Monday, 28 November 2011

Allah Kiya Karo


"Kan ada Allah...."
Kalimat itu terngiang kembali di telingaku. Pikiranku pun kembali mengenang peristiwa seminggu yang lalu... Waktu itu saya diminta mewakili Leader presentasi pada sebuah international Seminar di Unpad Jatinangor.Sebenernya gak pede juga sih, secara international seminar gituh. Pastinya bakalan bercuap-cuap pake bahasa international, alias bahasa Inggris. Meski sebelumnya pernah ikutan seminar international juga, tetep aja gak pede dengan kemampuan bahasa Inggris saya.


Saya memutuskan menerima presentasi tersebut karena saya tidak punya alasan untuk menolaknya. Di satu sisi, seminar itu memang penting untuk Leader saya. Jika tidak, maka targetnya sulit tercapai. Saya teringat sebuah hadist:
Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa melepaskan seorang Mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesulitan dari dirinya di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan (Mukmin) yang sulit, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Saya berfikir, masa saya tidak mau menolong saudara sesama muslim yang membutuhkan? padahal Allah saja memberikan banyak keutamaan untuk itu..

Di sisi lain, ini merupakan sebuah kesempatan (lagi) bagi saya untuk belajar, bagaimana menyampaikan pemikiran kita pada audience dengan bahasa inggris. Saya pikir, tidak ada ruginya bagi saya untuk mencoba. Mama dan ibu saya selalu memberikan motivasi, menekankan saya untuk berani mecoba sesuatu yang positive, yang akan berguna untuk meningkatkan aktualisasi dan kemampuan diri.

Yang memberatkan saya adalah, saya tidak mengerti paper yang akan saya presentasikan. maklum, paper itu bukan saya yang buat, tetapi Leader saya bersama mahasiswa bimbingannya. Isinya juga tentang simulasi numerik. Hal yang sangat saya hindari sejak kuliah dulu. Saya tidak pernah mencoba memahami tentang itu, karena rasanya pandangan saya berkunang-kunang saat melihat simbol-simbol yang belibet itu *lebay.com* Pokoknya sumpaaaahh.. gak suka banget! apalagi ini harus mengerti dan mempresentasikannya. Ditambah waktunya hanya 2 hari!

Yang selanjutnya adalah masalah tempat singgah di sana. Karena dananya tidak memungkinkan untuk saya menyewa sebuah kamar hotel, maka saya harus mencari tempat singgah yang nyaris gratis. Hmm... ternyata kampus unpad jatinangor ini jauh juga dari Bandung. Malah sudah memasuki Kota Sumedang. Sayangnya saya tidak punya teman di sana. Worried juga sih... ini pertama kalinya saya ke jatinangor, sebatang kara juga. Gak ada jalan lain selain bawa banyak uang, *biar bisa nyicipin banyak makanan* hehe...

"kan ada Allah....", begitu kata ibuku, saat aku menceritakan kegalauanku. Selain mama, saya juga memang suka sharing dengan ibu, terutama untuk masalah kantor, karena kita satu instansi.

Bismillah, dengan keyakinan bahwa Allah yang maha penolong dan maha pemurah akan menolong saya, saya mulai membaca paper yang bahkan komputer saya tidak mampu mem-print simbol-simbol rumit ini. Dua kali saya baca paper tersebut... alhamdulillah, saya bisa merasakan iramanya, getarannya, dan arah tujuannya. saya baca sekali lagi... alhamdulillah saya bisa mengerti maksud dari deretan simbol-simbol rumit ini. Subhanallah... ternyata otak saya mampu meverna tulisan ini, hal yang sejak kuliah selalu saya jauhi. Subhanallah... ternyata dalam keadaan terdesak otak kita sepertinya bekerja berpuluh-puluh kali lebih optimal dibanding dalam keadaan normal. Alhamdulillah ya Rabb...

Pertolongan selanjutnya pun datang.
Tiba-tiba saya teringat sahabat karib saya yang sudah 4 tahun tidak berjumpa. Kabar terakhir yang saya ingat, ia dan keluarganya tinggal di Bandung. Maka tanpa menunggu waktu lama, saya segera menghubunginya.... Ternyata di luar dugaan, ia dan keluarga tinggal di Cileunyi, dekat dengan kampus Unpad Jatinangor. Bahkan ia menawarkan agar saya bermalam di rumahnya saja, agar bisa lebih puas melepas rindu.  Maklum udah lama gak ketemu, ditambah saya juga kangen banget dengan dua keponakan saya itu... Alhamdulillah, i love you fuuuuull my sista *mbah surip mode on*.

Dan hal yang saya risaukan lainnya adalah tentang presentasi. Walaupun (misalnya) saya bisa lancar menyampaikan presentasi saya dalam bahasa inggris, tapi saya masih cemas mengenai sesi tanya jawabnya. Takut tidak mengerti apa yang diucapkan si penanya (apalagi kalau orang luar yang logat englishnya gak jelas dan kecepetan), takut tidak bisa menjawab, dsb. Tapi dengan keyakinan seperti sebelumnya... Subhanallah, Allah memberikan satu kemudahan lagi kepada saya. Pada sesi tanya jawab, ada mahasiswi teknik kimia unpad yang tertarik dengan penelitian ini. Sehingga ia melontarkan banyak pertanyaan kepada saya hingga waktu tanya jawab habis. Alhamdulillah semua pertanyaannya bisa saya jawab, dan karena yang bertanya masih orang Indonesia, maka saya tidak kesulitan mengidentifikasi apa yang dia ucapkan.

Memang Allah semata tempat kita bergantung,
Hanya Allah yang bisa kita andalkan,
Allah tidak akan mengecewakan hamba-Nya,
bahkan pada hambanya yang mengecewakan sekalipun.

Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.

seperti halnya lagu yang dinyanyikan Maher Zein,

Allah-hi-Allah-kiya-karo 
(Katakan Allah, hanya Allah)

Oh Allah, You’re here 
(Oh Allah, Engkau ada di sini) 
You’re always near
(Engkau selalu dekat) 
And I know without a doubt
(Dan aku tahu tanpa keraguan) 
That you always hear my prayers 
(bahwa kau akan selalu mendengar doaku)

Friday, 25 November 2011

Sem2: Backpacker in Bandung

Seminar hari ke 2:

Dengan terpaksa saya meninggalkan rumah Utin. Sebenernya masih mau lama-lama disitu... tapi apa daya kewajiban yang harus ditunaikan lebih banyak dari waktu yang tersedia.

Dengan membawa oleh-oleh dari utin: 1,5 Kg keripik tempe pedas dan keju, sayapun kembali ke kampus Unpad Jatinangor untuk mengikuti seminar hari terakhir. Ini adalah hari terakhir saya juga di Jatinangor. Saya berniat pulang ke Jakarta hari ini.

Hari ini saya hanya mendengarkan saja presentasi-presentasi yang disampaikan oleh Plenary Lecture. Cukup menarik saya kira, meski saya tidak mengerti sepenuhnya kalimat-kalimat yang mereka katakan. Maklumlah bahasa inggris saya kan gak bagus-bagus amat. Selain mendengarkan presentasi, saya juga memesan prosiding seminar ini. Harganya lumayan mahal 150 rb, include ongkos kirim 50rb. Sayang sekali prosidingnya baru bisa diterima maksimal 2 bulan dari sekarang. Tapi bagaimana lagi, Leader saya perlu prosiding itu. Mudah-mudahan akhir tahun ini bisa diterima...

Niat saya untuk kabur setelah ISHOMA, ternyata tertunda. Karena saya tertarik dengan salah satu stand yang ada di pameran ini, yaitu stand eppendorf (sebuah produsen mikropipet dari Jerman). Saya teringat bahwa tahun depan kami ada rencana untuk membeli itu untuk proyek Biosensor, jadi saya banyak bertanya pada penjaga stand tersebut. Darinya saya tahu bahwa membeli mikropipet ini bukan hanya sekedar membeli dan memakai, tetapi juga harus diperhatikan maintenance-nya. Bagaimana menggunakannya sesuai prosedur, bagaimana kalibrasinya, bagaimana membersihkannya, dll. cukup rumit juga ternyata untuk sebuah high technology. Setelah bertanya macam-macam (termasuk bertanya harganya), saya meminta brosur mikropipet. Mereka dengan senang hati memberikannya.

Urusan selanjutnya adalah mengambil sertifikat. Sempat salah juga sih panitia menuliskan sertifikat ini. Awalnya masalah gelar, setelah dibetulkan ternyata statusnya malah scientific comittee (keren banget yak), akhirnya saya komplain kembali hingga dapet sertifikat yang benar; oral presentation. Tentu saja sertifikat itu bukan atas nama Lia Aprilia, tapi atas nama leader saya.

Saya bergegas menuju Bandung dengan bawaan yang segede gaban, mengingat waktu sudah pukul 2 siang dan masih banyak rencana. Salah satu rencana adalah kopdar dengan teman Plurk; Rahayu Dian. Tapi akhirnya tidak jadi karena masing-masing kami tidak mengerti daerah masing-masing berada dan lebih enak bertemu dimana (maklum lah ini bukan daerah jajahan kami. Saya dai Tangerang, Ayu juga musafir dari Jambi). Next time aja ya yu... kalau kau main ke Jakarta atau saya yang ke Jambi...

Setelah hunting oleh2 khas Bandung, saya kembali ke dipati ukur. Mencari travel untuk pulang. Ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Awalnya saya kira untuk perjalanan ke Jakarta saat ini bisa dipesan langsung, tapi  ternyata rata-rata sudah penuh. Pertama saya mengunjungi Citytrans, "untuk semua tujuan sudah penuh mba. paling kalau mau di pemberangkatan terakhir, jam 23.00."
"wahh... nggak deh." mau nyamper rumah jam berapa kalau saya naik yang jam segitu.
Kemudian saya lanjut ke Baraya Travel, "untuk jamsekarang samapai jam 20.00 sudah penuh."... dan seterusnya... ke Bimo, Day Trans, Cipaganti, rata-rata jawabannya sama. Kalaupun beda, jawabannya, "waiting list mba..."
Bingung juga sih menghadapi sikon seperti ini. Padahal hari sudah semakin sore. Mau balik ke rumah Utin jauh, dan saya memang bertekad pulang ke Jakarta hari ini. Saya menyesal kenapa tidak booking kursi terlebih dahulu... yah nasib.

Saya bertanya kepada Om Google mengenai travel2 Bandung - Jakarta. Cara ini cukup membantu. Kemudian saya kontak Winda lagi, minta saran sebaiknya bagaimana. Ternyata yang winda pikirkan sama: Ke Cihampelas, Naik X-trans. Biasanya X-Trans tuh ada tiap Jam.

Saya mengontak X-trans untuk booking. Lumayan dapet pemberangkatan yang jam 19.30 ke arah Blok M. Yah... masih mending lah daripada saya terlunta-lunta gak jelas di Bandung. Sebenernya tadi saya sempat nyasar-nyasar juga sih ke Dago, trus sekarang juga keliling-keliling cihampelas. Serasa bener2 jadi Real Backpacker, hehe.... dan tentu saja sangat amat cape, keliling2 Bandung seorang diri dengan dua tentengan besar oleh-oleh :D

Alhamdulillah sampai dengan selamat di Blok M jam 22.30. Ternyata di Blok M masih ramai dengan orang pulang kerja, meski metro mini dan bis-bis sudah sangat jarang... duh, Jakarta... kapan ya bisa sepi...

....end...

Thursday, 24 November 2011

Sem1: Saya Lia, boleh dipanggil Retno

Seminar hari 1:

Setelah bertanya panjang lebar (plus tebal) pada winda, dan minta pendapatnya, akhirnya saya putuskan pergi dengan menggunakan travel Citytrans ke Bandung. Dengan menumpang jemputan akhirnya saya pilih shuttle bus yang di kawasan SCBD. Saya langsung pesan tiket untuk keberangkatan saat itu juga, Alhamdulillah langsung dapat. Emang bener kata winda, meski ni travel agak mahal (70 rb) tapi cozy bangeeet. Kursinya yang satu orang satu bikin kita nyaman banget.


Sekitar 2,5 jam kemudian sampailah saya di shuttle bus kampus unpad Dipati ukur. Bandung banget ini! Tapi perjalanan belum selesai, masih harus dilanjutkan dengan naik bis Damri jurusan unpad Jatinangor yang tarifnya 5000 rupiah dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Saya baru nyadar kalo kawasan kampus unpad jatinagor ini udah masuk ke Sumedang. Hmm… harusnya judul perjalananan ini bukan dinas ke bandung, tapi dinas ke Sumedang! Tempat ini emang bener-bener beda dengan bandung, lebih ke pedesaan sepertinya. Berada di dataran tinggi dan di kelilingi oleh perbukitan (atau pegunungan ya), bikin tempat ini indaaah banget! apalagi ada peninggalan sejaran jembatan cincin yang terlihat jelas dari unpad.

Menaiki ojeg ke fakultas sastra, sampailah saya di aula pusat studi Jepang, tempat International Seminar on Chemistry 2011 diadakan. Saya langsung menuju deretan meja registrasi yang dijaga dosen dan mahasiswa Kimia Unpad.

Panitia (P): “Jenis presentasinya apa mba?”
Saya (S): “oral presentation” jawab saya pendek
P: “namanya?”
S: Ratno N****** maklumlah, disinikan saya mewakili leader saya. Jadi registrasinya atas nama beliau.
P: “bu Ratno yaa….” Saya melihat ibu panitia itu agak heran, dan berbisik,“ooh… perempuan ya, dikira laki-laki.”
Saya hanya tesenyum (gak bilang “ya” lho…)

“ini tolong ditulis gelarnya, untuk sertifikat.” Katanya kemudian sambil menyodorkan daftar nama peserta seminar.
Saya pun menulis gelar leader saya; Dr……… M. Eng, dan mengembalikan kepada pantia. Ibu-ibu disebelah panitia tersebut saling berbisik sambil menatap ke arahku,
“hebat ya masih muda udah Doktor”

Dalam hati saya merasa geli aja… wong itu kan nama dan gelar leader saya. Saya gak mau merumitkan hal ini, jadi saya gak bilang kalau saya Cuma mewakili.

Panitia kemudian memberikan seminar kit (tas dan isinya) dan name tag. “Bu, maaf ini namanya salah ketik..” katanya rada bingung.

Memang yang tertulis di name tag namanya: Retno N******. Siip...Ini baru nama perempuan, pikir saya :p

S: “iya gak apa-apa bu.” Kata saya sambil tersenyum… kan kalau pake nama ini jadi lebih pas untuk saya yang perempuan, hehe…

Resmilah saya mengikuti seminar ini dengan nama Retno N******. Orang-orang disanapun percaya saja dengan nama yang tertulis di name tag dan memanggil saya dengan sebutan, “Mba Retno.” Hahaha..

Tapi ternyata ada juga yang kenal saya, yaitu adik kelas saya saat kuliah. Saya menegurnya ketika dia lewat di depan saya,
“Ade,” Panggil saya.
Dia menoleh, “eh, mba lia yaaa…” katanya riang,
tapi kemudian dia tediam dan menatap name tag saya, “eh mba lia bukan sih?? Tapi kok namanya Retno yaa..” katanya tidak yakin.
Saya nyengir, “iya Lia. Doh, masa lupa sih ama kakak kelas sendiri… ini saya emang ngewakilin leader, jadi pake nama beliau.” Kataku.
“OOO….” Katanya sambil manggut-manggut.
Ternyata Ade yang kerja di Biomaterial LIPI datang bersama teman-temannya. Mereka membawa poster untuk Poster Presentation.

Karena saya sampai di ruang seminar jam 11.30, tak lama kemudian lonceng makan siangpun berbunyi. Kamipun berbegas menuju ruang jamuan makan siang. Senengnya saya ikutan seminar internasional itu salah satunya adalah menu makan siangnya, lumayan buat perbaikan gizi, haha…

Setelah ISHOMA, presentasi pun dilanjutkan oleh ilmuawan Jerman. Sesi Oral presentasi dilanjutkan setelah coffee break dan Shalat Ashar. Saya pun memasuki ruangan B1. Untunglah peserta yang ikut mendengarkan di ruangan ini tidak banyak. Saya jadi lega dan berharap semoga bisa presentasi dengan lancar. Akhirnya tibalah waktunya saya presentasi.

Moderator membacakan judul dan penulis paper saya.
“Here, let’s see the last presentation . The title is Numerical… bla… bla… written by Ratno N****** from Agency.. bla.. bla.. and G**** Shukri from bla.. bla..”
melihat saya yang berdiri dan maju, sang moderator pun berkata, “please Miss Ratno N******...”
Saya tersenyum dan mulai presentasi, “Ada-ada aja ini.” Kataku dalam hati.

Setelah presentasi dilanjutkan oleh sesi Tanya Jawab. Dag dig dug juga sebenernya, takut gak bisa jawab pertanyaan, maklum saya masih loading lama untuk berbicara pake bahasa Inggris.  But the show must go on... Bismillah…
ternyata yang bertanya adalah seorang mahasiswi kimia unpad (Saltsa) yang tertarik dengan penelitian kami ini. Karena penelitiannya ada sangkut pautnya dengan penelitian DSSC ini. Dia melontarkan beberapa pertanyaan kepada saya yang alhamdulillah bisa saya jawab. Bahkan dia meminta alamat email saya untuk diskusi lebih lanjut. Saya memberikannya meski sebenarnya kami sudah tidak melakukan penelitian ini lagi, paper inipun ditulis tahun lalu.

Ketika saya membereskan tas, seorang panitia menghampiri. Namanya Fanny, mahasiswi tingkat 3 kimia unpad. Dia bertanya kepada saya tentang BPPT, dan akhirnya kami pun ngobrol panjang lebar. Di akhir obrolan dia bertanya, “pulang kemana teh?”
“ini mau nginep di tempat temen.” Jawabku
“oo.. di daerah mana?”
“ehm dimana ya… katanya sih naek angkot yang ke daerah cicaheum.” Kataku sambil membuka kembali sms dari teman, karena saya tidak hafal alamatnya.
“naek apa ya kesana?”
Dia berfikir, lalu lanjutnya, “oh itu mah naek 2 kali angkot. Yang ke cileunyi dulu baru ke cicaheum.”
“oh gitu ya.. naik dua kali angkot ya..” kataku
“saya anter aja teh sampai depan, kebetulan saya bawa motor.” Katanya ramah
“beneran?”
“iya.”

Dan akhirnya saya diantar Fanny sampai angkot ke cicaheum. Sebenernya Fanny menawarkan, “mau keliling-keliling unpad dulu gak teh? Lumayan biar tau unpad.”
“gak usah Fanny, ntar fanny dicari panitia yang lain.”
"gak kok teh. Kan udah selesai seminar hari ini.”
“pengen banget sih, tapi udah sore nih. Takut kemaleman ke rumah temennya.” Kataku jujur. Siapa sih yang gak mau keliling kampus yang indah dan asri ini...

Sesuai instruksi utin: naik angkot cicaheum, turun di RM. Suka hati, naik ojeg ke Komplek bina karya 2, akhirnya saya bisa bertemu dengan sahabat karibku itu, yang 4 tahun tidak bersua. Alhamdulillah… masih diberi kesempatan untuk bertemu utin, suaminya (seorang peneliti bidang fisika) dan dua keponakanku yang lucu-lucu:
Alya aurora khairunnisa (4 th): si ceriwis yang cerdas dan sholehah. Terakhir kali saya ketemu alya, dia masih umur 4 bulan.

Rizky afra rahman (6 bln): si ceria yang menggemaskan, sayang saat ini Rizky sedang sakit pilek, jadi tampak tidak bersemangat. Semoga cepet sembuh ya dede Rizky…

Bertemu dengan Utin dan keluarga sangat berkesan bagi saya. Ada hal-hal yang berubah dan tidak berubah. Saya jadi bisa belajar banyak juga mendapat inspirasi berharga dari sahabat saya itu…
satu malam saja rasanya tidak cukup untuk berbagi cerita 4 tahun ini…
semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi ya Utin… Love you coz Allah..

....bersambung...

Monday, 21 November 2011

mutiara di balik bukit

Jarang banget hari minggu gini full gak ada agenda. Biasanya mau pergi ke acara keluarga aja musti mikir2 panjang dulu karena udah dibooking sama agenda2 penting baik yang rutin ato yang gak rutin *gaya sibuk banget sih gue.....* tapi bener lho, biasanya tiap minggu gak bisa lama2 di rumah :D

Karena menemukan waktu yang jarang banget kayak gini, akhirnya ortu mengajak saya dan adik tuk refreshing ke perkebunan di daerah Pandeglang, Banten. Saya sendiri udah lupa suasana bagaimana keadaaan tempat itu. Terakhir kesana waktu SD *atau SMP yaa?? Lupa*. Yang saya inget dulu, tempat itu rimbun banget. Malah waktu kesana saya pernah melihat babi hutan liar! ada juga persawahan di tengah hutan.

Setelah menelepon Pak Syarif, yang dipercaya tuk mengurusi perkebunan, kami berangkat. Setelah 5 tahun kemarin, baru ini lagi saya melewati tol Jakarta-Merak *katanya sih tol terpanjang di Indonesia*. Karena kami berangkat pagi, jam 8 pagi sudah keluar dari tol tersebut. Legaaa... rasanya udah keluar tol... soalnya tadi di sepanjang jalan tol, kami melihat beberapa kasus yang tidak mengenakkan, seperti kecelakaan, bis terguling, sampai pecahnya ban sebuah truk yang membuat kami tak nyaman memejamkan mata.

Keluar tol ini, saya pikir hanya tinggal sebentar sampai ke daerah yang dituju. Ternyataa...,. "ini belum setengahnya li, masih jauh banget." kata papa yang sedang nyetir dengan santainya. whaaattss?? masih jauh??... ternyata emang bener, itu memang belum setengahnya! setelah itu, kami harus melewati jalan kecil yang panjang berliku naik turun, berdampingan dengan laut dan bukit... capeeee plus dag dig dug. karena tidak jarang dibalik tikungan tajam kami berjumpa dengan bis besar.

Tidak lama setelah melewati muara dan pantai-pantai indah yang masih perawan, sampailah  kami pada daerah perkebunan yang dipagari olah pohon mangga di sepajang jalan. Menggiurkan banget, soalnya mangganya banyak dan besar-besar! Setelah tiba di perkebunan (saya lebih suka menyebutnya hutan, karena banyak hewan liar di sana) ternyata Pak Sarif dan rekan-rekannya sudah menunggu di sana. Mereka sedang merapikan lahan yang baru saja di babat dan di bakar.

Pak Syarif

Melihat kami datang, mereka langsung menyambut kami ramah. Bener-bener kekeluargaan banget masyarakat di sini. Istri Pak syarif langung meyiapkan minuman bagi kami, untuk makananan hanya seadanya. Sementara mereka mengobrol dengan ortu, saya menyelinap melihat tumbuh2an yang bisa saya makan langsung *iseng apa laper??*. akhirnya menemukan pohon salak dan nanas, lumayan juga. Kemudian teman Pak Syarif memetik buah kelapa yang ada di sekitar kami. Sumpah, keren banget! dengan cekatan beliau memetik beberap buah kelapa muda dan merapikannya untuk dihidangkan kapada kami. Alhamdulillah nikmat sekali minum air kelapa muda yang segar dan dagingnya di dalam hutan seperti ini. Bener-bener bisa melepas kepenatan yang selama ini bergelut dengan kondisi kota.

Sebenernya saya masih ingin jalan-jalan ke sawah, biasanya pak syarif menanam padi beras merah yang selalu di bawanya ke ciledug setelah panen, tapi langit mendung dan turun hujan. untung kami sudah masuk ke dalam mobil, sedangkan teman-teman pak syarif berteduh di gubug mereka. Kunjungan kali ini memang tidak lama, tapi bener-bener bia bikin pikiran fresh. Pemandangan hutan yang masih asri, udara yang sejuk, orang-orang yang ramah... bener-bener sesuatu bangeeet *syahrini mode on*.

Dengan membawa bekal beberapa jenis hasil kebun, kami pulang ke Jakarta. Melihat pantai yang sangat indah. ah, sayang sekali belum bisa singgah di pantai ini karena hujan deras. Saya hanya bisa menyaksikannya dari balik kaca. Melihat spion, menengok ke belakang, terlihat bukit yang tadi kami lewati... Ternyata di balik bukit tersebut tersimpan mutiara yang indah *gak terlalu lebay ah*.

Masyarakat yang sederhana dan bersahaja, mensyukuri apapun yang diberikan Allah,
Masyarakat yang tersenyum ramah terhadap tamu yang berkunjung,
Masyarakat yang tulus membantu tanpa pamrih,
Masyarakat yang rendah hati tapi tidak rendah diri
Kehidupan yang damai, bersinergi dengan alam yang asri

ah, rasanya ingin sekali berkunjung ke sini lagi..

Sejarah hanya mengabadikan nama para juara..

Wednesday, 16 November 2011

Postcrossing: RU-611676

a "fresh" card from Russia.
do you know why i say it?
Because this card is about various vegetables :)




Thank you very much Mrs. Irina :)
hope you always have fresh day
Happy Postcrossing!

Postcrossing: JP-439729212517

Hurrayy.. my first postcard from Japan has arrived. i like this card with Japanese language. Although i don't understand what the sender write, i could ask my Leader what the meaning is.



Thank you Yonehara Yoshio for a beautiful card and a nice stamp.
Happy Postcrossing!

Thursday, 10 November 2011

Pahlawan Tanpa Harta

Kelangkaan Pahlawan merupakan isyarat kematian sebuah bangsa...

Selamat Hari Pahlawan!
Di Hari Pahlawan ini, ada baiknya untuk menelusuri lebih dalam tentang Para Pejuang Kebenaran, sehingga kita bisa termotivasi dan terinspirasi dari kisah-kisah mereka. Buku (lama) tentang kepahlawanan yang masih sangat berkesan bagi saya salah satunya adalah buku yang ditulis oleh Anis Matta: Mencari Pahlawan Indonesia.

Pahlawan yang digambarkan disini bukan saja pahlawan yang membebaskan bangsa dari krisis besar atau pahlawan di medan peperangan gawat, tapi jauh lebih luas lagi bentangannya—pahlawan dunia pemikiran, pendidikan, keilmuan, pebisnis, kesenian dan kebudayaan. Dan tentu saja mereka pernah bergelut dengan yang namanya kegagalan, kesulitan, bahkan musibah. Namun semua itu tidak menyurutkan langkah Para Pahlawan untuk terus berjuang.

Salah satu yang sering terlupakan adalah Pahlawan mukmin sejati, yang selalu mengajarkan dan mengingatkan kita tentang cahaya iman yang dibawa Rasulullah SAW. Ulama, guru, ustadz, apapun namanya.... sungguh agung perjuanganmu...

Jangan pernah menyangka bahwa seorang pahlawan selalu meraih prestasi-prestasinya dengan mulus, atau bahkan tidak pernah mengenal kegagalan. Kesulitan-kesulitan adalah rintangan yang diciptakan oleh sejarah dalam perjalanan ini menuju kepahlawanan. Karena itu, peluang kegagalan sama besarnya dengan peluang keberhasilan. "Kalau hukan karena kesulitan, maka semua orang akan jadi pahlawan [Al-Mutanahhi - penyair Arab].

Pahlawan Tanpa Harta

Tidak semua medan kepahlawanan membutuhkan sarana dan harta yang melimpah. Perang, politik, dan ekonomi adalah 'industri duaniawi' yang membutuhkan daya cipta material yang hebat. Tapi ada industri yang sebagian besar proses penciptaannya justru lebih bersifat 'ukhrawi; profesi nabi-nabi yang diwariskan kepada para ulama. Kedua 'industri' itu tidaklah terpisah pada tujuannya, tapi pada tabiat pekerjaannya. Proses penciptaan dalam dunia ilmu pengetahuan, spiritual dan pendidikan, lebih banyak bertumpu pada paduan antara kekuatan spiritual dan intelektual. Harta dan sarana hanya mempunyai peranan yang sederhana dalam proses. Sebaliknya, produk kepahlwanan dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan keagamaan, juga tidak dapat mengantar seorang ulama menuju kekayaan.

Para ulama, kata Ibnu Khaldun, sulit menjadi kaya dengan ilmu agamanya. Sebab, harta hanya berputar dalam titik-titik tertentu dimana kebutuhan sebagian besar manusia ada disitu. Sementara, manusia pada umumnya tidak setiap saat membutuhkan nasihat keagamaan. Ada lagi faktor yang disebut Ibnu Khaldun. Para ulama berada pada posisi moral yang tinggi dan terhormat, yang biasanya tidak akan mereka rusak dengan berbagai macam praktik tidak terhormat, yang 'biasanya' memenuhi dunia bisnis. Maka, kata Ibnu Khaldun, pemerintahlah yang bertugas menjaga kehormatan para ulama, dengan memberi mereka fasilitas duniawi yang cukup untuk menjalankan fungsi sosial mereka.

Tapi ini mengandung bahaya. Sebab ulama yang 'dihidupi' pemerintah biasanya kehilangan harga diri dan wibawa di depan penguasa. Itu menyulitkan mereka melakukan fungsi kontrol terhadap penguasa. Tapi disinilah letak kepahlawanan mereka; kemampuan untuk melahirkan karya ilmiah yang hebat di tengah kemiskinan, dan kemampuan untuk mempertahankan harga diri dan wibawa di depan penguasa di tengah kemiskinannya. Mereka mendirikan kerajaan spiritual dalam dunia material kita; maka mereka menjadi raja dalam hati masyarakat, bukan penguasa di atas kepala rakyat. Mereka adalah orang-orang miskin yang terhormat. Sebab kemiskinan bagi mereka adalah pilihan hidup, bukan akibat ketidakberdayaan. Kemiskinan adalah resiko profesi yang mereka sadari sejak awal. Dan ketika mereka memilih profesi itu, mereka menanggung semua akibatnya.

Lahir sebagai anak yatim di tengah keluarga miskin, Imam Syafi'i, pada mulanya menuntut ilmu (agama) untuk menjadi kaya. "Aku rasa kecerdasanku akan memberikanku kekayaan yang melimpah," kata beliau. "Tapi," katanya lagi, "Setelah aku mendapatkan ilmu ini, sadarlah aku bahwa ilmu ini tidak boleh dituntut untuk mendapatkan dunia. Ilmu ini hanya akan kita peroleh, jika dituntut ia untuk kejayaan akhirat."

Bisnis Kehormatan

Bisnis adalah jalannya. Itu sebabnya kita menemukan para ulama besar yang juga pebisnis. Abu Hanifah, misalnya, adalah pengusaha garmen. Beliau bahkan membiayai hidup sebagian besar murid-muridnya. Itu membuat beliau terhormat di mata para penguasa, relatif untoucheble. Tapi itu juga memberikan beliau kedalaman dalam fiqih, khususnya dalam bidang muamalat. Beberapa literatur awal dalam masalah keuangan negara kemudian lahir dari tangan murid beliau. Misalnya, Kitab Al-Kharaj yang ditulis Abu Yusuf. Untuk sebagiannya, pemikiran ekonomi Islam pada mulanya diwarisi dari fiqih Abu Hanifah.

Walaupun begitu, popularitas mereka tidak datang dari kekayaan mereka yang melimpah ruah. Sebab, bisnis tidak boleh mengganggu 'bisnis' mereka yang lain. Sebab, mereka hanya ingin menjadi orang bebas dengan bisnis itu. Sebab, mereka hanya ingin mempertahankan kehormatan mereka dengan bisnis itu. Itu berarti bahwa mereka harus mampu mengelola bisnis paruh waktu dengan sukses. Demikianlah kejadiannya. Suatu saat Abdullah Ibnul Mubarak, maha guru para ahli zuhud, ulama dan perawi hadits yang tsiqah, jago panah dan petarung sejati, ditanya tentang mengapa beliau masih berbisnis. Beliau yang terlibat dalam sebagian besar pertempuran di masa hidupnya, menulis beberapa buku monumental seperti Kitab AlZuhd, memang dikenal sebagai seorang pebisnis yang sukses. Namun, beliau hanya menjawab dengan enteng, "Aku berbisnis untuk menjaga kehormatan para ulama agar mereka tidak terbeli oleh para penguasa."

Pahlawan mukmin sejati tidak membuang energi mereka untuk memikirkan apakah ia akan ditempatkan dalam sejarah manusia. Yang mereka pikirkan ialah bagaimana meraih posisi paling terhormat di sisi Allah SWT.

Membuka kaca jendela, menatap realita:
Dengan berbagai gejolak yang ada di negeri ini, meski mungkin peneliti masih belum layak disebut sebagai pahlawan, dengan segala keterbatasan fasilitas dan materil yang mereka dapat, bisnis bisa menjadikan mereka sebagai orang bebas. Sebab, mereka bisa mempertahankan kehormatan mereka dengan bisnis itu dengan tanpa menghianati sang pemberi kepercayaan.


Referensi: Mencari Pahlawan Indonesia (Anis Matta)

[Hari Pahlawan] Pahlawan (kata Sapardi), “telah berjanji kepada sejarah untuk pantang menyerah”. Pahlawan (kata Chairil Anwar), “berselempang semangat yang tak bisa mati.”

Biasakannya berbuat baik, sebab untuk dapat kontinu berbuat baik diperlukan pembiasaan. [Abdullah bin mas'ud r.a.]

Wednesday, 9 November 2011

Flowers around us




Flowers are red
Green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than they way they always have been seen

But the little boy said again...
There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one

Well the teacher put him in a corner
She said… "It's for your own good…
And you won't come out 'til you get it right
responding like you should"

Well finally he got lonely
Frightened thoughts filled his head
And he went up to that teacher
And this is what he said

"Flowers are red, green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than the way they always have been seen"


*penggalan lagu Flowers are Red (By : Zain Bhikha)*
Lokasi: Taman Bunga Nusantara
Date: Oktober 2011

Tuesday, 8 November 2011

Postcrossing: NL-837106

Greetings for Netherlands.
I Like Flowers... and i like this card
The flowers are wide open tulips !


Thank you Mapi.
Happy postcrossing!

Postcrossing: US-1367228

My first card from United States of America.


Greetings for America's finest city- Sandiego, California.
Thank you Mary Lou and Greg. with this card, i can see California :)
Happy postcrossing!

Postcrossing: FR-171712




postcard from Morad.
Thank you for a nice Paris :)

Friday, 4 November 2011

Kurban tahun ini dan selanjutnya

Disela-sela kesibukan duniawi, janganlah lupa, kita harus terus mendekatkan diri kepada Allah SWT yang telah banyak memberikan kenikmatan kepada kita. Untuk itulah ada sebuah ibadah yang dilaksanakan setahun sekali yang bertujuan untuk mensyukuri dan membantu para dhuafa dan orang-orang yang berhak yang dilakukan oleh setiap muslim.

Ibadah ini adalah berkurban. “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah”. (QS Al Kautsar: 1-2)

Hukum berkurban
Tanya:  Bagaimana sih sebenarnya berkurban itu. Wajib apa tidak sih hukumnya.
Jawab:  Wajib sih tidak, tapi hukumnya sunnah muakkadah. Artinya, nyaris wajib. Kenapa demikian? Karena selama sembilan tahun terakhir Rasulullah SAW hidup, artinya sejak awal disyariatkannya kurban, Rasulullah SAW selalu berkurban setiap tahun. Apa kurang miskinnya Rasulullah SAW. Semua orang tahu dan kita tahu betapa sederhananya Rasulullah SAW. Tetapi dengan segala kesederhanaannya, beliau relatif memaksakan diri untuk selalu berkurban. Malah diriwayatkaan beliau berkurban dengan dua domba besar yang disembelih dengan tangannya sendiri. Ini adalah hukum dari menyembelih hewan kurban. Jadi, hukumnya adalah sunnah muakkadah.

Yang harus berkurban
Tanya:  Siapa aja sih yang harus berkurban itu. Apa semua orang, semua umat Islam?
Jawab:  Ya sebetulnya dikampung bapak ini harus banyak yang berkurban, karena untuk berkurban itu tidak mesti orang kaya saja. Memang ada syarat-syaratnya. Yang pertama muslim. Yang kedua akil baligh. Artinya sudah dewasa. Yang ketiga ini dia harus memiliki kemampuan. Jadi jangan dikira yang ada nishab itu di zakat aja. Dalam kurban juga ada nishabnya. Jadi kalau seseorang itu punya harta, kemudian cukup untuk makan, minum, berteduh, berpakaian, selama empat hari mulai dari tanggal 10 dzulhijjah (pada hari raya idul adha) hingga hari-hari tasyrik, lalu ada sisanya minimal seharga satu ekor domba, maka jatuh kepadanya untuk sunnah menyembelih hewan kurban. Jadi, kalau di kampung bapak ini memang harus sangat banyak orang yang berkurban. Tidak bisa hanya sebatas orang-orang kaya saja. Termasuk bapak juga meskipun hanya sekedar tukang kue harus juga berkurban.

Frekuensi kurban dalam hidup kita

Tanya: Saya kan cuma orang kecil ustadz. Hanya seorang tukang jualan kue. Masa sih saya harus berkurban juga. Lagian kan saya sudah pernah berkurban beberapa tahun yang lalu. Apa harus berkurban lagi nih tahun ini?
Jawab: Nah itu kekeliruan pemahaman masyarakat. Jangan dikira bahwa yang namanya berkurban itu hanya sekali seumur hidup. Jangan disamakan kurban itu seperti haji yang dilaksanakan sekali seumur hidup. Yang  namanya sunnah kurban itu setiap tahun. Kenapa demikian. Karena waktu menyembelih itu saat Idul Adha. Idul adha itu bulan Dzulhijjah. Dan bulan Dzulhijjah itu pasti ada disetiap tahun. Makanya bapak kurban juga setiap tahun. 

Kurban atas nama
Tanya: Kalau atas nama istri saya, boleh gak Ustadz?
Jawab: Boleh juga sih. Tapi harus diingat bahwa bapak dan istri sama-sama akil baligh. Sama-sama muslim dan muslimah. Oleh karena itu tetap masing-masing punya kewajiban untuk berkurban. Jadi bapak berkurban dan istri juga berkurban. Yang penting harus ada kemampuan. Memang ada keterangan bahwa satu rumah itu minimal satu ekor domba. Tapi itu minimal. Bukan berarti harus satu ekor domba. Jadi kalau misalnya di rumah itu ada 2 orang akil baligh suami dan istri berarti berkurban 2 ekor domba. Kalau anak sudah baligh berarti ada tiga orang akil baligh dan sunnah menyembelih 3 ekor domba, asal ada kemampuan.

Harga sesuai kemampuan
Tanya: Kalau orang seperti saya ini baiknya kurban seperti apa ya?
Jawab: Dalam suatu riwayat, umar bin khattab membeli satu ekor domba seharga 600 dirham. Bagus sekali dombanya. Tetapi kemudian ditawar orang mau ditukar dengan satu ekor unta yang kerempeng. Sekerempeng-kerempengnya unta, dagingnya tiga kali lipat  lebih banyak dari kambing bagus tadi. Kemudian lapor kepada Rasulullah SAW. Kata Rasulullah, sembelihlah dombamu. Karena memang pahala kurban itu ditentukan oleh rasa sayang kita terhadap harta itu. Riwayat ini menunjukan kepada kita bahwa berkurban itu harus yang terbaik. Jangan asal-asalan. Makanya syarat untuk menyembelih hewan kurban itu sangat ketat. Dia harus mulus, sehat, tidak gila, tidak pincang, tidak sobek telinganya, diutamakan jantan, harus cukup umur dan seterusnya, agar menunjukan kalau kita berkurban itu harus yang terbaik. Jadi kalau bapak mau berkurban, yang terbaik dong. Kalau misalnya mampunya sapi, apa salahnya berkurban sapi. Cuma sapinya jangan yang 5 jutaan dong. Sekali-kali yang 12 juta ya, yang besar. Kalau bisanya domba ya beli domba, kalau bisanya kambing ya beli kambing, disesuaikan dengan kemampuan. Tapi prinsipnya bagaimana kita berkurban yang terbaik. 


Perusahaan berkurban
Tanya: Sekarang kan banyak perusahaan yang berkurban. Itu gimana ustadz?
Jawab: Perusahaan ya boleh saja, tidak masalah. Nanti di hukumkannya dia seperti individu, gak jadi masalah. Mau 1 ekor sapi, 200 ekor kambing, itu boleh-boleh saja. Gak jadi masalah.

Distribusi daging kurban
Tanya: Kalau hewan kurban itu sudah disembelih, bagusnya daging kurbannya dikemanakan?
Jawab: Nah bapak juga harus tahu bahwa ibadah kurban itu ada dua tahap. Tahap pertama adalah mempersiapkan hewan kurban, dari sejak kita beli sampai dengan kita sembelih, setelah disembelih, selesai ibadah yang pertama. Tetapi yang kedua bagaimana memperlakukan hewan setelah disembelih. Nah itu memang ada tiga kategori. Yang pertama boleh dimakan oleh sipekurban, kedua boleh dijadikan hadiah kepada sudara, kerabat, tetangga dan yang ketiga untuk fakir miskin. Tetapi para ulama berpendapat bila kemudian sebagian besar itu untuk fakir miskin, itu jauh lebih baik. Nah oleh karena itu pendistribusian hewan kurban ini menjadi sangat penting.

Makanya kalau diperkotaan sudah banyak, alangkah bagusnya kalau mereka berkurban untuk di pedesaan. Boleh jadi di pedesaan sedikit orang yang berkurban sedangkan banyak yang membutuhkan. Makanya lebih tepat pula bila kita berkurban tidak hanya dititipkan lewat mushalla dan masjid aja. Tapi bisa juga kita titipkan ke lembaga-lembaga sosial yang profesional, yang mengelola kurban dengan sangat baik, yang bisa didistribusikan tidak hanya diperkotaan saja, tapi diseluruh pelosok negeri itu akan menjadi lebih baik. Seperti Lembaga Kamanusiaan Nasional PKPU, republika, dll.


*ringkasan tentang hari raya idul qurban yang disampaikan oleh Ustadz Hilman Rosyad Lc, MA*

sumber: pkpu

semangat berkurban adalah konsekuensi iman dan takwa kepada Allah.. *berikan yang terbaik*