Tuesday 25 October 2011

Pilkada, Masyarakat, dan Harapan.

Rangkaian pesta demokrasi pemilihan Gubernur Banten memang telah usai. Namun aromanya
belum pudar. Di sana sini tiap desa masih terlihat stiker yang tertempel di tiang dan tembok bangunan. Baik yang masih utuh maupun yang sudah robek (tepatnya dirobek). Rasanya di setiap pesta demokrasi di negeri ini selalu ditemukan aksi perobekan spanduk atau stiker kampanye suatu calon oleh calon lainnya yang merasa terancam. Saya tidak bisa mengerti jalan pikiran mereka, mengapa harus merobek perangkat kampanye lawan? apakah dengan merobek itu semua, calon yang dijagokannya akan dapat melenggang mulus ke pintu kemenangan? padahal menggunakan cara yang salah! Saya dan teman-teman tidak pernah merobek ataupun meniban stiker calon lain yang telah di tempelkan di suatu tempat. Kami selalu mencari lahan yang kosong untuk ditempeli. Kami merasakan betapa itu adalah tools yang dibeli oleh uang-uang kami yang jumlahnya terbatas, maka itu harus cermat membelanjakannya dan memasangnya. Saya pribadi sangat miris ketikamelihat atau menemukan tools kampanye kami dalam keadaaan robek-robek gak karuan. Rasanya hati jadi ikut terobek juga *lebay mode on*, maka itu tidak pernah terbersit sedikitpun tuk merusak tools kampanye lawan. Apalagi sampai menyewa orang, seperti yang dilakukan oleh salah satu calon di pesta demokrasi ini, memberikan upah kepada para tukang ojek dan preman untuk merobek spanduk kampanye lawannya. Mau tau berapa? 50rb untuk satu spanduk! Naudzubillah min dzaalik...

Melihat hasil penghitungan suara di kelurahan saya, ataupun versi quick count memang pasangan calon yang saya dukung kalah telak. Saya coba mengintrospeksi yang selama ini telah dilakukan, mungkin ikhtiar kami belum sempurna... Sedih memang jika calon yang telah kita perjuangkan mengalami kekalahan telak, tapi lebih sedih lagi melihat kondisi masyarakat yang mudah terbujuk uang. Seorang warga pernah berkata, "ada pemimpin baru atau ngga, sama aja. toh keadaan gini-gini aja, gak berubah." ya jelas lah gini-gini aja... situ juga milihnya gak berubah *siapa yang ngasih uang, itu yang dipilih*.

Dalam pemilu, Politik uang itu lumrah. Itulah yang disampaikan salah satu calon. Dan memang tidak bisa disangkal bahwa masyarakat yang tidak cerdas dan calon pemimpin yang tidak jujur lah yang mebuat budaya ini sulit dihilangkan. Di banyak TPS, ada oknum-oknum yang menyerukan untuk memilih calon tertentu (bahkan anggota KPPS nya). Di sebuah kelurahan, setiap pengurus posyandu mendapat uang 150 ribu perorang agar menggerakkan massa untuk memilih calon tersebut. Begitu juga struktural pengurus kecamatan, dan kelurahan... bahkan seorang tetangga mendapatkan sebuah mobil dari salah satu calon! Kontan saja masyarakat memilih calon tersebut.

Kalau caranya saja sudah salah, bagimana Allah mau meridhoi kepemimpinannya? Kalau masih berstatus 'calon' saja berani berbuat curang, bagaimana kalau sudah jadi pejabat yang godaan disana semakin besar? dan saya sempat bertanya-tanya dari mana uang yang mereka sebar-sebarkan itu? apakah mereka rela kehilangan uang itu ataukah mereka akan 'mencari gantinya' ketika mereka terpilih menjadi pejabat? kalau itu benar, lantas bagaimana dengan uang yang seharusnya dialokasikan untuk rakyat? dll...

Padahal kita sebagai muslim, terlebih di Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim, bisa berpatokan pada Al-Quran yang mengatur segala hal tentang kehidupan manusia, termasuk dalam hal pemimpin ini. Setiap yang kita lakukan pasti akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Maka diperlukan ikhtiar dan ijtihad dalam memilih calon-calon tersebut. Golput bukanlah sesuatu yang baik.

Banyak masyarakat (mungkin sebagian besar) seperti tidak punya jati diri, mudah terprovokasi, dan mudah terombang-ambing. Rasanya perlu usaha lebih keras lagi untuk melakukan pencerdasan politik bagi masyarakat ini. Agar mereka bisa melihat mana yang baik dan yang tidak baik, memilih yang terbaik dari yang baik, agar memilih dengan cara yang baik untuk Indonesia yang lebih baik.

Akhir tulisan pendek ini, terselip harapan besar, semoga pemimpin yang terpilih nanti mampu mengemban amanat yang berat ini dengan amanah sehingga Banten segera sejahtera :)
Semoga masayarakat akan segera menyadari urgensi memilih yang benar dalam pemilu selanjutnya :)

7 comments:

  1. ya ampun sampe segitunya ckckckck

    ReplyDelete
  2. iya mba... ini kenyataan di kota saya T_T

    ReplyDelete
  3. perlu usaha keras untuk menyadarkan seluruh masyarakat...

    ReplyDelete
  4. harapan itu.. (mungkin) telah mati..

    ReplyDelete
  5. mudah2an harapan itu masih ada, meski entah kapan harapan itu dapat terwujud.... setidaknya kita masih punya harapan untuk diwujudkan...

    ReplyDelete