Monday, 23 April 2012

Memilih Jalan Menuju-Nya


"Setiap orang meninggal pada aktivitas yang dicintainya."
begitu kata Mba Hen, teman kantorku, saat kami berbincang-bincang tentang (alm.) Prof. Widjajono Partowidagdo. Wakil menteri ESDM itu meninggal saat mendaki Gunung Tambora. Meski profesor, tapi juga hobi mendaki... dan tetap terus mendaki walau sudah jadi ajudan Presiden. Bagi saya itu adalah hal yang luar biasa, dimana kesibukan tidak akan membendung hal-hal yang dicintai. Itulah yang memulai percakapan kami pagi ini.

Meski pernyataan teman saya tadi tidak terjadi pada semua orang, tapi saya bisa menemukannya pada banyak orang. Misalnya pada (alm) mertua Mba Hen yang rajin shalat, meninggal saat sujud shalat. Lalu (alm) Ustadzah Yoyoh Yusroh yang semangat dakwahnya selalu membara, meninggal saat perjalanan menuju dakwah rutinannya. Juga banyak orang yang gemar mabuk-mabukan meninggal karena overdosis, dan banyak lagi contoh-contoh lain.

Meninggal pada saat mengerjakan aktivitas yang dicintainya. Kalimat itu yang masih terngiang dalam kepala saya. Sungguh, kalimat itu yang membuat saya kembali bertanya pada diri saya,
Apakah aktivitas di dunia ini yang paling saya cintai lebih dari aktivitas2 lainnya?
Apakah aktivitas tersebut patut dibanggakan di hadapan-Nya kelak?
Siapkah jika nanti saya menghadap-Nya saat melakukan aktivitas tersebut?
dan pertanyaan-pertanyaan lain yang (mungkin) hanya saya sendiri (harus) mampu menjawabnya.

Kematian itu pasti datang. Tidak tahu kapan takdir terbut akan menghampiri kita. Tua muda bukan jaminan tuk pergi lebih dulu, bahkan juga yang sehat atau yang sakit. Semua itu telah dituliskan Allah dalam Lauhul Mahfuz, jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia ini. Tapi Allah selalu memberikan pilihan kepada kita untuk memilih jalan menuju kematian. Tinggal manusia yang memilih, meninggal dalam keadaan baik dan terhormat atau meninggal dalam keadaan nista. Pilihan tersebut ada pada tiap diri, dan ia akan mendapatkan ganjaran atas pilihannya.

Pelajaran bagi saya pribadi, mulai sekarang harus lebih serius lagi untuk memperbaiki diri, juga sesama. Konsisten menjalankan program-program tarbiyah dzatiah maupun tarbiyah amaliyah yang telah diprogramkan diri. Cerdas, karena itu hidup yang hanya sekali ini harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan akhirat.


Memegang erat kembali kata-kata Abdullah bin Mas'ud r.a: Biasakan diri berbuat baik, karena untuk kontinu berbuat baik butuh pembiasaan... Semoga jika saatnya tiba untuk menghadap Allah, adalah pada saat iman terbaik kita, pada saat kita melakukan aktivitas yang membanggakan di sisi Allah... aamiin...

Wednesday, 11 April 2012

Karena Allah Selalu Mengirimkan Malaikat-Nya Untukku

*forward-an dari milis. tulisan lama tapi selalu bisa jadi penawar penat :)
karena.. SAAT LELAH, SAAT PENING, ALLAH SELALU MENGIRIMKAN 'MALAIKATNYA UNTUKKU..

 

Di sebuah keheningan malam, dingin terasa menusuk tulang …, seorang pemuda duduk terpekur  seraya sesekali memandangi langit …, ada guratan-guratan keletihan diwajahnya, ada  gundah yang menggelayuti  perasaannya … Otaknya mencoba untuk memutar kembali memori-memori yang ada …, mengingat rangkaian peristiwa demi peristiwa yang telah dilalui. Ada desahan nafas yang terdengar seiring dengan nyayian jangkrik dalam pekatnya malam …

Segudang aktivitasnya yang menuntut meminta prioritas, memaksanya menghabiskan lebih dari 18 jam di luar rumah. Tak jarang ia mengetuk pintu rumah bersamaaan dengan terbitnya sang fajar. Saat sebagian besar manusia terlelap …, ia semakin akrab dengan lembabnya udara malam…, setia berada dalam ruang-ruang pertemuan membahas agenda yang sering kali sangat jauh dari irisan kehidupan dan tak luput kuliah pun dinomor sekiankan karena tuntutan
 

Tak bisa dipungkiri, bahwa semua itu terasa melelahkan…, sepertinya otaknya sudah sangat  penuh dengan berbagai masalah. Sebagai seorang manusia sangat fitrah jika ia memiliki keterbatasan kapasitas  menampung semua permasalahan yang ada..., Tanpa terasa butiran-butiran hangat  itu jatuh membasahi pipi …

Teringat nasihat dari seorang al-akh yang terngiang di telinganya “sahabat … layaknya sebuah perjalanan yang sangat panjang, jalan da’wah selalu dipenuhi oleh kesulitan dan kepahitan. Berbagai fitnah, tantangan dan hambatan terus mendera tak putus-putusnya.

Tak sedikit  tenaga, waktu dan pikiran yang terkuras, peluh yang terkucur, sayatan-sayatan luka yang menganga  bahkan tetesan-tetesan darah pun tak luput mewarnai jalan panjang ini. Maka laluilah ia dengan segenap kesungguhan, karena di ujung jalan ini  Allah  menyiapkan berbagai keindahan. Sahabat … terkadang muncul pertanyaan dalam hati kita “Kenapa kita diuji ?” Allah memberikan jawaban “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah Beriman?” dan mereka tidak diuji ? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta” (Qs. Al-Ankabut:2-3),

lalu timbul pertanyaan kembali “Kenapa kita tidak mendapatkan apa yang kita idam-idamkan ?” Allah menjawab “…boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui …”(Qs. Al-Baqarah:216), kemudian “Mengapa ujian seberat ini?” “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya …” (Qs. Al-Baqarah:286) dan terkadang kita sering merasa begitu lelah dan lemah, Allah menjawab “ … janganlah kamu merasa lemah  dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya jika kamu orang beriman” (Qs. Ali Imran:139), lalu “Bagaimana kita harus menghadapinya?” Allah berkata “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung “ (Qs. Ali Imran:200), kemudian “Kepada siapa kita berharap?” jawabnya “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada tuhan selain Dia, hanya kepadaNya aku bertawakal …” (Qs. At Taubah:129),  dan “Jika kita tidak mampu bertahan lagi?” maka “… janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah …” (Qs. Yusuf:87), kemudian “Apa yang kita dapatkan dari semua ini?” “ Sesungguhnya Allah membeli orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka…”(Qs. At Taubah:111). Sahabat … mari kita berbenah diri dan terus berbenah untuk mempersembahkan yang terbaik dalam masa hidup dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah.

Dimanapun … kapanpun dan dimanapun selama Allah menjadi Just the one goal. Jadikanlah hidup ini selalu penuh dengan harapan kepada Sang pemilik Jiwa. Bersiaplah menghadapi putaran waktu hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada-Nya. Kalaulah keletihan itu melanda baurlah dengan ayat Illahi…, semoga Allah melapangkan hati-hati kita, selamat berjuang sahabat …”

Percikan air wudhu itu menyegarkan kembali tubuh yang letih dan meluruhkan rasa gundah yang melanda hati, pemuda itu mencoba mengembalikan semua permasalahan pada Sang Pemilik Jiwa, menghamparkan sajadah dan meratakan kening diatasnya… ada guncangan yang begitu dashyat ditubuhnya… sebuah kenikmatan tersendiri yang tidak bisa dirasakan oleh siapapun pada saat seorang hamba bermunajat kepada Sang Kekasih, memohon ampunan dalam jutaan butir do’a. Bersimpuh seraya merenungkan semua kekhilafan…

Duhai Sang Pemilik Jiwa…
Ikhlaskanlah hati-hati ini sehingga bisa menerima semua bagian dari perjalanan hidup dengan kebesaran hati dan kebesaran jiwa serta menemukan jawaban dari sebuah  rahasia dibalik titian kehidupan yang telah dijalani…

Duhai Sang Pemilik Jiwa…

Jadikanlah amal-amal ini sebagai pemberat timbangan di hari akhir nanti … istiqomahkanlah hati ini agar tetap berada di jalan,  bersihkanlah hati yang pekat ini untuk mudah dicelupi cahaya-Mu, illahi Rabbi.

Wallahu’alam bishowab

Semoga kita semakin semangat dalam menjalani setiap episode kehidupan yang dipersembahkan-Nya dengan segala cinta …