Saturday, 18 August 2012

[I'tikafku] Tahun depan harus lebih baik


Ramadhan telah pergi,
Itikaf tahun ini pun telah berakhir...
Dan aku masih termangu di sini dengan lembaran target yang telah kutulis...
Ahh... ternyata target-targetku belum tercapai sepenuhnya...

Rencana untuk beritikaf full di tahun ini ternyata belum bisa terealisasi
Beragam hal yang harus dikerjakan di kantor membuat saya mengurungkan niat untuk cuti
Menjadi musafir *bolak balik masjid-kantor-masjid-kantor* pun menjadi pilihan
Sambil tetap berusaha menyelesaikan target dengan sisa waktu dan tenaga ini

Berbeda dengan tahun sebelumnya yang saya hanya memprioritaskan itikaf pada malam-malam ganjil saja, kali ini saya berusaha beritikaf di setiap malam di 10 hari terakhir Ramadhan... meski akhirnya belum bisa full 10 malam. Semoga tahun depan bisa itikaf full dan lebih berkualitas. Karena itikaf adalah kebutuhan kita akan Allah... seperti yang disampaikan oleh Dr. Nazarudin Umar dalam sebuah kajian Dhuha *redaksi dengan bahasa saya sendiri*,

Apakah yang kau kejar? apakah yang kau butuhkan?
Kau butuh Allah atau Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar hanyalah mahluk, sedangkan Allah adalah maha berkuasa atas segalanya.
Jika yang kau kejar adalah Allah, maka Lailatul Qadar akan mengikutimu, dan kau akan mendapatkannya. Jadi janganlah terpaku untuk mengejar lailatul Qadar, tapi beribadahlah karena kau butuh Allah... maka kau akan mendapatkan Lailatu Qadar.

Jika kau memang butuh Allah, tentu kau tidak akan menyianyiakan waktu 10 hari terakhir Ramadhan ini. Lailatul Qadar bisa datang setiap saat.
Jika pada malam ganjil... pada malam ganjil menurut siapa? padahal di negeri ini menentukan awal puasa saja sudah berbeda, dapatkah kau menentukan malam ganjil yang sebenarnya... padahal kita hanya bisa berijtihad dimana kebenaran hakiki hanyalah milik Allah..
Jika pada waktu malam... pada malam di belahan bumi mana? jika Allah ingin menurunkannya pada malam di belahan bumi Amerika, tentulah di sini siang hari...

Yang bisa kita lakukan adalah terus mendekat kepada-Nya di waktu paling istimewa di Bulan suci ini. Maka Dialah yang berkehendak memilih hamba-hamba Nya untuk berada dalam ibadah optimal pada Lailatul Qadar ini...

Pada itikaf kali ini Allah berkenan mempertemukan saya kembali dengan Bu husni (kusrimining) yang berbagi semangat lewat ceritanya. Seorang ibu dari 3 anak yang semangat nya tidak kalah dengan pemuda. "Usia boleh tua, tapi semangat berbuat baik jangan kalah sama anak muda." katanya padaku. Keren! padahal usianya sudah tidak muda lagi dan anak-anaknya sudah menjadi para pemuda tangguh. Fastabiqul khairat...

Bahkan untuk itikaf ini, beliau yang bekerja sebagai tukang jual sarapan di stasiun setiap harinya rela untuk tidak berdagang dan tidak melayani pesanan di 10 hari terakhir ini. Padahal untuk catering, ini tergolong waktu-waktu yang banyak order. Tapi baginya ibadah ini jauh lebih penting dari apapun. Akupun sempat bertanya, "kalau tidak jualan berarti tidak ada pemasukan dong bu..."
"Saya sudah menabung untuk ini selama 11 bulan, agar saya bisa beribadah dengan tenang dan kebutuhan sehari-hari bisa ter-cover."
"Waaa...." sayapun takjub. "rezeki itu muncul dari jalan yang tak terduga, Lia. Insya Allah, Dia akan selalu mencukupi kebutuhan kita yang sungguh-sungguh berusaha dan beribadah." katanya yakin.
Hmmm... benar juga, Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya yang berusaha mendekat pada-Nya.
"Lalu bagaimana dengan suami dan anak-anak ibu? tanyaku lagi.
"Mereka itikaf di masjid dekat rumah, kebetulan disana disediakan makan sahur dan buka puasa. Kebutuhan mereka lainnya sudah saya siapkan sebelum Ramadhan. Termasuk kebutuhan untuk Idul Fitri."
Huaaaa.... Kereeen  Saya jadi malu sendiri karena untuk itikaf dan juga Ramadhan ini, persiapan saya masih minim... tidak terencana dengan baik seperti Bu husni. Sehingga saat itikaf pun saya masih kerepotan menyelesaikan beberapa urusan duniawi


Semoga tahun depan bisa itikaf dengan lebih baik secara kualitas dan kuantitas
#FightFor

Note:
Terima kasih kepada Bu husni yang telah berbagi tips, cerita, dan semangat kepadaku.

Juga kepada Mba Ida, Tia, Melly, dan Fahri atas kebersamaan beritikaf di masjid megah ini, Masjid At-Tin Jakarta.

=======================

Kepada teman-teman yang membaca tulisan ini, saya ucapkan:
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H
Semoga semangat Ramadhan senantiasa mengiringi kita hingga bertemu dengan Ramadhan selanjutnya
Taqabbalallahu minna wa minkum
Mohon maaf lahir dan bathin

=Lia Aprilia=

Friday, 10 August 2012

Why do we fall?

 "And why do we fall, Bruce?"

Sebuah kalimat yang diucapkan Thomas Wayne ini melekat kuat pada ingatan saya. Menurut saya kalimat ini inspiring banget. Apalagi mendengar lanjutan kalimat ini:

"So we can learn to pick ourselves up"

Christopher Nolan pun memasukkan kalimat-kalimat ini di trilogi Batman kerennya; Batman Begins, The Dark Knight, dan The Dark Knight Rises. Di dalam ketiga film tersebut, kalimat inilah yang memberikan kekuatan pada Bruce Wayne saat terpuruk. 


Dalam Batman Begins kita tentu ingat bagaimana desperadonya Bruce saat Ra's Al Ghul membakar Wayne Manor dan bahkan hampir membunuhnya (untungnya bisa diselamatkan Alfred). Alfred pula lah yang memberikan Bruce motivasi.
Bruce Wayne: I wanted to save Gotham. I've failed.
Alfred: Why do we fall, sir? So that we can learn to pick ourselves up.
Bruce: You still haven't given up on me?
Alfred: Never.
Kalimat ini benar-benar jadi bekal "sang kelelawar" dalam menghadapi musuh-musuh kerennya seperti Joker dan Bane.

Saat menonton The Dark Knight Rises, saya sempat putus asa (penontonpun bisa putus asa ya :D ) juga melihat Batman yang jatuh miskin dan tak berdaya dibantai Bane dan dibuang ke penjara lubang hitam (Saya bilang lubang hitam karena tidak ada jalan keluar selain di atap yang sangat tinggi, yang hampir mustahil dilewati). Dalam keterpurukannya Bruce bermimpi momen saat ayahnya menyelamatkannya dan mengatakan kalimat ini. Hasilnya? Dahsyat! dengan didorong rasa takut akan kematian (maksudnya takut melihat kematian warga Gotham City) dan tekad kuat bahwa Batman sangat dibutuhkan, Bruce berhasil bangkit. 

Sebuah kekuatan kata-kata :)