Sunday 7 April 2013

Suatu saat akan ada jawaban pasti


Ya... tak perlu ragu akan janjiNya. Setiap kita ditakdirkan berpasangan. Kita adalah replika dari dirinya, diri seseorang. Allah akan berikan semua  dengan caraNya. Dengan caraNya yang indah. Tergantung kita mau  mengambilnya dengan tetap menjaga atau tak sabar mengambilnya dengan cara yang tak semestinya.

Seperti bunga, cinta sejati takkan mampu menyembunyikan semerbak  wanginya. Eksistensi cinta berada dalam kelembutan, kecerdasan,  perbaikan diri, keshalihan dan tentu juga keikhlasan. Tanpa keikhlasan  yg digantungkan pada Pemilik Arsy, ia akan mati. Ia mati persis seperti  setangkai mawar yg dipotong hanya untuk dipersembahkan kepada sang  kekasih... Bahwa, sesuatu yang baik akan mendapatkan yang baik pula, terus  berusaha memperbaiki diri, berbekal keyakinan yang kokoh..

Seperti sebuah kisah nyata berikut ini.....
”Saya dan dia berbeda tempat. Saya di pulau Jawa dan dia di Kalimantan, kini kami tidak pernah lagi saling berkomunikasi dalam  bentuk apapun. InsyaAllah ini lebih baik dalam menjaga kesucian cinta.
Ya, benar aku dan dia saling mencintai dan kami sama-sama  mengetahuinya. Tetapi hubungan ini tidak boleh dilanjutkan karena kami  belum siap untuk menikah,meski berderai air mata, tetap harus saling  menjaga kesucian cinta itu. Meski sekarang tidak tahu apaka ia sudah menikah dengan ikhwan lain atau belum, tetapi hanya satu yang saya  percaya bahwa janji ALLAH adalah kepastian. Ketika sudah siap menikah  saya harus segera ke Kalimantan, untuk memastikannya. Hanya takdir  yang bisa menjawabnya. Inilah bukti kesungguhan saya amat  mencintainya, cinta itu "menjaga", menjaga hati dan diri dari hal-hal  yang dapat di murkai ALLAH. Cinta itu "Ikhlas", ikhlas dari semua  ketentuan yang ALLAH berikan. Dan cinta itu "suci" maka jagalah agar ia  tetap suci mensucikan...”
(di share oleh Ihsan)

Jika cinta itu suci, maka APA itu CINTA?
Apakah telapak tanganmu berkeringat, jantungmu berdetak cepat, dan suaramu tercekat saat berada di dekatnya?
Itu bukan Cinta, itu Suka.
Apakah kamu tak bisa melepaskan pandangan atau genggaman dari dirinya?
Itu bukan Cinta, itu Nafsu.
Apakah kamu menginginkan dia saat dia sedang tidak ada?
Itu bukan Cinta, itu Kesepian.
Apakah kamu ada di sana karena itulah yang diinginkannya?
Itu bukan Cinta, itu Kesetiaan.
Apakah kamu menerima pengakuan cintanya karena kamu tak ingin menyakitinya?
Itu bukan Cinta, itu Kasihan.
Apakah kamu ada di sana karena dia memelukmu atau menggenggam tanganmu?
Itu bukan Cinta, itu Ketergantungan.
Apakah kamu ingin memiliknya karena tatapan matanya membuat hatimu berdegup kencang?
Itu bukan Cinta, itu Tergila-gila.
Apakah kamu memaafkan kesalahannya karena kamu peduli padanya?
Itu bukan Cinta, itu Persahabatan.
Apakah kamu mengatakan padanya setiap hari bahwa dialah satu-satunya orang yang kamu pikirkan?
Itu bukan Cinta, itu Dusta.
Apakah kamu ingin memberikan semua benda kesayanganmu untuknya?
Itu bukan Cinta, itu Sikap dermawan.


LALU APA ITU CINTA?
Apakah kamu tertarik pada orang lain, tapi tetap setia mendampinginya tanpa pernah menyesal?
Apakah kamu menerima segala kesalahan dan kekurangannya karena itulah bagian dari dirinya?
Apakah kamu menangis saat dia sedih meskipun dia kuat?
Apakah kamu memaafkannya dan bersedia tetap bersamanya saat dia menyakiti?
Apakah kamu tetap setia apapun yang terjadi, baik saat gembira maupun sengsara?
Apakah kamu bersedia memberikan hatimu, Episode Kehidupanmu, dan Suka dan Dukamu untuknya?

JIKA jawabannya adalah Ya, barulah itu Cinta.

BACALAH KISAH berhikmah berikut ini....
Dikisahkan sewaktu masih kecil Husain (cucu Rasulullah Saw.) bertanya kepada ayahnya, Sayidina Ali ra: "Apakah engkau mencintai Allah?" Ali ra menjawab, "Ya". Lalu Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?" Ali ra kembali menjawab, "Ya". Husain bertanya lagi:
"Apakah engkau mencintai Ibuku?" Lagi-lagi Ali menjawab,"Ya". Husain kecil kembali bertanya: "Apakah engkau mencintaiku?" Ali menjawab, "Ya". Terakhir Si Husain yang masih polos itu bertanya, "Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?" Kemudian Sayidina Ali menjelaskan: "Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kakek dari ibumu (Nabi Saw.), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri adalah karena cinta kepada Allah". Karena
sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.

Dan semestinya Cinta, mengenalkan kita pada seseorang atau sesuatu yang dapat membuat kita menjadi “berbeda”. Perbedaan yang tentunya membawa perubahan ke arah yg lebih baik lagi. Bukan sebaliknya. Suatu hari betapa bersyukurnya kita karena ternyata Allah begitu sayang kepada tiap jiwa yang ingin berubah. Dia pertemukan kita pada seseorang yang saleh. Yang sayang karena ALLAH. Karena agama. Karena Dakwah. Yang dengan kita tiada niatan lain selain karena ALLAH.

Jodoh tidak akan tertukar bukan? Meski tinggal di Kutub utara sana, meski tinggal didalam goa ditengah hutan, dia pasti akan dipertemukan dengan kita. Dimanapun kita berada. Tak pernah bertemu, tak pernah bersua suara, tak pernah bersapa kata, jika sudah saatnya, dia akan muncul dihadapan kita atas kuasaNYA.

ISLAM itu indah. Maka UKHUWAH ISLAM pun sangat penting. Begitu indahnya ISLAM sehingga satu sama lain berusaha saling menjaga... termasuk kesucian Cinta . Wallahu'alam.

Semoga Allah selalu menjaga kita dalam ketaatan padaNya. Amin Allahuma amin..

Gunung memang tak akan lari dikejar, tetapi kita perlu mendaki agar sampai ke Puncak. Dan suatu saat nanti akan ada jawaban pasti, karena itu cinta meminta tiap kita untuk sabar menanti....
Insya ALLAH...




NB: Tulisan blog lama dari teman-teman multiply yang dirangkum oleh mba rien (katerinas.multiply.com)