“Sesungguhnya Allah ta’ala hanya merahmati hamba-hambaNya yang pengasih.” (HR. Bukhari)
“Sungguh Kami pasti memberi pahala kepada mereka dengan yang lebih baik dari apa yang telah mereka lakukan”. (QS. An-Nahl : 97)
Dalam banyak kesempatan saya dan teman-teman selalu berdoa agar kami dimudahkan untuk berbuat kebaikan. karena berbuat baik itu banyak keutamaannya. karena Allah memerintahkan umatnya untuk berbuat baik. karena setiap insan punya naluri untuk berbuat baik. bahkan dalam setiap hati punya ruang kebaikan. sejahat apapun orang itu, pasti punya kebaikan dihatinya. karena kebaikan itu adalah fitrah manusia.
Tetapi untuk selalu sejalan dgn fitrahnya sangatlah sulit. Karena ketika manusia hendak memilih kebaikan akan selalu ada bisikan-bisikan yg menghalanginya dan menganjurkan yg sebaliknya. Seperti yg pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW. bahwa di dalam hati manusia ada dua bisikan; bisikan malaikat dan bisikan setan. Bisikan malaikat adalah kebaikan dan bisikan setan adalah kejahatan. Adapun bisikan mana yg akan diikuti oleh manusia tergantung pada keadaan hati manusia itu. Jika hatinya bersih ia akan mendengar bisikan malaikat namun jika hatinya kotor dan berpenyakit dia akan lbh sering menuruti bisikan setan. Dari situ timbullah dua akibat yaitu kebajikan dan kejahatan. Kebaikan dan kejahatan itu pun beragam. Ada yg erat kaitannya dgn Allah langsung dan ada yg berhubungan dgn sesama hamba.
Terkadang Allah menguji niat kita untuk berbuat baik kepada sesama hamba-Nya. walaupun dengan 'hanya' niat berbuat baik kepada orang lain Allah sudah memberikan kita pahala, tapi kita harus membuktikan apakah kita sungguh-sungguh ingin berbuat baik. Dan dengan itu, kita akan mendapatkan pahala yang lebih besar.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau meriwayatkan dari Tuhannya, Tabaaraka wa ta’aala. Firman-Nya : “Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Saya jadi ingat sebuah ucapan Ran Mouri (entah di komik detektif conan yang nomor berapa. ada yang tahu?) ketika menolong seorang yang tidak dikenalnya, ternyata orang tersebut adalah pembunuh yang telah mencoba membunuh kepadanya. Disitu Ran menolongnya ketika ia akan terjatuh dari lantai atas. sampai pembunuh shock atas apa yang telah dilakukan Ran, "kenapa kau menolongku??" lalu Ran pun berkata, "Perlukah alasan untuk berbuat baik?"
Kalimat tersebut sampai sekarang selalu terngiang-ngiang dalam pikiran saya. Perlukah alasan untuk berbuat baik?
Dalam siroh pun diceritakan betapa mulianya akhlaq Rasulullah yang senantiasa memaafkan orang yang jahat bahkan orang yang mencoba membunuhnya. Bahkan dalam dakwahnya di Thaif, beliau menolak tawaran malaikat Jibril untuk menimpakan gunung kepada masyarakat thaif yang menghujani Rasulullah dengan batu-batu hingga wajah Rasulullah terluka dan mengeluarkan darah di wajahnya. Jibril sangat geram melihat itu. Tapi Rasulullah berdoa'a kepada Allah agar dimaafkan dosa-dosa mereka, dan semoga akan lahir dari generasi mereka, generasi yang akan memberatkan bumi ini dengan kalimat Laa ilahailallah. Subhanallah doa'a rasulullahpun terkabul. dari generasi mereka lahirlah ulama-ulama dan ilmuwan Islam, salah satunya adalah Sayid Quthb.
Yakinlah bahwa perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan. Barang siapa yang mengasihi makhluk, maka ia akan dikasihi al-Kholiq (pencipta), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu.” (HR. Tirmidzi)
Kita harus terus berbuat baik, bahkan kepada orang yang telah menyakiti kita pun kita harus terus berbuat baik. Jika datang orang yang telah menyakiti kita untuk meminta pertolongan pada kita, maafkanlah ia, sambutlah ia dgn perkataan yg baik, dan bantulah ia. Apabila ia menjauhi kita dan tidak menghiraukan kita tetaplah berkata yg lembut dan mengucapkan salam kepadanya. Jika kita mampu membalas kejahatan dgn kebaikan niscaya kita akan mendapatkan faedah yg sangat besar. Bukankah lebih indah jika air tuba dibalas dengan air susu? bisa lebih bermanfaat, bukan?
Pandanglah sedikit kesalahan saudara kita, maka Allah ta’ala akan memandang sedikit pula kesalahan kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang memandang sedikit kesalahan seorang muslim maka Allah ta’ala akan memandang sedikit kesalahannya.” (HR. Abu Dawud)
Jauhilah menyakiti sesama (Jika kita melakukannya) maka Allah ta’ala akan menyiksa kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala akan menyiksa orang-orang yang menyakiti manusia.” (HR. Muslim)
Jauhilah menyusahkan hamba-hamba Allah ta’ala (Jika kamu melakukannya), maka engkau akan terkena doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ya Allah, barang siapa yang mengurus perkara umatku lalu mempersulit mereka maka persulitlah dia dan barang siapa yang mempermudah mereka maka permudahkanlah dia.” (HR. Muslim)
Janganlah berhati batu (tidak punya belas kasihan).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang tidak menaruh belas kasihan terhadap sesamanya, maka Allah ta’ala tidak akan mengasihinya.” (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda: “Tidaklah dicabut rasa belas kasihan itu kecuali dari hati orang-orang yang celaka.” (HR. Tirmidzi)
Apapun muamalah yang kita lakukan terhadap manusia, maka kita akan mendapatkan balasan yang sama di sisi Allah ta’ala.
Ibnul Qoyyim berkata: “Sesungguhnya Allah ta’ala adalah Dzat yang Maha mulia, mencintai yang mulia dari hamba-hamba-Nya. Dia adalah Dzat yang Maha Mengetahui, mencintai orang-orang yang berilmu. Dia adalah Dzat yang Maha Kuasa, mencintai yang gagah berani. Dia adalah Dzat yang Maha Indah, mencintai keindahan. Dia adalah Dzat yang Maha Pengasih, mencintai orang yang pengasih. Dia adalah Dzat yang Maha Menutupi, mencintai orang yang menutupi aib hamba-hamba-Nya. Maha Pemaaf, mencintai yang memaafkan hamba-hamba-Nya. Maha Pengampun, mencintai yang suka mengampuni hamba-Nya. Maha lemah lembut, mencintai yang lemah lembut dari hamba-hamba-Nya serta membenci yang keras perangainya. Dia adalah Dzat yang Maha Penyantun, mencintai sifat penyantun. Dzat yang Melimpahkan kebaikan, mencintai perbuatan baik serta pelakunya. Dzat yang Maha Adil, mencintai keadilan. Dzat yang Menerima uzur, mencintai orang yang menerima uzur hamba-hamba-Nya. membalas hamba sesuai dengan ada atau tidak adanya sifat-sifat tersebut pada diri seorang hamba… maka (sesungguhnya) muamalah Allah ta’ala terhadap hambanya sesuai dengan muamalah hamba terhadap sesamanya… berbuatlah semaumu maka Allah ta’ala akan membalasmu sesuai dengan perbuatanmu terhadap-Nya dan terhadap hamba-hamba-Nya."
Maka hendaklah senantiasa memberikan manfaat kepada hamba-hamba Allah ta’ala sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barang siapa yang mampu memberikan kemanfaatan kepada saudaranya hendaklah ia lakukan.” (HR. Muslim)
berbuat baiklah terhadap mereka, karena sesungguhnya Allah ta’ala mencintai hamba yang berbuat baik.
jadilah orang yang senantiasa mempermudah urusan hamba Allah ta’ala serta berlemah-lembut terhadap mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Diharamkan masuk Neraka setiap orang yang pemudah, lemah lembut, dekat dengan manusia.” (HR. Ahmad)
Maafkanlah mereka, mudah-mudahan Allah ta’ala mengampuni dosa-dosa kita, sesungguhnya Allah ta’ala tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.
Balasan suatu perbuatan sesuai dengan perbuatan tersebut. Allah ta’ala bermuamalah dengan hamba sesuai muamalah hamba terhadap sesamanya, maka bermuamalah-lah dengan hamba Allah ta’ala dengan muamalah yang kita mengharapkan Allah ta’ala bermuamalah seperti itu terhadap kita.
“Sungguh Kami pasti memberi pahala kepada mereka dengan yang lebih baik dari apa yang telah mereka lakukan”. (QS. An-Nahl : 97)
Dalam banyak kesempatan saya dan teman-teman selalu berdoa agar kami dimudahkan untuk berbuat kebaikan. karena berbuat baik itu banyak keutamaannya. karena Allah memerintahkan umatnya untuk berbuat baik. karena setiap insan punya naluri untuk berbuat baik. bahkan dalam setiap hati punya ruang kebaikan. sejahat apapun orang itu, pasti punya kebaikan dihatinya. karena kebaikan itu adalah fitrah manusia.
Tetapi untuk selalu sejalan dgn fitrahnya sangatlah sulit. Karena ketika manusia hendak memilih kebaikan akan selalu ada bisikan-bisikan yg menghalanginya dan menganjurkan yg sebaliknya. Seperti yg pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW. bahwa di dalam hati manusia ada dua bisikan; bisikan malaikat dan bisikan setan. Bisikan malaikat adalah kebaikan dan bisikan setan adalah kejahatan. Adapun bisikan mana yg akan diikuti oleh manusia tergantung pada keadaan hati manusia itu. Jika hatinya bersih ia akan mendengar bisikan malaikat namun jika hatinya kotor dan berpenyakit dia akan lbh sering menuruti bisikan setan. Dari situ timbullah dua akibat yaitu kebajikan dan kejahatan. Kebaikan dan kejahatan itu pun beragam. Ada yg erat kaitannya dgn Allah langsung dan ada yg berhubungan dgn sesama hamba.
Terkadang Allah menguji niat kita untuk berbuat baik kepada sesama hamba-Nya. walaupun dengan 'hanya' niat berbuat baik kepada orang lain Allah sudah memberikan kita pahala, tapi kita harus membuktikan apakah kita sungguh-sungguh ingin berbuat baik. Dan dengan itu, kita akan mendapatkan pahala yang lebih besar.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau meriwayatkan dari Tuhannya, Tabaaraka wa ta’aala. Firman-Nya : “Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Saya jadi ingat sebuah ucapan Ran Mouri (entah di komik detektif conan yang nomor berapa. ada yang tahu?) ketika menolong seorang yang tidak dikenalnya, ternyata orang tersebut adalah pembunuh yang telah mencoba membunuh kepadanya. Disitu Ran menolongnya ketika ia akan terjatuh dari lantai atas. sampai pembunuh shock atas apa yang telah dilakukan Ran, "kenapa kau menolongku??" lalu Ran pun berkata, "Perlukah alasan untuk berbuat baik?"
Kalimat tersebut sampai sekarang selalu terngiang-ngiang dalam pikiran saya. Perlukah alasan untuk berbuat baik?
Dalam siroh pun diceritakan betapa mulianya akhlaq Rasulullah yang senantiasa memaafkan orang yang jahat bahkan orang yang mencoba membunuhnya. Bahkan dalam dakwahnya di Thaif, beliau menolak tawaran malaikat Jibril untuk menimpakan gunung kepada masyarakat thaif yang menghujani Rasulullah dengan batu-batu hingga wajah Rasulullah terluka dan mengeluarkan darah di wajahnya. Jibril sangat geram melihat itu. Tapi Rasulullah berdoa'a kepada Allah agar dimaafkan dosa-dosa mereka, dan semoga akan lahir dari generasi mereka, generasi yang akan memberatkan bumi ini dengan kalimat Laa ilahailallah. Subhanallah doa'a rasulullahpun terkabul. dari generasi mereka lahirlah ulama-ulama dan ilmuwan Islam, salah satunya adalah Sayid Quthb.
Yakinlah bahwa perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan. Barang siapa yang mengasihi makhluk, maka ia akan dikasihi al-Kholiq (pencipta), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu.” (HR. Tirmidzi)
Kita harus terus berbuat baik, bahkan kepada orang yang telah menyakiti kita pun kita harus terus berbuat baik. Jika datang orang yang telah menyakiti kita untuk meminta pertolongan pada kita, maafkanlah ia, sambutlah ia dgn perkataan yg baik, dan bantulah ia. Apabila ia menjauhi kita dan tidak menghiraukan kita tetaplah berkata yg lembut dan mengucapkan salam kepadanya. Jika kita mampu membalas kejahatan dgn kebaikan niscaya kita akan mendapatkan faedah yg sangat besar. Bukankah lebih indah jika air tuba dibalas dengan air susu? bisa lebih bermanfaat, bukan?
Pandanglah sedikit kesalahan saudara kita, maka Allah ta’ala akan memandang sedikit pula kesalahan kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang memandang sedikit kesalahan seorang muslim maka Allah ta’ala akan memandang sedikit kesalahannya.” (HR. Abu Dawud)
Jauhilah menyakiti sesama (Jika kita melakukannya) maka Allah ta’ala akan menyiksa kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala akan menyiksa orang-orang yang menyakiti manusia.” (HR. Muslim)
Jauhilah menyusahkan hamba-hamba Allah ta’ala (Jika kamu melakukannya), maka engkau akan terkena doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ya Allah, barang siapa yang mengurus perkara umatku lalu mempersulit mereka maka persulitlah dia dan barang siapa yang mempermudah mereka maka permudahkanlah dia.” (HR. Muslim)
Janganlah berhati batu (tidak punya belas kasihan).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang tidak menaruh belas kasihan terhadap sesamanya, maka Allah ta’ala tidak akan mengasihinya.” (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda: “Tidaklah dicabut rasa belas kasihan itu kecuali dari hati orang-orang yang celaka.” (HR. Tirmidzi)
Apapun muamalah yang kita lakukan terhadap manusia, maka kita akan mendapatkan balasan yang sama di sisi Allah ta’ala.
Ibnul Qoyyim berkata: “Sesungguhnya Allah ta’ala adalah Dzat yang Maha mulia, mencintai yang mulia dari hamba-hamba-Nya. Dia adalah Dzat yang Maha Mengetahui, mencintai orang-orang yang berilmu. Dia adalah Dzat yang Maha Kuasa, mencintai yang gagah berani. Dia adalah Dzat yang Maha Indah, mencintai keindahan. Dia adalah Dzat yang Maha Pengasih, mencintai orang yang pengasih. Dia adalah Dzat yang Maha Menutupi, mencintai orang yang menutupi aib hamba-hamba-Nya. Maha Pemaaf, mencintai yang memaafkan hamba-hamba-Nya. Maha Pengampun, mencintai yang suka mengampuni hamba-Nya. Maha lemah lembut, mencintai yang lemah lembut dari hamba-hamba-Nya serta membenci yang keras perangainya. Dia adalah Dzat yang Maha Penyantun, mencintai sifat penyantun. Dzat yang Melimpahkan kebaikan, mencintai perbuatan baik serta pelakunya. Dzat yang Maha Adil, mencintai keadilan. Dzat yang Menerima uzur, mencintai orang yang menerima uzur hamba-hamba-Nya. membalas hamba sesuai dengan ada atau tidak adanya sifat-sifat tersebut pada diri seorang hamba… maka (sesungguhnya) muamalah Allah ta’ala terhadap hambanya sesuai dengan muamalah hamba terhadap sesamanya… berbuatlah semaumu maka Allah ta’ala akan membalasmu sesuai dengan perbuatanmu terhadap-Nya dan terhadap hamba-hamba-Nya."
Maka hendaklah senantiasa memberikan manfaat kepada hamba-hamba Allah ta’ala sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barang siapa yang mampu memberikan kemanfaatan kepada saudaranya hendaklah ia lakukan.” (HR. Muslim)
berbuat baiklah terhadap mereka, karena sesungguhnya Allah ta’ala mencintai hamba yang berbuat baik.
jadilah orang yang senantiasa mempermudah urusan hamba Allah ta’ala serta berlemah-lembut terhadap mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Diharamkan masuk Neraka setiap orang yang pemudah, lemah lembut, dekat dengan manusia.” (HR. Ahmad)
Maafkanlah mereka, mudah-mudahan Allah ta’ala mengampuni dosa-dosa kita, sesungguhnya Allah ta’ala tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.
Balasan suatu perbuatan sesuai dengan perbuatan tersebut. Allah ta’ala bermuamalah dengan hamba sesuai muamalah hamba terhadap sesamanya, maka bermuamalah-lah dengan hamba Allah ta’ala dengan muamalah yang kita mengharapkan Allah ta’ala bermuamalah seperti itu terhadap kita.
Memang baik menjadi orang top, tapi lebih top lagi menjadi orang baik.
"semoga dimudahkan semua urusan kebaikan kita, dan kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa ikhlas untuk berbuat baik..."
Great posting Sister..^_^
ReplyDeleteJazakillah khair
waiyakum ukhti..
ReplyDeletesemoga bermanfaat ^_^