Thursday, 5 August 2010

Dari Ratno untuk Indonesia, Nanoscope pertama di Indonesia

Rating:★★★★★
Category:Other
Tidak menjadi hal yang penting seberapa panjang gelar kita, juga seberapa banyak ilmu kita jika kita tidak berbagi dan mengamalkannya. Akan lebih baik jika ilmu yang kita punya (walaupun sedikit) diamalkan sehingga bermanfaat untuk umat. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya.

Tulisan yang tidak banyak ini mengulas tentang Leader saya yang rasa patut diteladani. Pak Ratno yang aktif, kreatif, dan prestatif. Beragam prestasi telah ia raih, sejak di Jepang maupun di Indonesia. Sebenarnya sudah lama saya ingin mengulas tentang Leader saya yang pernah mendapat penghargaan Peneliti Muda terbaik tahun 2008 versi LIPI dan Finalis Toray Science & Technology award 2009 dalam blog ini, karena begitu banyak yang ingin saya tulis sementara media belum banyak menulisnya, sampai-sampai writthless (analogi speachless haha... *maksa*). Diblog ini sebelumnya saya telah mereview sahabat beliau satu almamater; Dr. Warsito, M. Eng (Penemu scanner 4D pertama di dunia). Saya rasa ini saat yang tepat untuk mereview nya. Karena baru-baru ini beliau mendapat sebuah award peneliti berprestasi 2010 versi Bakrie.

Berikut tulisan hasil wawancara pagi ini dengan Leader saya yang pernah menjabat ketua ISTECS Jepang yang dimuat di web BPPT.

Berangkat dari keterbatasan alat riset di Indonesia, khususnya alat riset yang mendukung pengembangan bidang nanoteknologi, peneliti bidang teknologi material BPPT, Ratno Nuryadi, berhasil menciptakan alat pengukur nano pertama di Indonesia.

Alat yang ia beri nama NANOSCOPE ini berhasil mengantarnya mendapat penghargaan Achmad Bakrie untuk kategori peneliti muda di bawah 40 tahun.

"Selama masa pendidikan saya di Jepang, saya memperhatikan bahwa lembaga riset Jepang itu dalam memenuhi kebutuhan alat pendukung risetnya mereka buat sendiri. Saya berpikir mengapa kita tidak menerapkan hal yang sama juga disini?", ungkap pria yang menghabiskan masa kecilnya di daerah Bantul Jawa Tengah tersebut.

Ratno mengungkapkan bahwa pengalaman masa kecilnyalah yang mejadikan dia sosok seperti sekarang ini. "Dengan ayah yang berprofesi sebagai guru SD memacu saya untuk belajar dengan keras sehingga saya pun akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa Science and Technology for Industrian Development (STAID) BPPT III".

Disanalah awal mula anak ke-2 dari tiga bersaudara ini bergelut dengan dunia nano. Berawal sebagai user mikroskop gaya atom (atomic force microscope, AFM), Ratno mulai mencoba mengembangkan sendiri AFM tersebut, mulai dari sensor partikel hingga NANOSCOPE seperti sekarang ini.

Sekembalinya Ratno ke Indonesia tahun 2008, ia mulai menyelesaikan tahap akhir pengembangan AFM yang digabungkan dengan local content di Indonesia. "50% komponen NANOSCOPE merupakan komponen dalam negeri. Inilah yang membuat NANOSCOPE menjadi lebih murah dibandingkan produk sejenis yang didatangkan dari luar negeri".

NANOSCOPE tidak hanya berfungsi untuk melihat struktur nano tapi juga dapat mengukur sifat kimia, sifat magnet serta sifat fisika lainnya yang ada pada nano dengan resolusi yang sangat tajam. Pada prinsipnya NANOSCOPE sama dengan microscope, yang membedakan adalah NANOSCOPE menggunakan teknologi peraba seperti jarum yang sangat kecil yang akan menyusuri struktur nano dan menampilkannya di komputer.

Pria yang lebih senang menghabiskan waktunya di laboratorium ini mengungkapkan keinginannya untuk selalu memajukan nanoteknologi di Indonesia. Ia berharap dengan adanya NANOSCOPE ini dapat menstimulasi dan memberikan rangsangan bagi para peneliti khususnya di bidang nanoteknologi untuk berbuat yang lebih bagi Indonesia.

"Saat ini geliat nanoteknologi di Indonesia sudah mulai terlihat baik itu di lembaga penelitian pemerintah, swasta maupun lembaga pendidikan. Bahkan Kementerian Perindustrian sudah memiliki roadmap akan pengembangan nanoteknologi untuk industri di Indonesia. Tentunya agar roadmap tersebut dapat berjalan, perlu adanya sinergi diantara pihak-pihak yang terkait", ungkap pria kelahiran 17 Oktober ini.

"Seperti yang dikatakan orang tua saya, dalam hidup itu kita harus selalu berusaha, tidak boleh menyerah dalam kondisi apapun juga. Itulah yang menjadi semangat saya dalam menjalani kehidupan. Saya juga ingin teman-teman peneliti lain merasakan hal yang sama", ujarnya. (humas BPPT)

Semangat Terus ya Pak Ratno !!
Tetap Berkarya untuk Indonesia ^_^

NB. Hari ini, 5 Agustus 2010 di Antv Jam 20.30 WIB ada acara Achmad Bakrie award (live).


2 comments:

  1. semangaaaaaaaaaaaaaat... mudah-mudahan kita bisa merasakan semangat yang sama, atau lebih? :D

    ReplyDelete
  2. amiin... keep semangat bu!!
    let's get the rainbow ^_-

    ReplyDelete