Tuesday 14 December 2010

Problem Pendidikan dan Riset


Lama gak nulis di mp, jadi kepingin nulis lagi. Kebetulan tadi berkesempatan menghadiri kuliah umum dari Prof. Rhenald Kasali, yang diadakan oleh kementerian riset dan teknologi. Kuliah yang dibuka oleh pak Menristek sendiri ini bertemakan;

Peningkatan kompetensi SDM IPTEK dalam rangka memotivasi peneliti Indonesia untuk lebih berinovasi


Data riset menunjukkan pertumbuhan ekonomi tahun ini, Singapura 18.8% sedangkan Indonesia 6.2%, jauuh dibawah Malaysia.
Mengapa Singapura bisa? --> adanya persiapan diri yang baik dari SDM nya dan Government adaptif terhadap perubahan.

Aspek pendidikan di Indonesia --> masih kognitif, sehingga keaktifan kita kurang. Dan kita hanya terpaku pada teori, pengembangan dari teori tersebut sangat kurang.
Pendidikan di Indonesia terlalu “brain memory” belum “muscle memory”.
•    Brain memory --> hanya di kepala
•    Muscle/ myelin memory --> di semua tubuh

Bedanya pendidikan anak Indonesia dengan Jepang; pendidikan TK Indonesia masih lebih mengandalkan brain (membaca, mengingat, dll) sedangkan pendidikan TK  Jepang lebih ke arah motorik, seperti belajar make a thing, belajar menanam, terjun ke sawah, origami, dll sehingga myelin mereka lebih terlatih, lapisan myelinnya semakin tebal dan geraknya automatic. Dalam bekerja, tangan mereka bagus, seperti dalam operasi pasien pada dokter bedah, engineer pada permesinan, dll.

Rekomendasi:

Film: Something the lord made
Cerita tentang seorang Vivien Thomas (anak tukang kayu) yang tangannya terlatih sejak kecil dalam membantu pekerjaan ayahnya. Sejak awalnya Vivien sudah menunjukkan ketertarikannya yang luar biasa terhadap pembedahan dan eksperimen yang sedang dilakukan Blalock (dokter bedah di tempatnya bekerja), Blalock juga memberinya kebebasan yang lebih luas lagi karena keantusiasannya. Vivien juga dibekali ilmu anatomi dan fisiologi oleh Blalock dan rekan satu penelitinya, Dr. Joseph Beard. Vivien dengan dengan waktu yang singkat berhasil menguasai teknik bedah yang kompleks dan sangat rumit serta metodologi penelitian.
Blalock bersama dengan Vivien kemudian kembali ke Universitas Johns Hopkins. Di Johns Hopkins, dr Helen Taussiq mengkonsulkan mengenai masalah sindrom bayi biru. Dalam kebingungannya Helen Taussiq mengatakan hal yang dianggapnya tidak masuk akal. Ia sempat berkata, “yang paling mungkin adalah dengan ‘menyambungkan pipa-pipanya’ untuk meningkatkan aliran darah ke dalam paru”. Blalock dan Vivien saling memandang satu sama lain dan menyadari bahwa mereka pernah melakukan prosedur untuk meningkatkan aliran darah ke dalam paru di dalam laboratorium mereka. Setelah melibatkan lebih dari 200 anjing, akhirnya Vivien berhasil membuat replika bayi biru pada anjing. Setelah melakukan operasi yang disebut atrial septectomy yang dilakukan dengan baik oleh Vivien dan bekas jahitannya pun hampir tidak kelihatan, Blalock berkata kepada Vivien, “Vivien, this looks like something the Lord made.”

Video: hand in hand
Yang menceritakan tentang orang yang tidak sempurna fisiknya namun tetap bisa tampil (dance &  balet) memukau melebihi orang yang fisiknya sempurna.

Bangsa Indonesia, belajarlah dari pengalaman Gaura mancacaritadipura. Anda kenal siapa Gaura mancacaritadipura? Beliau adalah bule Australia yang sangat concern dengan budaya Indonesia, bahkan beliau bisa menjadi dalang! Dialah yang membuat UNESCO mengakui bahwa Batik adalah dari Indonesia. Setiap budaya Indonesia yang dia pelajari, ia menulisnya dalam publikasi ilmiah. Sehingga saat mengajukan paten tersebut, kita punya data yang kita butuhkan dari Gaura (hmm.. emang orang Indonesia gak kepikiran buat nulis kayak gituan… padahal penting buat mengklaim bahwa itu adalah kebudayaan bangsa Indonesia).

So, apalagi, Hayo rajin-rajinlah menulis!!

Kita adalah generasi yang dinamis, maka keluarlah dari zona aman! Ciri-ciri zona aman adalah:
•    Sudah tidak berfikir lagi, otak mati --> seperti manusia pedalaman.
•    Dikendalikan oleh autopilot
Problem kita adalah terperangkap dengan rutinitas yang membuat kita dikendalikan oleh autobrain, sehingga membunuh kreativitas kita. Sehingga makin lama otak kita makin tidak terasah. Contohnya (entah hanya lelucon atau tidak): perhatikan orang2 yg masuk depkeu atau BI, awal mereka terekrut adalah mereka yang pintar2, lalu lakukan survey apakah setelah bertahun2 dengan pekerjaan seperti itu (yang sama) mereka tetap sama? Atau malah terdegradasi kepandaiannya?
•    Bergerak dengan sangkaan sama
•    Tidak mau susah
•    Takut menghadapi kenyataan baru
•    Kursi empuk

Orang gila menurut orang gila adalah: orang yang mengharapkan hidupnya berubah untuk lebih baik tetapi setiap kali selalu melakukan hal yang sama berulang-ulang (tidak ada perubahan).  Hmm.. . kita termasuk orang yang kayak gitu gak ya??

Beauty is Nothing without brain!!

Prof. Rhenald juga menghimbau pada kami, khususnya pada para peneliti untuk rajin menulis publikasi ilmiah penelitiannya secara Jelas, Lugas, Tegas!

Kompetensi yang harus dimiliki peneliti -->
* kemampuan berkoordinasi, jangan jalan sendiri-sendiri.
* Harus mau mendatangi, jangan tunggu di datangi (pro-aktif dong).

Penyakit Peneliti:
•    Penyakit cakrawala, terbelenggu dalam silo.
•    Bermental pegawai, wait and see --> harusnya see and be!
•    Bermental proyek --> jangan kebanyakan jalan2 pake duit proyek dengan tujuan yg gak efektif!
•    Paper-based only --> no act :(
•    Sindrom lele dumbo --> kalo gak dikasih makan, tetep hidup tetapi kepalanya aja yg besar. Harusnya semua besar merata, jangan Cuma kepalanya aja.

Peneliti yang hebat tidah cukup hanya cognitive-based tapi harus banyak publikasi juga, aktif di seminar, workshop, conference, dll. Tentunya hasil penelitiannya harus tepat guna dengan kepentingan masyarakat dan memperhatikan aspek ekonomis.

Dalam satu slide Prof. Rhenald menampilkan data posisi Indonesia di bidang riset, dilihat dari jumlah mahasiswa Indonesia yang ada di MIT (taukan?? Massachusetts Institute of Technology. Universitas unggulan no. 1 di dunia  dalam bidang teknologinya). Datanya sebagai berikut:
•    500 mhsw dari Rusia
•    280 dari India
•    260 dari Korea selatan, daaannn…..
•    24 dari Indonesia :(

So, Let’s Change, We can do it!!!



*tulisan pendek aja, mood untuk menulis belum sembuh total :(
semoga bermanfaat...
terima kasih untuk yang mau menambahkan atau mengoreksi ^^



T.E.T.A.P   S.E.M.A.N.G.A.T

6 comments:

  1. ehm... baru tau.. :D
    dimana tuh? taunya cuma havard.. hehe..

    ReplyDelete


  2. lokasinya di Cambridge, Massachusetts, United States. Kalo mau kesana tapi belum jelas letaknya, tanya sama Prof. Google or Dr. Wikipedia aja v(^_^)

    ReplyDelete