Thursday 28 October 2010

Mbah Marijan; Belajar tentang loyalitas dan pengabdian

Rating:★★★
Category:Other
Teringat percakapan sore tadi di jemputan, ketika berbicara tentang letusan Gn. Merapi dengan Bu Had (teman satu kantor saya). Ketika saya menyinggung tentang wafatnya Mbah Marijan,
"mayat mbah marijan dtemukan dalam posisi sujud ya bu... “ kataku.
lalu beliau menyambung. "iya mba, tau ga, Mbah marijan itu ya, muslim yang taat. Saya rasa yakin Islamnya bener."
"oya, kok ibu menyimpulkan gitu?" tanyaku penasaran, meski sebenarnya saya mendukung pendapatnya.
"saya dan teman2 pernah mengundang anak perempuannya. ustadzah loh... dia ngajarin kita tentang bagaimana memperlakukan jenazah, mulai dari memandikan jenazah sampai shalat jenazahnya... dan kata anak perempuannya itu, mbah marijan ngga seperti yang digambarkan (negatif) kebanyakan orang." katanya tanpa ragu-ragu.
Saya takjub dengan yang dibicarakan Bu Had... dalam hati saya memang mengagumi sosok mbah marijan.

Mengenai biografi mbah marijan sendiri saya dapatkan di Wikipedia, karena jarang sekali yang memuat tulisan biografi tentang juru kunci Merapi ini. Begini katanya, Raden Ngabehi Surakso Hargo atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Maridjan (nama asli:Mas Penewu Surakso Hargo; lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman,1927; meninggal di Sleman, Yogyakarta, 26 Oktober 2010 umur 83 tahun) adalah seorang juru kunci gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Setiap gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi. Ia mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Jabatan sebagai juru kunci lalu ia sandang sejak tahun 1982. Sejak kejadian Gunung Merapi mau meletus tahun 2006, Mbah Maridjan semakin terkenal. Karena faktor keberanian dan namanya yang dikenal oleh masyarakat luas tersebut, Mbah Maridjan ditunjuk untuk menjadi bintang iklan salah satu produk minuman energi.

Tulisan Bayu Gawtama (Public Relation ACT-Aksi Cepat Tanggap) pada tahun 2006 (http://gawtama.blogspot.com/2006/05/mbah-marijan-yang-terdzalimi.html) saat Merapi 'batuk-batuk' membuat saya sangat penasaran dengan sosok mbah ini. Saya bahkan berniat, jika berkunjung ke rumah Paman yang di Sleman, saya mau berkunjung ke dusun Kinahrejo dan bertemu langsung dengan Mbah Marijan. Saya pribadi sangat mengagumi kesederhanaan, keramahan, kesahajaan, kesholehan, kesabaran, kearifan, kekuatan tekad... dan banyak lagi hal-hal yang saya ingin ambil sisi positifnya dari mbah ini, terlepas dari tuduhan klenik dan segala macam. Saya yakin jika saya bertemu langsung dengan beliau dan keluarganya, saya bisa meyakini atau menafikan paradigma kebanyakan orang tentang mbah marijan selama ini. meski keyakinan saya cenderung pada ; mbah marijan adalah lelaki yang sholeh...

Bayu menulis Mbah Marijan sakit lantaran menerima sekian banyak wartawan dan tamu yang datang ke rumahnya. Ia teramat sederhana dan ramah, sehingga tak satu pun tamu tak diladeninya. Kalau pun ada yang diminta menunggu, itu lantaran para tamu datang pada saat waktu sholat. Hingga larut malam, para tamu dengan berbagai kepentingan silih berganti bertandang ke rumahnya. Waktu itu Hampir semua stasiun televisi dan media cetak tak henti memberitakan sosok Mbah Marijan sebagai tokoh klenik, memiliki ilmu sakti, tak bedanya dengan dukun dan paranormal, dan embel-embel mistik lainnya. Tentang keteguhannya tak ingin turun pun dijadikan sasaran berita hangat para kuli tinta. Yang diberitakan bukan sisi manusiawinya, bukan pula tentang keteguhannya memegang amanah dari Sri Sultan HB ke-IX untuk menjaga Merapi sebaik-baiknya. Berita tentang dirinya, seringkali bernada minor. Bahkan ketika ada yang bertanya, “Mbah sebenarnya Merapi kapan akan meletus?” sebuah pertanyaan dari orang-orang yang mengaku berpendidikan. Berbekal pendekatannya kepada Sang Penguasa langit dan bumi, lelaki bertubuh pendek yang lucu itu pun berucap, “jangan tanya saya, tanyakan kepada Allah. Dia yang mengatur semua, Gusti Allah yang punya kehendak”.

Memang kebanyakan orang di Indonesia suka menggunjingkan seseorang atau tokoh tentang sesuatu yang belum dibuktikan kebenarannya. Apalagi jika ada hub.nya klenik dan sejenisnya--
Kasihan sekali Mbah Marijan. Lelaki renta berusia 80an itu kerap dikenal sebagai orang sakti yang selalu berhubungan dengan para penguasa Gunung Merapi sehingga dianggap tahu kapan waktunya Merapi meletus. Keteguhannya untuk tidak mau turun gunung seringkali ditulis sebagai salah satu bentuk kesaktiannya, dan parahnya tak jarang dia dituduh mempengaruhi warga sekitar lereng Merapi untuk tak mengungsi. “Warga kalau mau ngungsi ya ngungsi saja, saya tak pernah melarangnya,” aku Mbah Marijan.

Sesungguhnya, kata Bayu, Mbah Marijan lelaki shalih yang terus menerus mendekatkan diri kepada Sang Khalik. “Datanglah kepadanya, dan lihat langsung sosok sebenarnya. Jangan pernah percaya berita yang menggambarkan profilnya yang aneh dan jauh dari kesan agamis. Sungguh, kami memang baru mengenalnya. Tapi yang kami dapatkan tentang Mbah Marijan hanya satu hal; ia lelaki shalih yang teramat sederhana.”

Seorang teman pun mendapat nasihat darinya, “Kamu itu harus sering melihat ke bawah, jangan ke atas. Lihat nih Mbah, hidupnya seperti ini. Kasih tahu teman-teman yang hidupnya berlebih, contoh Mbah yang sederhana ini,” sambil memperlihatkan gajinya dari Keraton yang cuma Rp. 5.800,-

Saya yakin, Mbah Marijan bukan sosok penuh misteri, bukan tokoh klenik, bukan pula seperti yang banyak diberitakan di media massa tentang kesaktian dan ilmu-ilmu aneh yang dimilikinya. Lelaki berumur lebih dari 80-an itu adalah orang yang shalih, taat beribadah dan senantiasa merasa dekat dengan Tuhannya. Begitu juga dengan keluarganya, istri dan lima anaknya adalah orang-orang shalih. Bu Had pun mengakui bahwa Mbah Marijan dan keluarga punya semacam TPA Al-Qur’an di desanya. Seorang anak peremuan mbah Marijan merupakan Kader PKS, Dalam http://plixi.com/p/53338306 dapat dilihat Presiden, Sekjen & Bendum PKS bersama mbak mamik (anak alm mbah maridjan) di rmh beliau, ds.serunen.

Soal keengganannya berbahasa Indonesia, mbah Marijan berkomentar, "Saya ini orang kecil, hanya berbahasa menggunanakan bahasa orang kecil. Karena itu, omongan saya didengar oleh orang kecil. Bahasa Indonesia itu hanya dipakai oleh orang besar. Dan bahasa Indonesia itu terkesan sombong, saya tak mau dibilang sombong." Hmm… saya jadi inget ilmu Padi; Semakin berisi semakin merunduk…

Dalam tulisannya yang lain (http://gawtama.blogspot.com/2006/04/mbah-marijan-lelaki-shalih-dari-dusun.html), Bayu gawtama menggambarkan betapa mbah Marijan sangat percaya dengan kekuatan do’a. Pada peristiwa Merapi 2006, Mbah Marijan justru berharap Sultan dan pemerintah daerah mengizinkannya melakukan doa bersama mohon keselamatan agar Merapi tak 'marah'. "Masalahnya, saya diizinkan atau tidak oleh pemerintah kalau saya berdoa kepada Gusti Allah..." tanya Mbah berharap. Pertanyaan yang sesungguhnya tak perlu jawaban dari Sultan atau pun pemerintah setempat. Karena bagi Mbah Marijan, yang dimaksud doa bersama itu tidak mesti membuat acara besar seperti layaknya acara 'selamatan' di kampung-kampung dengan mengundang banyak orang. "Cukup semua masyarakat bersama-sama berdoa, boleh dari rumahnya masing-masing, meminta kepada Allah agar Merapi tak jadi meletus," tambah Mbah.

Djoko Sukahar (http://www.detiknews.com/read/2010/10/27/165239/1476814/103/selamat-jalan-mbah-maridjan?nd991107103) menulis tentang Keakraban dan sifat humoris Mbah Marijan, namun jangan dikira sebagai cerminan dia gampang kompromi. Dia adalah tipe orang yang sulit dipengaruhi, terutama jika untuk tujuan tidak baik. Di balik kalimat-kalimat jenakanya, sang mbah sangat tegas bersikap.

Itu terjadi ketika lumpur Lapindo menggelegak. Ada serombongan orang datang meminta tolong. Mbah Marijan jujur bilang dia tidak bisa melakukan itu. "Saya ini juru kunci gunung, saya tidak bisa menyumbat keluarnya lumpur," jawab Mbah Maridjan dalam bahasa Jawa. Gagal mempengaruhi Mbah Maridjan, rombongan itu datang lagi sebulan kemudian. Kali ini bukan dengan orang yang sama, tetapi melalui perantara yang mempunyai kedekatan khusus dengan sang mbah. Apa jawabnya? "Pokoke aku emoh metu teko kene. (Pokoknya aku tidak mau meninggalkan lereng Gunung Merapi). "

Benar-benar kearifan lokal yang ada di negeri ini, terbukti mampu membuat harmonis antara alam dan penghuninya...

Meski Mbah Marijan sudah meninggal namunt tetap mempunyai pengaruh yang luar biasa. Ini ditunjukkan dalam prosesi pemakanannya yang dihadiri ribuan orang, termasuk sejumlah tokoh nasional. Hal ini karena Mbah Marijan memiliki pesona, karakter dan sosok yang mampu mewakili nilai-nilai luhur. Ya, Sosok Mbah Marijan telah melekat di hati masyarakat. Ia memiliki kesetiaan, tanggung jawab dan kejujuran. Ini sebuah nilai yang dibutuhkan masyarakat.

Bahkan PT. Sidomuncul menegaskan bahwa royalti iklan kuku bima (mbah marijan) akan diberikan selamanya meskipun kontrak iklan tersebut akan berakhir 1,5 tahun lagi. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan atas nilai-nilai yang diperjuangkan Mbah Marijan. Sosok tokoh nyentrik ini dinilai sudah menjadi legenda sehingga mampu membetot perhatian masyarakat Indonesia. “Kami juga akan membantu pembangunan rumah bagi keluarga Mbah Marijan setelah keadaan aman,” kata Pihak PT. Sidomuncul.

Loyalitas dan Pengabdian Mbah Marijan menjaga Merapi telah teruji. Keputusan tak bersedia mengungsi itu dapat dipahami. Sikap Mbah Marijan tersebut merupakan konsistensi abdi dalem untuk terus menjaga Merapi meski nyawa menjadi taruhan. Benar-benar sebuah pembelajaran untuk sebuah pengabdian yang tulus dan loyalitas yang sepanjang masa.


Wallahu'alam bi shawab
*tadinya saya berharap Review ini saya tuliskan sebagai laporan (atau lebih tepatnya, cerita) pertemuan saya dengan mbah marijan dan keluarga… namun ternyata saya hanya bisa mengulasnya melalui sumber sekunder… *

Selamat Jalan Raden Ngabehi Surakso Hargo
Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah…


7 comments:

  1. belum tuntas bacanya, lain kali tandang ke sini lagi ^^

    ReplyDelete
  2. haha... pake setengah2 pak. oke..
    *kepanjangan apa ya?*

    ReplyDelete
  3. hee dah setengah bacanya, an aja yang dah capek, kurang istrahat dari td ol.^^

    ReplyDelete
  4. yo wis.. nanti silahkan dilanjutkan ^^

    ReplyDelete
  5. tengkyu... if u want, please add the fact that u know ^^

    ReplyDelete