Injak kopling habis
2.    Tempelkan kaki di rem
3.    Pindahkan gigi ke gigi 1
4.    Angkat kopling sedikit demi sedikit untuk menjalankan mobil merayap atau injak saja kopling habis biarkan mobil berjalan menggunakan lumpsump nya
5.    Tempel kaki di gas. Berhentikan mobil: Angkat kopling sekuku dan injak rem sedikit (tempel rem). Jalankan mobil merayap:  Angkat kopling sekuku. Dengan posisi ini mobil akan berjalan merayap

Di jalan tanjakan
1.  Gigi dalam posisi gigi 1 (sebaiknya selalu gunakan gigi 1 kalau jalanan macet)
2.  Injak kopling habis
3.  Angkat kopling perlahan2, rasakan sampai mobil bergerak maju perlahan
ika jalan menanjak, bantu tenaga mobil dengan menginjak gas sedikit Jika mobil didepan berhenti di tanjakan , injak kopling habis, injak rem Jika mobil di depan mulai bergerak sedikit di jalan tanjakan , angkatkopling perlahan, rasakan sampai mobil bergetar (agar mobil tidak mundur ketika melapas rem), baru lepaskan rem, tempel gas.

Belok Kiri/ kanan:
1. Nyalakan lampu sen kiri/ kanan.
2. Injak kopling habis.
3. Angkat kopling pelan-pelan sampai mobil mulai jalan.
4. Putar stir ke arah kiri/ atau kanan.
5. Sesuaikan mobil agar arahnya lurus lagi dengan memutar balik stir ke kiri/ kanan.
pada saat akan memutar stir untuk belok, pastikan sudut gang sejajar dengan sudut mobil.

dan beberapa pelajaran lagi...
Pelajaran hari ini sungguh menyenangkan. Selanjutnya harus lebih semangat lagi