Beberapa kisah pernikahan pernah singgah di telinga saya...
Tentang prosesnya, tentang cinta, tentang menjaga hati, tentang cita-cita... juga tentang ibadah.
Ada yang menikah karena sudah memiliki cinta dan kecenderungan dalam hati.
Ada yang menikah lalu menumbuhkan cinta dan kecenderungan dalam hati.
Saya pikir keduanya mulia selama niatnya karena Allah dan prosesnya terjaga sesuai kaidah islam.
Tentang jodoh..
Jodoh adalah misteri yang harus diikhtiarkan.
Ketika akad diucapkan, pasangan suami-istri memulai garis takdir perjodohan. Bisa jadi ini akan terus berlanjut sampai ceritanya bersambung di akhirat (happy ending) atau terputus di dunia (naudzubillah).
Tipe happy ending ini bisa diraih jika kualitas diri kita dan
jodoh kita harus sama-sama semakin meningkat sehingga akan berlanjut
hingga akhirat. Semoga kita termasuk dalam jodoh tipe ini.. Aamiin Ya Rabb..
Tipe satunya adalah ketika suami-istri takdir jodohnya berakhir di dunia, misalnya karena perceraian (naudzubillah). Yang saya tau, jodoh itu ada masa tenggangnya. Dan jodoh itu se-kufu (atau setingkat), dalam artian memiliki kualitas dan frekuensi yang setara. Jodoh kita adalah cerminan diri kita, dan kita akan setara dengan pasangan kita. Jika salah satu melesat jauh menjadi sangat baik sementara yang lain semakin mundur menjadi sangat buruk, maka akan ada kejomplangan. Hal ini yang menyebabkan garis jodoh berakhir. Oleh karena itu, jodoh tidak otomatis terjawab setelah akad, namun jodoh harus tetap diikhtiarkan secara terus menerus hingga menghadap Allah. Semoga kita bisa sama-sama berproses menjadi orang yang lebih baik dengan jodoh kita, sehingga kesetaraan dan harmonisasinya dapat terus terjaga.
Lalu bagaimana ketika salah satu dari pasangan menghadap Allah terlebih dahulu? Bisa jadi Allah membatasi waktu garis perjodohannya sampai disitu dan garis perjodohan kita berlanjut dengan orang lain, atau yang meninggal duluan bertemu jodohnya di surga. Wallahu'alam..
Kita tidak akan pernah tahu siapa jodoh kita hingga saatnya tiba.
Tapi yang pasti siapa jodoh kita sudah tertulis di Lauhul Mahfuz ribuan tahun yang lalu sebelum kita dilahirkan. Dan kita harus ingat bahwa tidak ada skenario Allah yang salah.
Kita hanya BERPROSES UNTUK MENUJU TAKDIR ALLAH ini dengan ikhtiar sebaik-baiknya, dengan terus menyertakan Allah di dalam proses itu tentunya. Karena Ridho Allah lah yang utama.
Meng-copas kembali redaksinya
anty
Percayalah…
Laki-laki yang baik itu akan memintamu menikah dengannya, dengan cara yang baik, melamarmu dan keluarga untuk menjadi bagian dari hidupnya…
Menyatakan keseriusannya dengan GAMBLANG bukan mengeluarkan isyarat-isyarat yang menimbulkan ribuan tanya dalam benakmu. Membingungkanmu.
Menikahimu dengan waktu yang jelas, tidak akan membuatmu menunggu, tidak akan menggantung statusmu.
Mungkin kita harus membuka diri terhadap peluang jodoh dari segala arah yang Allah tunjukkan. Meski tidak seperti harapan, tidak seperti impian. Peluang jodoh yang tidak terduga..
dan..
Saat kita menarik seseorang ke dalam hidup kita, tentu alasannya bukan tuk mencari-cari aib & salahnya. Cukuplah baik sangka mengikat cinta. Tapi baik sangka bukan penghenti saling menasehati. Sebab cinta sejati bukanlah penjamin mesra dunia; ia alasan asasi tuk bersama ke surga. (Salim A Fillah)