Friday, 20 August 2010

Death note: Dia meninggal di tanganku!

Denyut nadinya makin melemah, kakinya mulai dingin... matanya yang basah mulai menutup... Innalillahi wa innailaihi rajiun... nenek ini telah tiada. Kutempelkan cermin ke lubang hidungnya untuk memastikan lagi. Tidak berembun! Benarlah ia sudah tidak bernafas lagi, "nenek sudah meninggal..." dan langsung saja anak-anak dan cucu dari sang nenek menangis histeris. Sayapun bergetar melihat ini... Dia meninggal di tanganku! Subhanallah baru kali ini diberikan kesempatan untuk menyaksikan langsung proses terlepasnya ruh dari jasad... begitu nyata! Kematian begitu dekat!

Jantungku berdegup kencang, bagaimana jika ini terjadi kepadaku? yakinkah aku bisa mendapatkan tempat yang tenang "di sana"? ...perasaan resah, gundah, gelisah... tak bisa diungkapkan dengan kata-kata...


Maha suci Allah yang selalu mengingatkan hamba-Nya kan sebuah kepastian yang dijanjikan.. Vonis kematian untuk kita.. tapi kenapa vonis dokter itu lebih menakutkan dibanding vonis Allah?? padahal janji Allah itu pasti...

Dulu semasa kecil saya sering diberikan nasehat oleh orang-orang tua saya. Kata mereka kematian itu ibarat jatuhnya buah kelapa dari pohonnya. biasanya kelapa tua yang jatuh karna fisik sudah tidak bisa menopang namun tidak jarang pula kelapa muda, “bluluk” atau bahkan manggar (yang masih berbentuk bunga) pun terjatuh.

Ia datang tanpa mengenal usia... Itulah kematian...

Kematian memang menjadi misteri besar dalam hidup, menurut Qatadah ia adalah satu diantara lima perkara yang hanya diketahui oleh Allah. Tidak ada seorang manusiapun yang tahu kapan datangnya waktu itu, bahkan malaikat yang dekat dengan Allah ‘Azza wa Jalla sekalipun.

Dia akan datang meskipun kamu mencoba berlari darinya, dia akan hadir meskipun engkau berlindung dibalik teknologi kedokteran tercangih dan jutaan dokter terbaik sekalipun. Dia sekali-kali tidak akan tertangguh (bi idznillah). Tidak ada sesuatu apapun yang mampu menyelamatkan diri dari kematian.

Engkau juga tidak akan tahu di bumi manakah engkau akan mati, di daratankah atau di lautan. Di daratan datarkah atau di pegunugan, di medan perang kah atau di tempat pembaringan. Sungguh bila Allah telah menghendaki engkau mati di suatu tempat maka Allah akan menciptakan urusan yang akan membawamu ke tempat yang telah ditentukan. Selaras dengan matan sebuah hadist shahih riwayat Al Hakim :
“jika Allah hendak merenggut nyawa seorang hamba di sebuah tempat, maka Allah ciptakan sebuah keperluan yang menjadikan hamba tersebut berkunjung ke tampat tadi”
Hingga seorang prajurit perang pun belum tentu akan mati di dalam medan pertempuran. Khalid bin Walid ra di saat ajalnya datang, sementara ia berada dalam pembaringannya : “Aku telah mengikuti berbagai peperangan. Tidak ada satupun dari anggota tubuhku, kecuali disana terdapat luka karena tusukan atau karena anak panah. Akan tetapi, kini aku mati di atas pembaringanku...”

Wahai jiwa yang lemah, persiapankanlah diri ini untuk menyambut tamu yang pasti akan datang, sedang engkau tidak tahu kapan tamu itu akan datang. Ketika ujian kita berjuang keras untuk menguasai seluruh materi karena memang belum tahu materi manakah yang akan keluar dalam ujian. Kita bisa belajar SKS karena tahu kapan jadwal ujiannya. Berbeda halnya bila ujian itu tidak ada jadwalnya dan bisa datang kapan pun, tentu kita akan berusaha belajar setiap bila ada kesempatan untuk itu.

Begitu juga dengan kematian, harusnya kita juga bekerja keras untuk melaksanakan amalan dan menjauhi larangan setiap saat. Karena kita tidak tahu kapan waktu itu datang. Bisa besok, lusa, bisa juga sekarang. Dalam kitabnya “Ahaditsul Jumu’ah”, ustadz Hasan Al Banna mengatakan,“Kematian merupakan suatu seni tersendiri. Terkadang ia menjadi suatu seni yang indah meski terasa pahit. Bahkan mungkin menjadi sebuah seni yang paling indah bila dirancang oleh seniman yang sangat mahir.” Para Nabi dan Rasul, para shahabat, dan para mujahid sama dengan kita, mereka pun tidak dapat mengatur datangnya kematian, namun keahlian mereka adalah bagaimana “memilih” cara untuk menghadapi kematian. Mereka tidak mau saat kematian datang sementara mereka dalam kemaksiatan, dalam keadaan hati yang lupa pada Allah, dan dalam keadaan yang sia-sia belaka.

Tentunya hal ini dilakukan dengan cara mengisi setiap detik kehidupan dengan amalan sholih, dengan dzikir pada Allah dan berserah diri kepada-Nya serta segera bertaubat bila diri terlena dari-Nya. Hingga bila dilihat secara statistik probabilitas untuk husnul khotimah menjadi lebih besar (bi idznillah).
 
“...Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu, Allah maha mengetahui segala isi hati...” (QS Ali Imran : 154)

Dalam tafsir Ibnu Katsir di sebutkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memberikan ujian dengan peristiwa yang menimpa kalian untuk memisahkan yang buruk dari yang baik serta menampakan perbedaan orang-orang mukmin dengan orang-orang munafik kepada umat manusia, dalam ucapan maupun  tingkah laku mereka...

Saya berpendapat bahwa rahasia kematian adalah salah satu nikmat Allah yang patut disyukuri.

Sungguh andaikan saja ajal itu sudah diketahui, tentunya mungkin ada orang jahil yang “sengaja” bermaksiat dulu sepuasnya baru setelah diketahuinya ajal telah dekat maka sekonyong-konyong ia akan bertaubat dan beribadah dengan giat.

Maha Suci Allah yang telah mengatur ajal itu sedemikian rupa. Sehingga orang  dituntut untuk selalu berada dalam keshalihan dan segera bertaubat bila lalai kepada Allah, karena ajal bisa datang kapanpun dan dimanapun. ia juga tidak melihat apakah dia sedang maksiat ataupun dia sedang bertaubat. Hingga Allah dapat menampakan mana orang yang mukmin dan mana orang yang munafik kepada umat manusia...

Maha Suci Allah...

Di Lauhul Mahfuzh sudah ditulis Death note kita. Semoga kita dan orang-orang yang kita cintai mendapatkan husnul khotimah dan kedudukan yang mulia di sisi Allah, dan semoga kita yang masih dalam antrian ini diberikan hidayah, inayah dan kekuatan oleh Allah agar tetap dalam keimanan dan ketaqwaan hingga ajal menjemput, amien...
Allahu a’lam bi shawab




Untuk keluarga nenek (tetanggaku) semoga diberi kesabaran...
Referensi dari sini, dengan beberapa perubahan



--tulisan di pagi ini, mudah2an bisa jadi penyemangat aktivitas sepanjang hari ini--
Ramadhan ke-11, Sudah berapa juz tilawah Ramadhannya?
Sudah seberapa tercapai target Ramadhannya?
terus mengejar pelangi... 

14 comments: