Setelah menikmati indahnya pagi di halaman masjid At-Ta'awun, menanti bulan tenggelam ddari balik hamparan kebun teh, kami pun bergegas untuk membersihkan diri dan menghadap sang pencipta dalam dhuha. Brrr... bener-bener dingin banget nih air di puncak. keren! rasanya badan jadi beku. tapi yang pasti jadi fresh banget. Segera kami menghangatkan badan dengan sarapan bubur ayam.. yummy juga makan bubur ayam pagi-pagi di puncak. Mobil-mobil yang penumpangnya semalam bermalam di sini ternyata masih banyak juga, ditambah beberapa mobil baru memasuki halaman masjid. Memang benar, masjid ini tidak pernah sepi. Selalu ramai... subhanallah, barakallah...
Perjalananpun dilanjutkan ke taman nasional gunung gede pangrango. kalau dari masjid At-Ta'awun ini lumayan jauh. Posisinya sudah masuk Cipanas, bukan Kab. Bogor lagi. Untuk mencapainya perlu naik 2 kali angkot kuning dari At-Ta'awun. tapi menyenangkan banget kok, soalnya jalannya gak macet kayak jakarta dsk, pemandangannnya juga bagus banget.., kebun teh, pegunungan, villa, dsb. dan yang pasti udaranya seger banget. makanya saya pribadi menikmati banget naik angkot di puncak ini. Terlihat juga Gunung Gede yang berdampingan dengan Gunung Pangrango. Subhanallah, Allah memang maha keren, menciptakan pemandangan sekeren ini...
Sebenernya ingin banget mendaki gunung gede ini, minimal melihat telaga biru atau air terjun Cibeureum, tapi untuk sekarang sepertinya belum bisa, karena diperlukan beberapa syarat untuk menuju tempat tersebut, apalagi itu termasuk jalur pendakian. hiks... akhirnya kamipun berjalan menuju pintu masuk kebun raya cibodas. Setelah membeli tiket, saya meminta peta kebun raya ini kepada petugas. Karena dengan adanya peta, akan lebih mudah untuk menjelajahi Cibodas ini, walau cuma bisa melihat gunung gede dan pangrango dari sini, hiks... T_T
Sebenernya jalur Cibodas ini adalah jalur pendakian yang paling aman dan yang paling banyak dilewati pendaki. 2 kilometer selepas Cibodas, jalan landai dan nyaman memotong Ciwulan, di sini bisa rehat sejenak di Telaga Biru sungguh menyenangkan. Setelah melintasi Panyancangan Kuda teruslah mendaki menuju pertigaan Cibeurem. Di sini ada air terjun Cibeureum yang indah. Saya berencana ingin mengunjungi air terjun ini T_T. Ada beberapa air terjun yang bisa dinikmati seperti air terjun Ciwalen, Cikundul dimana airnya berasal dari sungai yang sama. Didaerah ini juga katanya ada Goa Lalay or Goa kelelawar. Jika naik ke atas lagi akan bertemu sungai air panas, suhunya air panasnya berkisar 75' c tetapi katanya sih bisa berubah menjadi sangat dingin saat hujan turun. Setelah mendaki melewati Lebak Saat atau lembah tanpa air dan Kandang Batu nanti akan menemukan pos Kandang Badak. Nah di kandang badak ini ada persimpangan. Yang ke kiri menuju puncak Gede, dan yang ke kanan menuju puncak Pangrango. Puncak Pangrango jarang didaki karena datarannya sangat rimbun dan sepi, dari sini katanya akan terlihat alun-alun Mandalawangi. Jika ingin ke puncak Gede dari Kandang Badak belok ke kiri menuju puncak Gede melewati Tanjakan Setan, selepas tanjakan akan ditemukan kawah Ratu dan Kawah Wadon, kawah Baru,kawah Lanang serta kawah Sela dan terakhir kawah gunung Gede di ketinggian 2958 mdpl dengan uap belerang yang menyengat. i hope, one day i can climb the mountain...
Anyway, ternyata ada lokasi baru di kebun raya cibodas ini, diantaranya sakura garden. Taman ini letaknya di antara bukit. Bersebelahan dengan Rhodhodendron garden yang Indah juga.
So untuk mencapai lokasi ini, kita harus menuruni bukit yang lumayan terjal. Taman dikelilingi dengan pohon bunga sakura. Tapi sayang pohon ini hanya berbunga 2 kali setagun (Jan-Feb dan Agust-Sep).
Ditengah-tengahnya ada jalan air, mirip sungai kecil yang jernih lengkap dengan batu-batunya. Banyak anak-anak main air disini. tempatnya cukup aman untuk anak-anak, tapi tetap harus dengan pengawasan orang tua. Ada juga air terjun buatan (Air terjun Cibogo). pokoknya it's a cozy place to rihlah with your family.
Setelah puas futu-futu dan jalan-jalan di taman ini, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki bukit seberang... terus... dan terus... lumayan juga bikin ngos-ngosan. Apalagi pake acara dikejar tawon hutan segala.. fhhuhhh, bener-bener capek. gak tau berapa panjangnya melintasi bukit-bukit ini, yang pasti naik turun, dan akhirnya sampailah kita di Kolam besar dan lapangan luas. tempat yang biasa saya kunjungi kalau ke sini. bedanya kali ini lewat jalur yang berbeda. Jam saya menunjukkan pukul 09.30 WIB. Hmm... pantesan masih lowong nih tempat, soalnya biasanya sih ramenya sekitar jm 11-an. Begitu juga kalau berangkat dari jakarta, biasanya sampai sini sekitar jm 11.
Tidak menyia-nyiakan pemandangan yang indah ini, kami mengambil anggel yang bagus untuk diabadikan dalam kamera *futu-futu lagi*. Tiba-tiba seorang bapak tua *atau kakek ya?* berseragam LIPI menghampiri saya dan dewi yang lagi asik dengan kamera kami, "ngapain foto-foto kok susah banget kayaknya?" dengan senyum yang ramah beliau menyapa kami. "iya nih pak, soalnya kita cuma berdua, jadi harus pake timer kameranya supaya bisa foto berdua." jawabku. Bapak yang ramah, kamipun berkenalan dan ngobrol-ngobrol. Ternyata pak Samsuri ini *namanya* adalah pegawai unit konservasi kebun raya cibodas ini. Sayangnya dia pensiun bulan Mei ini... dilihat dari mimiknya waktu berbicara, sepertinya beliau begitu sedih... mungkin sudah sangat mencintai pekerjaannya dan lingkungan disini.
Pak Samsuri bercerita banyak kepada kami, tentang keluarganya, anak-anaknya, pengalamannya sejak masih muda dalam mendaki gunung gede, gunung pangrango, juga pengalamannya semasa menjadi petugas konservasi cagar alam ini. Mendengar ceritanya, kami bisa merasakan serunya mendaki gunung gede... sangat persis apa yang digambarkan literatur2 yang saya baca tentang gunung gede. Mendengarnya membuat keinginan saya untuk mendaki gunung gede semakin besar. tapi keinginan itu saya urungkan, mengingat dulu semasa di kampus pernah mengusulkan kegiatan pendakian ini ke proker DKM, tapi segera 'dikomentari' oleh mba2 dan mas2 DKM... hiks.. hiks.. T_T
Jam menunjukkan pukul 11 siang. Pengunjung mulai berdatangan, membuat suasana semakin ramai. Pak Samsuri mengajak kami untuk melihat Air Terjun Ciismun. Kami setuju. Sejak kecil saya kesini saya belum pernah mengunjungi air terjun ini, hmm... jadi penasaran.
Jalan menuju air terjun Ciismun ternyata sangat dahsyat. terjal, berliku, penuh onak dan duri (apa coba??). pokoknya saya sarankan jangan membawa oarang yang sudah renta ke air terjun ini... kasihan! kalaupun mau, anda bisa lewat pintu cipanas (pintu belakang kebun raya cibodas) karena jalannya lebih landai. Pak Samsuri jalan di depan dengan lincah, begitu juga saat melewati batu-batu kali. Sepatu Pantofelnya menginjak batu2 kali dengan cekatan. Padahal walau pake sendal gunung, saya dan Dewi sangat berhati-hati banget, takut tergelincir. Hebat juga nih si bapak...
Subhanallah... Kelelahan yang dirasakan segera sirna saat melihat air yang memacar dari atas ditopang oleh tebing yang kokoh. it's very amazing ^_^ Air Terjun Ciismun ternyata tinggi banget, sekitar 2x tinggi air terjun cibogo. Airnya deras sekali, mengalir ke sungai berbatu di bawahnya. Banyak orang yang basah-basahan dan foto2 di bawah air terjun. Mungkin ada sekitar 120 orang di sini. Awalnya saya hanya mau melihat air terjun dari jauh saja, karena takut basah (maklum persiapan baju ganti dah habis). Tapi ternyata asik juga kalau mendekat ;-) gak sampai kena airnya sih, cuma kena percikan uap airnya. That's enough to make me (and also my soul) cool and fresh. Pokoknya refresh your self here ^_^
Untuk kembali ke Lapangan tadi, ternyata harus melewati jalan yang sama, tapi kali ini Menanjak!! beberapa kali kami berhenti untuk mengambil nafas... tapi Pak Samsuri berjalan dengan santainya. Beberapa kali kami bertemu dengan rombongan yang mau turun ke bawah, pak Samsuri tersenyum menyapa beberapa orang yang ia kenal. Sedang saya dan Dewi hanya bisa fokus pada tanjakan demi tanjakan di depan.. berharap cepat sampai ke atas lagi. Duh, kebayang deh tanjakan setan-nya gunung gede bakalan lebih dahsyat dari ini..
Dengan penuh perjuangan akhirnya sampai juga ke lokasi awal, lapangan besar. Banyak orang-orang yang tadi habis dari air terjun Ciismun duduk melepas lelah. Kami pun langsung merebahkan kaki di atas rerumputan. "minum pak." tawarku kepada Pak Samsuri yang masih berdiri. "gak. makasih. saya gak haus." jawabannya membuat kami cukup tercengang. Kok bisa?? padahal track nya lumayan berat *atau berat banget ya?* dan Pak Samsuri kan dah berumur. Kuat juga nih si bapak. Bahkan beliau tidak keringetan sedikitpun... padahal kita yang muda aja dah ngos-ngosan kayak gini... lalu Dewi menawarkan cokelat yang kami bawa, "ayo pak diambil cokelatnya." akhirnya setelah saya paksa, beliau mau menerima cokelat pemberian Dewi.
Dengan penuh perjuangan akhirnya sampai juga ke lokasi awal, lapangan besar. Banyak orang-orang yang tadi habis dari air terjun Ciismun duduk melepas lelah. Kami pun langsung merebahkan kaki di atas rerumputan. "minum pak." tawarku kepada Pak Samsuri yang masih berdiri. "gak. makasih. saya gak haus." jawabannya membuat kami cukup tercengang. Kok bisa?? padahal track nya lumayan berat *atau berat banget ya?* dan Pak Samsuri kan dah berumur. Kuat juga nih si bapak. Bahkan beliau tidak keringetan sedikitpun... padahal kita yang muda aja dah ngos-ngosan kayak gini... lalu Dewi menawarkan cokelat yang kami bawa, "ayo pak diambil cokelatnya." akhirnya setelah saya paksa, beliau mau menerima cokelat pemberian Dewi.
Setelah lelah berkurang, Pak Samsuri mengajak kami ke taman lumut. Kayaknya nih lumayan baru juga, atau saya gak ngeh ya kalau ada taman lumut. Isinya berbagai macam lumut dan tumbuhan paku-pakuan. Dari taman lumut akhirnya kami menuju masjid untuk shalat. Yang aneh, pengunjung lain harus bayar untuk masuk toilet, tapi penjaga toilet malah tidak mau menerima uang kami, "udah neng, gak usah bayar." kata ibu penjaga toilet ramah. Kenapa ya? tadi sih saya sempat melihat Pak Samsuri menyapa penjaga toilet itu. Apa karena kita bareng Pak Samsuri kah??
Awalnya setelah shalat kami ingin langsung pulang ke Jakarta, karena khawatir macet kalau pulang sore. Maklum long week end, dan berlaku jalur buka tutup. Tapi Pak Samsuri memaksa kami untuk makan dulu, katanya biar ntar gak kelaparan di jalan. Kami menuruti, karena awalnya kami mengira Pak Samsuri juga lapar. Tapi ternyata dugaan kami salah, ketika ditawarkan makanan beliau berkata, " saya gak lapar." Tapi akhirnya saya pesankan satu mangkuk bakso untuk beliau dan akhirnya beliau mau makan. Saat membayar di kasir, kaget juga sih. Soalnya harga yang tertera untuk bakso dll 8000 per porsi, tapi kami hanya ditagih 6000 per porsi plus gratis untuk minummya. Hmm... kayaknya sih karena ada Pak Samsuri deh makanya harga makanan yang kita makan didiskon.
Sebenernya sih saya hafal jalan menuju pintu keluar dari sini. However, i often go to this beautiful place. Tapi beliau memaksa untuk mengantar kami sampai gerbang... "duh jadi gak enak banget. dari tadi didampingi terus kemana-mana... dah kayak guide kita aja..." Inginnya sih Pak Samsuri cukup nganterin sampai disini aja. Tapi gimana ya, diminta pun beliau tetap bersikeras mengantar kami sampai gerbang. Bahkan beliau menanyakan apakah kami ingin membeli oleh-oleh atau tidak. Karena beliau bisa bantu menawarkannya. Pastinya kita akan dapat harga yang lebih murah.
Kami sempat berpikiran, "jangan-jangan kami harus membayar nih karena sudah dipandu sejak ke air terjun tadi.." karena sebelumnya beliau pernah bercerita kalau beliau sering memandu orang yang naik gunung gede, tapi kalau sekarang sih seringnya cuma sampai gua kelelawar... mengingat keadaaan fisiknya. Biasanya dibayar sekitar 150 rb sampai 300 rb. Kami sepakat untuk patungan memberikan uang kepada Pak Samsuri, yah minimal sebagai ucapan terima kasih karena telah menjadi guide kami.
Sebelum berpisah beliau minta nomor HP kami, katanya untuk menjalin silaturrahim. Karena HP beliau di rumah dan beliau tidak hafal nomornya, maka nanti setelah sampai di rumah beliau akan mengirimkan nomornya kepada kami. Saya mengambil secarik kertas, menuliskan nomor HP kami, dan menyerahkannya kepada beliau. "Lia, tulis nama saya. Jangan sampai salah lagi." haha.. memang saya sering lupa memanggil beliau dengan sebutan Pak Samsudin..
Beliau menyampaikan sebuah pesan *rahasia deh :-D* supaya kami bisa masuk ke kebun raya cibodas ini dengan gratis!! hmm... that's good idea ^_^
Tiba di gerbang, kami berpamitan dengan beliau. Beliau menolak saat saya memberikan uang sebagai tanda terima kasih kami. "Gak usah, pakailah uang itu buat ongkos pulang...." katanya. Baerkali-kali saya memaksanya untuk menerima uang itu, tapi kali ini paksaan saya gak berhasil... Beliau keukeuh tidak mau menerima uang pemberian kami. Akhirnya saya menyerah. Makasih banyak pak, telah mengantarkan kami keliling cibodas.. mohon maaf jika ada kesalahan. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang lebih banyak...
Tidak habis pikir, kok ada ya orang sebaik itu. Padahal baru kenal.
Setelah membeli oleh-oleh buat orang-orang rumah, kami menaiki angkot menuruni puncak. Saat merogoh kantong jaket, mengambil uang untuk membayar angkot, "Wi, ini kan kertas yang tadi saya kasih ke Pak Samsuri... kok ada di kantong jaket saya ya???" Kami pun tercengang melihat kertas yang ada nomor HP saya dan Dewi. Kok bisa?? saya inget betul kertas itu tadi sudah saya serahkan ke Pak Samsuri dan saya melihat dia menerimanya...
..: end of journey to 4 cities (Tangerang-Jakarta-Bogor-Cipanas) :..
Hmm, kayaknya next time kudu berkunjung ke Cibodas lagi deh... ^_-
wah asiiknya, klo kesana lagi mungkin kita bisa manfaatin pak Samsuri itu yah, untuk Gratisan...hehehehe
ReplyDeleteyup bener banget. bahkan katanya beliau mau jadi guide gratis kalo saya dan keluarga atau teman2 ke sana lagi ^_^
ReplyDeletewaah.. keren banget pengalamannya.
ReplyDelete:pengen:
yup. can make your self so fresh...
ReplyDeletewah, jadi kangen pengen main di Mandalawangi lagi....
ReplyDeletePuncak Gede memang lebih indah daripada puncak pangrango.
tapi, yang jadi favorite saya, tetep Mandalawangi. Soalnya sepiiii.....
wah kayaknya seru juga mandalawangi. share tulisan ttg itu yaaa.... ^_^
ReplyDelete