Thursday, 29 October 2009

Mengapa aku harus menulis??

Mungkin banyak di antara kita sepanjang kehidupan kita hingga saat ini tidak atau belum pernah menulis. Maksudnya menulis di sini adalah menuliskan pendapat-pendapat pribadi kita dalam sebuah tulisan bebas berbentuk esai, puisi, dalam bentuk cerita fiksi, atau dalam bentuk karya ilmiah.


Bagi kita yang di kampus atau pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, menulis adalah sebuah keterpaksaan yang harus diselesaikan. Karena jika kita tidak menyelesaikan sebuah karya tulis akhir (tugas akhir/ skripsi) maka kita tidak akan pernah menyelesaikan pendidikan kita di perguruan tinggi. Walau sekarang banyak biro jasa untuk pembuatan skripsi. Anda tinggal memberikan topic, tanpa penelitian tiba-tiba keluar hasil berupa buku skripsi.

 

Kebanyakan kita menganggap menulis adalah sebuah pekerjaan yang sangat sulit. Mengapa, salah satunya karena kita jarang mengemukakan pendapat, baik secara ilmiah atau tanpa memenuhi kaidah ilmiah. Terlepas dari menulis itu sulit dan sebagainya, saya ingin memberikan beberapa pendapat tentang menulis. Mengapa kita harus menulis di dalam hidup ini.

 

Ali Bin Abi Thalib mengatakan, ikatlah ilmu pengetahuan itu dengan cara menuliskannya. Alas an pertama kita harus menulis adalah cara yang paling ampuh untuk mengikat ilmu yang kita pelajari. Coba anda bayangkan ketika kita sekolah tapi kita tidak pernah mencatat penjelasan guru di kelas atau tidak pernah melatih kemampuan kita dengan mengerjakan latihan di buku pelajaran? Apakah anda mampu mempertahankan apa yang anda pelajari di kelas? Saya yakin tidak mungkin.

 

Umar bin Khattab menasihati para orang tua, Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu; agar anak pengecut menjadi pemberani. Sastra adalah salah satu bentuk karya tulis. Ia ada karena ada penulis yang menuliskannya. Mempelajari sastra secara tidak langsung, kita belajar menulis. Agar apa? Agar kita menjadi seorang pemberani. Minimal berani mengemukakan pendapat.

 

Tulisan yang buram itu lebih baik dari pada ingatan yang cemerlang. Dalam waktu yang lama, tulisan yang kita buat akan berkurang kualitasnya atau menjadi buram, namun hal itu lebih baik dari pada ingatan yang cemerlang. Kita membaca siroh bahwa banyak penghafal al Qur’an yang syahid dalam perang. Jika Umar tidak berijtihad menuliskan al qur’an waktu itu, mungkin kita hanya mendengar cerita tentang al qur’an dari mulut ke mulut.

 

Jika engkau tahu bahwa umurmu pendek, panjangkan ia dengan menulis. Kita tentu mengenal Ibnul Qayyim Al Jauziah, Imam Bukhari, Imam Muslim dan ulama-ulama lainnya. Begitu juga kita mengenal para ilmuan yang berjasa bagi perkembangan ilmu pengetahuan di jagad ini. Umur mereka seakan sangat panjang. Itu semua karena tulisan mereka masih kita baca hingga sekarang. Kita mengenal mereka, padahal kita tidak pernah bertemu dengan mereka.

 

Pramudya Ananta Toer berpesan, Menulislah. Selama engkau tidak menulis, engkau akan hilang dari dalam masyarakat dan dari pusaran sejarah. (Rumah Kaca; hal 325). Kita tidak akan pernah dikenal umat manusia jika kita tidak menulis. Kita akan hilang di pusaran sejarah umat manusia. Itu pesan seorang sastrawan legendaris Indonesia. Salah seorang calon penerima nobel sastra.

 

Scripta Manent Verba Volant – yang tertulis akan tetap mengabdi, yang terucap akan berlalu bersama angin. Seorang ulama besar dulu pernah mengatakan, jika aku berceramah, maka dakwahku hanya akan terbatas pada lingkaran orang yang hadir di depanku (di zamanku). Namun dengan menuliskan ilmu-ilmuku, muridku tidak terbatas hanya yang hadir. Dan ia tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

 

Inilah sedikit alasan mengapa kita harus menulis. Paling tidak kita pernah menulis di dalam hidup kita. Budaya literasi (membaca dan menulis) adalah salah satu bukti ketinggian budaya suatu bangsa. Suatu bangsa akan dikatakan maju jika budaya literasi sudah menjadi kebiasaan di dalam masyarakat. Kita perhatikan Negara-negara maju, jumlah penduduknya yang menuliskan tentang hidup dan kehidupannya itu pasti jauh lebih banyak daripada penulis yang ada di Indonesia. Dan kita tidak diminta untuk menjadi professional, yang paling penting adalah kita tetap membaca, tetap menulis dan tetap bekerja.
Semoga bermanfaat.




15 comments:

  1. waaaa.... thanks mbak.... jadi termotivasi buat nulis.. :D

    ReplyDelete
  2. iya nie mba
    aku juga jadi semangat menulis^^
    thanks ya mba^^

    walaupun masih suda ngadat tinta nya buat nulis

    ReplyDelete
  3. maaf mbak. perawinya salah nih :)
    ini dari anas bin malik..coba deh cek lagi :)

    ReplyDelete
  4. ah ngga kok, bener itu pernyataannya Ali bin Abi thalib, bahkan ia mengulanginya sampai 2x..

    ReplyDelete
  5. boleh minta perawinya dengan jelas?
    karena setahu saya itu hadist rasulullah yang diriwayatkan melalui anas bin malik.

    ReplyDelete
  6. wah disemua literatur internet saya gak menemukan kalo perawinya anas bin malik. disini http://69.63.186.30/notes.php?id=1337599690&start=80&hash=600cdf79da70a613e465c507254c490d&_fb_noscript=1 malah dicantumkan periwayatnya Tabrani dan Hakim. Saya cuma tau itu perkataan Ali bin Abi thalib aja (dari guru saya wktu kecil).. mungkin antum atau tmn2 dpt bantu...

    ReplyDelete
  7. yudi juga tadinya begitu
    tapi sampai akhirnya di perjelas dengan perawi ini

    Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Nu’aim Al Ashbahani. Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
    قيدوا العلم بالكتابة
    “Kalian Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (Imam Abu Nu’aim, Akhbar Ashbahan, Juz. 9, Hal. 212, No. 1809)
    Ada pula ucapan seperti itu, dari Anas bin Malik Radhilallahu ‘Anhu. Berkata Tsumamah: Anas berkata kepada kami:
    “Kalian ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, Juz. 1, Hal. 296, No. 699)

    ReplyDelete
  8. jazakallah for sharing.. ^_^

    ReplyDelete
  9. Oooo.. jadi makin semangat buat nulis..
    Terimakasih ya semua buat tulisannya ^_^

    ReplyDelete
  10. Semangaaaat ^^

    jazakillah khair for sharing

    ReplyDelete
  11. hehehe....wah ini mah mengeritik ane nih...(oke deh Gambatte Kudasai)

    ReplyDelete
  12. ayo yang merasa terpanggil *terkritik maksudnya* blognya diisi yaa...

    ReplyDelete