Start: | Apr 10, '09 9:00p |
End: | Jul 8, '09 |
Location: | TPS masing-masing |
presiden dan wakil presiden yang baru..
Ehm... sapa ya??
___
L. A. N. J. U. T. K. A. N
Start: | Apr 10, '09 9:00p |
End: | Jul 8, '09 |
Location: | TPS masing-masing |
Start: | Mar 23, '09 10:00p |
End: | Apr 9, '09 |
Location: | TPS masing-masing |
akhir-akhir ini entah kenapa selalu telat ngejar bis jemputan.. padahal dah diusahain tuk bangun lebih pagi dan berangkat secepatnya. Pasti aja tuh bis cuma kelihatan dari jauh aja.. mo ngejar selalu keselip beberapa angkot.. dah akhirnya tuh bis melaju dengan cepatnya meninggalkanku yang masih cengo.. hiks3x.. akhirnya naik busway deh ke kantor. Dah nyampenya telat pula, coz ternyata di blok M tiap paginya terjadi antrian penumpang busway yang panjaaang banget+crowded.. huff.. sabar..
setelah dihitung-hitung peristiwa ini terjadi dah 7 kali!! satu hal yang tidak bisa dimaklumi! harus ada perubahan! masa mo telat terus.. Duhai jiwaku ada apa denganmu?
Jiwa, begitu menyenangi kelalaian. Jiwa, begitu menikmati kemalasan. Jiwa, begitu memaafkan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan. Kesalahan demi kesalahan, ketidakmampuan serta keterbatasan di dalam memenuhi kebaikan, dianggap sebagai pemakluman. Duhai jiwaku, ada apa denganmu?
Untuk jiwaku yang senantiasa merindu
Untuk jiwaku yang terus mencari
Untuk jiwaku yang mempelajari
Bawa hatimu pada RABBI…
Dan tetapkan kembali kisahmu di sini
Di perhentian sejenak, dalam munajat
“Yaa Muqallibal Quluub, tsabbit quluubana ‘alad diinik.”
...untuk jiwaku dalam tiap ruhnya yang baru..
*besok harus kudapat tuh bis! 55 besok pagi pasti!*
Jadi inget sabtu kemaren jaulah ke rumah ustadzah Amiroh. Rumahnya di samping masjid Al-Hikmah Jl. Bangka Jakarta. Seru banget! berhubung teman2 banyak yang sudah memiliki momongan, jadi materi yang dipilih tentang tarbiyatul aulad. Saya jadi bisa nambah ilmu..itung-itung bekal buat masa depan, hehe..
buat para pembaca semoga bermanfaat ya.. selamat menikmati
Tarbiyatul Aulad
Tahap Awal sebelum kelahiran anak:
1) Taqwa
Sebelum anak lahir, sebelum mengandung, bahkan sebelum menikah, setiap prosesnya harus dilandasi dengan taqwa.
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An Nisa:1)
2) Memiliki gambaran yang utuh terhadap Anak.
· Anak adalah hamba Allah, yang dititipkan Allah kepada kita melalui rahim kita.
So, harus dijaga dan dibentuk sesuai dengan apa yang Allah inginkan. Kita harus ikhlas jika suatu saat Allah ingin mengambilnya kembali karena anak kita milik Allah, kita cuma dititipkan saja.
· Sebagai hiasan hidup.
Yang namanya hiasan
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)
· Nikmat yang luar biasa.
“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar”. (QS. Al Israa: 6 )
· Penyenang hati
“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Furqaan: 74)
· Kabar Gembira
Harus disambut dengan hati gembira, mulai dari kita tahu awal kehamilan, karena keluhan dapat mempengaruhi tanggung jawab yang kita berikan terhadap anak.
Ingat cerita tentang Abu Lahab yang diringankan siksanya setiap hari Senin karena dia sempat gembira mendengar berita kelahiran Rasulullah SAW (hari Senin).
Karakteristik Ibu → Ibu yang diabadikan dalam Al-Qur’an
1) Istri Imron (Ibunda Maryam)
QS. Ali Imran → tentang keluarga Imran [Imran, Istri Imran, Anak Imran (Maryam)]
Perhatian terhadap janin →Harus ada cita-cita besar, tentang penghambaan yang sesungguhnya sejak janin masih dalam kandungan.
2) Maryam (Ibunda Nabi Isa AS. )
QS. Tahrim → tentang sifat-sifat Maryam: menjaga kesucian dirinya, tidak banyak bicara tapi memberikan bukti.
3) Ibunda Nabi Musa AS.
QS. Al Qashash →tentang sifat-sifat Ibunda Nabi Musa AS.
· Cepat merespon perintah Allah SWT.
Segera menyusui ketika Musa lahir.
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul”. (Al-Qashash: 7)
Menghanyutkan ke sungai karena khawatir akan lingkungan yang mengancam keselamatan si anak.
Melakukan Pemantauan.
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.” (Al-Qashash: 11)
· Tabah, tenang, tawakal → tidak lepas dari usaha dan tidak khawatir.
· Bisa mengendalikan emosi dengan tepat.
· Kesungguhan dalam meraih janji Allah →mengembalikan Musa kepadanya, dan menjadikan Musa sebagai rasul.
4) Istri Ibrahim AS → Siti Hajar (Ibunda nabi Ismail AS)
QS. Ibrahim → tentang keluarga Ibrahim AS.
Sifat Siti Hajar:
Pemahaman tentang Allah SWT.
Keyakinan kepada Allah yang sangat tinggi →saat ditinggalkan Ibrahim, dan saat meninggalkan Ismail yang masih bayi di
Profil Anak
QS. Maryam → tentang Nabi Yahya AS, anak Nabi
“Hai Yahya, ambillah[899] Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah[900] (maksudnya: kenabian, pemahaman taurat, dan pendalaman agama) selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 12-15)
Aspek-aspek yang harus ditanamkan kepada anak:
1) Keimanan kepada Allah (Baca kisah Luqman)
2) Emosional → lembut dan penuh kasih sayang.
3) Patuh kepada orang tua →kita yang harus mengajarkan kepada mereka.
Sejauh mana kita memuliakan orang tua, sejauh itu pula anak kita akan memuliakan kita!!
Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam mendidik anak:
1) Keikhlasan
Jika kita ikhlas maka Allah akan mengajarkan dan memberikan jalan kepada kita.
2) Memberikan contoh
Jika kita ingin anak kita hafal Al-Quran maka kita juga harus rajin tilawah dan menghafal Al-Quran.
3) Memberikan nasihat-nasihat sesuai dengan kebutuhannya.
4) Bersikap Adil.
5) Selalu berdoa kepada Allah.
6) Memberikan reward dan punishment dengan proporsional.
(Wallahu’alam bish shawab)
“Posisikan anak seperti apa yang Allah posisikan. Arahkan anak sesuai dengan apa yang Allah arahkan”
Ada artikel bagus, yang ternyata saya baru tahu
(Kontributor Republika)
Jika anda menyenangi puisi dan suka menulis, tahukah anda, kebiasaan tersebut ternyata mempengaruhi perkembangan mental dan psikologi diri anda. Demikian hasil peneilitian yang dilakukan lembaga Masyarakat Ilmu Pengetahuan Amerika Serikat, AAAS baru-baru ini.
Menaruh pulpen di atas kertas membantu otak mengatur emosi dan mengurangi perasaan takut dan marah. Peneliti menyatakan,menulis pengalamam pribadi memiliki efek "pencuci perut" karena sebagian otak terhubung dengan pemicu emosi dan aktivitas di sekitar wilayah otak yang berhubungan dengan kontrol diri.
Kualitas dari lirik atau prosa yang dibuat tidak berpengaruh terhadap penulis. Berdasarkan fakta, ilmuwan menduga jika tulisan sedikit membeberkan kesan hidup dan pengalaman akan berpengaruh baik. Sekarang para peneliti berharap mengembang suatu terapi yang mendasarkan penemuan mereka, yang kemudian bisa digunakan untuk menghilangkan ketakutan sosial atau fobia.
Ahli Saraf Universitas California,Dr. matthew Lieberman kemudian memberi nama penemuan AAAS dengan sebutan "menaruh perasaan ke dalam tulisan". Dia menuturkan,mengekpresikan diri lewat tulisan merupakan "pengaturan emosi yang tak disengaja"."Hal tersebut terlihat untuk mengatur kita dalam keadaan sulit," ujarnya.
Masyarakat,dinilainya,meremehkan aturan untuk duduk ketika emosi padahal dibaliknya terdapat manfaat. "Saya pikir, penemuan mengungkapkan alasan mengapa masyarakat menulis diari atau menulis lirik buruk pada lagu, sesuatu yang tidak akan pernah dimainkan di radio," ujarnya.
Dr Lieberman membuktikan keampuhan terapi menulis dengan membaca sekilas 30 otak individu saat mereka menguraikan gambar-gambar menyusahkan. Dia menemukan, menulis akan mengurangi aktivitas amygdala, bagian otak yang terhubung dengan emosi dan ketakutan dan meningkatkan aktivitas bagian depan korteks, pengatur pikiran. Dia menduga, lebih banyak menulis mengenai emosi jiwa akan menurunkan tekanan pada otak dan membangun keseimbangan mental.
Meskipun Lieberman tidak begitu mengerti efek dari terapi menulis namun hal itu telah dibuktikan. "Jika anda bertanya kepada masyarakat kemudian mereka tidak berpikir, menulis akan mempengaruhi pengaturan emosi, tetapi ketika anda melihat otak, baru anda dapat melihat apa yang sedang terjadi," ujarnya.
"Semakin kita menggunakan otak depan, semakin kecil respon amygdala. Terlihat adanya efek dilihat-dan melihat" tambahnya. Dipercobaan lain, menulis dapat digunakan untuk mengawali terapi bagi masyarakat yang takut terhadap laba-laba.
Dengan menulis ketakutan yang mereka miliki akan memiliki hasil berbeda bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak menulis ketakutan mereka. "Kami tidak berpikir bahwa ini merupakan bagian dari aplikasi klinis," ujar Lieberman.
Namun, menurutnya, efek akan menjadi negatif jika menulis terlalu gamblang atau detail karena akan mengingatkan mereka terhadap trauma yang dilalui. " Anda menulis untuk melupakan bukan untuk mengingat," katanya.
Maka dapat diketahui mengapa kadang penulis ditemukan memiliki masalah kejiwaan, karena menulis memungkinkan mereka tetap bereaksi terhadap beberapa masalah emosi.
"Saya sangat yakin itu juga merupakan bagian motivasi mereka untuk menulis," tukasnya. "Anda bisa bayangkan akan jadi apa, mereka tanpa menulis," pungkasnya.