Sunday 19 February 2012

Doa itu Santun dan Mesra


“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia mendo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada di dalam kebenaran.” (Al-Baqarah:186)


Karena desakan hajat yang memenuhi jiwa, ,keinginan-keinginan yang menghantui angan, kita lalu menjadi hamba pendoa. Hal itu tidak salah, memang kita harus memohon perkara2 besar dan mulia (surga atau pengampunan), krn tidak ada sesuatu pun yang besar bagi-Nya (Shahih Muslim No.4838)

Kita perlu berdoa dan harus terus menerus berdoa, karena doa adalah inti dari ibadah, pengejawantahan dr ketundukan dan kepasrahan tanpa syarat pada-Nya. Justru yang tak pernah memohon apapun pada Allah, maka akan jatuh pada kesombongan.


Doa adalah senjata orang mukmin.
Kita perlu berdoa dan terus menerus berdoa, karena itulah senjata paling ampuh orang2 beriman yang membuat mereka selalu kuat, tegar dan berani..

Layaknya pedang yang tajam (doa), maka perlu etika dan seni untuk menggunakannya. Karena jika kita tidak bisa menggunakannya maka bukan tidak mungkin kalau pedang tersebut justu akan melukai sang pemegang pedang (pendoa).

Kitapun disuguhi banyak ajaran tentang doa, yang katanya harus spesifik, tervisualisasi, dll. Mengenai hal itu, marilah belajar pada hamba-hamba terpilih tentang doa.

Berikut saya tuliskan kembali kultwit #doa dari Ustadz Salim A Fillah.

Hamba agung pertama adalah Musa;
Betapa payah dia berlari dari Mesir hingga Madyan, dikejar pasukan setelah membunuh. Kisah yang diabadikan Surah Al Qashash itu amat indah; bahwa dalam lelah & gelisah Musa tetap tergerak menolong sesama. Ada 2 putri Syu'aib yang tersebab kehormatan diri tak ingin berdesak-desak, menunggu giliran memberi minum ternak. Maka Musa, yang walau perkasa tapi tenaganya tinggal sisa-sisa, menolong kedua gadis mulia itu dengan begitu ksatria. Seusainya, Musa bernaung di tempat yang agak teduh. Para Mufassir menyebutkan; dia begitu lapar & memerlukan makanan. Tapi apakah kemudian Musa berdoa secara detail, spesifik, & divisualisasikan atas apa yang dia hajatkan? Mari kita simak.


Musa berdoa: "Rabbi, inni lima anzalta ilayya min KHAIRIN faqiir.. Duhai Rabbku, sungguh aku terhadap yang Kau turunkan padaku dari antara KEBAIKAN; aku amat faqir, amatlah memerlukan." {QS 28: 24}.
 
Kalimat doa-nya dipilih dengan indah. Musa tidak menyebut hajatnya yang amat jelas; lapar. Musa tak menyebut kebutuhannya yang sangat mendesak; makanan. Dengan amat santun & mesra; dia mohon pada Rabb-nya kebaikan. Dia tahu Allah lebih mengetahui yang terbaik baginya. Maka apa sajakah yang diterima Musa dari Allah atas doa yang tidak detail, tidak spesifik, & tidak tervisualisasi ini? Musa bukan hanya mendapat makan atas laparnya; tapi juga perlindungan, bimbingan, pekerjaan, bahkan kelak istri & kerasulan. Betapa Allah Maha Pemurah. Ddoa hambaNya yang santun & sederhana; dijawab dengan limpahan karunia melampaui hajat utama.


Hamba agung kedua ialah Yunus, 'Alaihis Salam.
Dia marah dan pergi dari kaumnya. Mari kita fahami betapa berat tugas da'wah Yunus di Ninawa. Betapa telah habis sabarnya atas pembangkangan kaumnya. Lalu diapun pergi sembari mengancamkan 'adzab Allah yang sebagaimana terjadi dahulu; pasti turun pada kaum pendurhaka. Tapi dia pergi karena ketaksabarannya sebelum ada perintah Allah. Maka Allah akan mendidiknya untuk sabar dengan cara lain. Kita tahu; ringkasnya, Yunus dibuang ke laut dari atas kapal setelah 3 kali undian muncul namanya; lalu ditelan ikan. Menurut sebagian Mufassir; ikan yang menelannya ditelan ikan lebih besar; jadilah ia gelap, dalam gelap, dalam gelap. Bahkan ikan itu membawanya ke dasar samudera.

Maka terinsyaf Yunus akan khilafnya, lalu menghibalah dia.
Bagaimana doa-nya? Apakah doa-nya detail, spesifik, & tervisualisasi; jika yang paling dihajatkan Yunus saat itu ialah keluar dari perut ikan?

Tapi doa-nya justru; La ilaha illa Anta, subhanaKa, inni kuntu minazh zhalimin; Tiada Ilah sesembahan haq selain Engkau.. Maha Suci Engkau; sungguh aku termasuk orang yang berbuat aniaya." {QS 21: 87}
Indah & mesra; penuh kerendahan hati.
Apa yang diperoleh Yunus dari doa yang amat tidak spesifik, tidak detail, & tidak tervisualisasi ini? Sungguh berlimpah!

Yunus bukan hanya dikeluarkan dari perut ikan. Dia bahkan tak perlu payah berenang karena 'diantar' sampai daratan. Dan bukan sembarang daratan! Ibn Katsir mengetengahkan riwayat; Yunus didamparkan di tanah yang ditumbuhi suatu tanaman. Ketika Yunus memakannya, tanaman itu memulihkan tenaga & kesehatannya setelah sakit & payah berpuluh hari di perut ikan & lautan. Yunus pun bugar, bersemangat dan berjanji pada Allah untuk nanti tak menyerah mendakwahi kaumnya; apapun yang terjadi. Tapi alangkah takjub penuh syukurnya dia; ketika kembali ke Ninawa, seluruh kaumnya justru telah beriman pada Allah. Doa sederhana itu diijabah; bebas dari perut ikan, selamat dari laut ke darat, tanaman pembugar, & berimanlah kaumnya!

Berkata Ibn Taimiyah; "Di antara seagung doa; ialah doa Yunus AS. Padanya terkandung 2 hal; pengagungan keesaan Allah dan pengakuan akan dosa." Sungguh untuk bermesra dengan Allah & dikaruniai nikmat agung; 2 hal dalam doa Yunus ini cukup. Memang demikianlah. Berdoa bukan cara memberi tahu Allah apa yang kita perlukan; sebab Allah Maha Tahu, Maha Bijaksana. Berdoa itu berbincang mesra; agar Allah mengaruniakan yang terbaik untuk kita dengan ilmu & kuasaNya yang sungguh Maha.

Di atas soal 'boleh-tidak boleh'; ada perbincangan tentang Adab kepada Allah SWT; hingga para 'ulama memuji doa Adam AS. Doa dengan kalimat imperatif (mengandung Fi'lul Amr/kata kerja perintah) sesungguhnya tak terlarang; tapi Adam ajarkan Adab.
"Rabbana zhalamna anfusana, wa IN LAM taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin.. Duhai Rabb kami, kami telah menganiaya diri sendiri; ANDAI Kau TAK ampuni & sayangi kami; sungguh kami pastilah termasuk orang merugi."

Doa indah itu menghiba; merendah, mengakui lemah, fakir, salah dan bernodanya diri, disertai mengagungkan keesaan Allah.

Sekali lagi; saya (Salim A Fillah) tak hendak mengatakan bahwa doa detail, spesifik dan tervisualisasi itu dilarang. Hanya, kita bicara Adab. Mungkin boleh, -mungkin-; Tapi dari sisi Adab; kita khawatir tak medapati tuntunannya dari insan-insan mulia yang doa-nya diabadikan oleh Al Quran.

Sebagai penutup, mari simak lagi doa seorang ahli ibadah yang detail, spesifik, & tervisualisasi. Ibn 'Athaillah pengisahnya. Seorang 'Abid berdoa mohon pada Allah agar dikaruniai 2 potong roti tiap hari tanpa harus bekerja; sehingga dengannya dia bisa tekun beribadah. Dalam bayangannya, jika tak berpayah kerja mengejar dunia, ibadahnya kan lebih terjaga. Maka Allah mengabulkan doa-nya dengan cara yang tak terduga; ia ditimpa fitnah dahsyat yang membuatnya harus dipenjara.

Allah takdirkan di penjara dia diransum 2 potong roti; pagi & petang. Tanpa bekerja. Diapun luang & lapang beribadah. Tapi apa yang dilakukan si 'Abid? Dia sibuk meratapi nasibnya yang terasa nestapa di penjara; "Mengapa ini terjadi?" Dia tak sadar bahwa masuk penjara adalah jalan ijabah atas doa-nya yang detail, spesifik, & tervisualisasi; 2 roti/hari.

Kalau kata Ustadz Anis Matta, Kalimat2 yg kita gunakan dlm doa memanifestasikan titik paling dalam dr kesadaran ubudiyah kita. Bisakah kita menyerap kekuatan dr kepasrahan??
Karena berdoa mengajarkan kita bgmn menyerap energi dr ketundukan, kekuatan dr kepasrahan, kemuliaan dr penyerahan diri, keberanian dr kekhusyukan..

Mari berdoa dengan santun dan mesra... dari hati terdalam, dari kesadaran ubudiyah kita
Meminjam kata2 Ustadz Salim lagi,

Teruslah berdoa.. hingga bukan hanya isi doanya, tapi doa itu sendiri yang menjadi hajat & nikmatnya menghamba padaNya 

5 comments:

  1. Sukaaaa bahasan tentang doa...
    *memperbaiki kembali cara berdoa*

    ReplyDelete
  2. @azaliaazzam, @dyasbaik: siiip.... semangat berdoa dan berusaha :)

    ReplyDelete