Monday, 27 December 2010

Saya hanya ingin mencintai Al-Quran


Sosok sederhana itu tertunduk dalam, "saya hanya ingin mencintai Al-Quran". Katanya pelan, namun tegas. Lanjutnya, "Saya ingin menjadi penghafal Al-Quran... jikapun saya tidak bisa, saya ingin anak-anak saya menjadi hafidzul Qur'an." Kesungguhan niatnya terpancar dari kata-katanya, ketika kami membicarakan tentang cita-cita.

Meski beberapa teman pun pernah menyampaikan keinginan yang sepertinya, namun entah kenapa kata-katanya yang sederhana namun membuat hati saya bergetar. entah karena dia menyampaikannya dengan kesungguhan hatinya sehingga sayapun merasakan getarannya.

Wajahnya tertunduk sedih. Lanjutnya kemudian, "namun sekarang ruhyah saya sedang turun. Sehingga susah rasanya untuk ikutan tahfidz lagi di LTQ Al-Hikmah saat ini..." saya merasakan kesedihannya, sepertinya dia merasakan rugi yang besar karena off dulu dari LTQ, seperti perasaan yang saya rasakan (mungkin lebih) ketika tidak bisa menghadiri kursus bahasa arab yang selalu bersemangat buat saya.

Obrolan sore dua hari lalu, yang cukup membuat saya terus mengingat kata-katanya "saya ingin mencintai Al-Quran" hingga pagi ini. Kata-kata yang diulangnya beberapa kali, dengan getaran yang makin meningkat, yang menggambarkan kesungguhan niat, kebulatan tekad, tanpa kesombongan sedikitpun. Kata-kata itu terus memberi insiprasi buat saya, untuk mengingatkan kembali cita-cita saya akan itu. Agar saya makin bersemangat tilawah, menghafal, dan memahami Al-Quran dengan segala daya dan upaya...

terima kasih saudaraku... semoga kita termasuk golongan ahlul Quran yang dicintai Allah, semoga cita-cita kita dapat terwujud...

****

Mendengar murottal di kompi kantor pagi ini (dari qori yang saya belum tahu siapa) bikin hati makin bergetar. sebabnya pertama adalah saya telah membaca tulisan ukhti Dewi (tentang mencintai Al-Quran) dan kedua adalah sepenggal cerita di atas yang masih saya rasakan getarannya hingga saat ini.

...mengulas tulisan ukhti Dewi,

Mencintai al-Qur’an adalah sebuah kenikmatan, yang tidak akan bisa dirasakan oleh orang yang belum pernah mendapatkannya. Karena itu setiap muslim pasti menginginkan agar dirinya bisa mencintai al-Qur’an. Lalu bisa mengajak keluarganya agar mencintai al-Qur’an, supaya bisa merasakan kenikmatan hidup bersama al-Qur’an.

Namun persoalannya, bagaimanakah cara menumbuhkan rasa cinta terhadap al-Qur’an ini?

Persoalan cinta adalah persoalan hati. Sementara kita tidak sanggup menguasai hati kita sendiri. Hati seseorang terletak di tangan Allah. Dia membuka dan menutup hati kapan saja Dia menghendaki, dengan hikmahNya, serta ilmuNya.

"dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya" (Q.S: al-Anfal:24)

"Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya," (Q.S: al-Kahf:57)

Dan Allah telah menjadikan sebab-sebab dan wasilah-wasilah agar hati terbuka atau tertutup. Orang yang meniti jalan-Nya maka ia akan mendapatkan taufiq, dan orang yang menyelisihi jalannya maka ia akan dibiarkan berada di dalam kesesatan. Apabila hati mencintai sesuatu maka ia akan tergantung kepadanya, merindukannya, menyukainya dan memutuskan segala hubungan dengan selainnya.

Jika hati telah mencintai al-Qur’an, ia akan merasakan nikmat dengan membacanya. Ia akan berusaha memadukan antara pemahaman qur’ani dengan kesadaran qur’ani. Sebaliknya, apabila pada seseorang tidak ada kecintaan, maka hati ini akan sulit menerima al-Qur’an, tunduk kepada Al-Qur’an terasa berat, dan tidak akan bisa dilakukan melainkan setelah melalui perjuangan yang berat.

Pertanyaan pada diri sendiri, sudah seberapa jauhkah mencintai Al-Quran wahai diri?

Tanda-tanda cinta kepada al-Qur’an

Ada beberapa hal yang menandakan adanya kecintaan kepada al-Qur’an di dalam hati, di antaranya adalah

1- sebagaimana cintanya seseorang pada sesuatu, cinta pada al-Qur’an pun ditandai dengan kesukaannya bertemu dengannya.
2- Duduk bersama dan membaca al-Qur’an dalam waktu yang panjang tanpa merasa bosan
3- Jika jauh darinya maka ia akan merindukannya, dan selalu mengharap bisa segera menjumpainya.
4- Banyak berdialog dengannya dan meyakini petunjuk dan arahannya serta kembali kepadanya ketika menghadapi berbagai problematika hidup, baik persoalan kecil maupun besar.
5- Mentaatinya, baik dalam perintah maupun larangan

Inilah tanda-tanda terpenting adanya kecintaan kepada al-Qur’an. Jika tanda-tanda itu ada pada seseorang, maka kecintaannya kepada al-Qur’an itu ada. Dan jika tidak ada tanda-tanda tersebut pada diri seseorang, maka kecintaannya kepada al-Qur’an pun tidak ada. Tetapi jika ada sebagian tanda-tanda tersebut, dan sebagian lagi tidak ada padanya, maka kecintaannya kepada al-Qur’an itu tidak sempurna. Ketidaksempurnaannya berbanding lurus dengan kurangnya sifat-sifat tersebut di dalam pribadinya.

Berapa point dari tanda-tanda di atas yang ada padamu wahai diri?

*semoga Allah memberikan kenikmatan dan semangat yang tak pernah padam pada kita tuk mempelajari kalam-Nya, kemudahan bagi kita dalam menjalankan point-point di atas, semoga kita termasuk dalam golongan Ahlul Quran, yang kelak akan menjadi keluarga Allah...*

****

Dalam membentuk keluarga ahlul Quran, saya jadi teringat buku yang berjudul "10 Bersaudara Bintang Al-Quran". Tentang keluarga Ust. Mutamimul ‘Ula (Pak Tamim) dan Ustadzah Wirianingsih (Bu Wiwi).

Pasangan tersebut memiliki visi menjadikan putra-putrinya seluruhnya hafal Al-Qur’an. Sebuah visi yang istimewa, karena Al-Qur’an adalah mukjizat yang di dalamnya terdapat segala pengetahuan duniawi dan ukhrawi. Jadi, ketika Al-Qur’an sudah digenggam dalam hati dan akal, dia telah menggenggam seluruh ilmu. Dan visi tersebut dijalankan dengan beberapa misi yang dirancang apik, sehingga terbentuk rencana strategis dan implementasi secara detailnya. Pasangan tersebut menjelma layaknya manajer handal dalam keluarga.

Ternyata, mendidik anak-anak menjadi hafiz Al Qur’an sangatlah mungkin dilakukan. Mengapa? Ternyata pasangan Pak Tamim dan Bu Wiwi ini bukanlah hafiz Al Qur’an. Artinya apa? Bagi orang tua yang tak hafiz Al Qur’an, tak perlu berkecil hati, belajarlah dari buku kecil bermanfaat luar biasa ini. Syaratnya hanya satu saja: YAKIN 100% bahwa Al Qur’an merupakan landasan hidup yang paling benar dan wajib dijalankan. Kalau Anda ragu, atau sekedar “nice to have” saja, ya mana mungkin bisa mendidik anak sebagai hafiz Al Qur’an.

Kenapa sih Al Qur’an itu harus dihafal? Yang penting kan dipahami dan dijalankan, betul? Ya betul. tapi kurang tepat. karena ternyata ada tingkatannya:

1. Meyakini
2. Membaca dengan tartil
3. Memahaminya
4. Mengamalkannya
5. Memperjuangkan, menyebarkan, mendakwahkan, dan
6. Menghafalkannya.

Lalu, apa resepnya Pak Tamim dan Bu Wiwi membangun keluarganya?

**Tidak ada Televisi di dalam rumah**
**Tidak ada gambar syubhat karena malaikat tak mau masuk rumah yang ada gambar syubhat**
**Tidak ada musik-musik laghwi yang menyebabkan lalai kepada Allah dan diganti dengan musik Islami seperti nasyid**
**Tidak ada ucapan-ucapan kotor dan diganti dengan ucapan-ucapan baik.**

Bu Wiwi dan Pak Tamim sungguh konsisten terhadap program membimbing putra-putrinya menghafal Al-Qur’an, keduanya memasukkan putra-putrinya ke pesantren atau sekolah yang memiliki kurikulum utama menghafal Al-Qur’an. Prinsip pembiasaan dan konsistensi itulah yang menjadi pegangan pagi pasangan tersebut.

Dan yang tidak kalah penting adalah menyampaikan tujuan dan memberikan reward. Mengkomunikasikan tujuan yang jelas akan memberikan efek psikologis yang positif bagi anak. Mereka tidak sekadar mendorong anak-anaknya menghafalkan Al-Qur’an tetapi juga menjadikannya sebagai pedoman hidup dan mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan. Jangan sampai hafalan tersebut hanya sebatas di kerongkongan saja, tetapi harus benar-benar diamalkan.

Begitu juga dengan pentingnya pemberian hadiah dan hukuman. Hadiah dan hukuman tersebut tentunya tidak sama bagi setiap anak, sesuai kegemaran dan karakter masing-masing. Untuk yang sudah hafal 30 juz, orang tua menjanjikan hadiah umrah.

****

Hafidz itu dalam bahasa arab artinya menjaga atau melindungi. Jadi orang yang menghafal  Al-Quran bisa diartikan sebagai orang yang menjaga Al-Qur'an. Dia akan selalu menerapkan Al-Quran dalam kehidupannya... Subhanallah...


Daripada Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya:
"Apakah anda mengenalku?"
Penghafal tadi menjawab; "Saya tidak mengenal kamu."
Al Quran berkata; "Saya adalah kawanmu, Al Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Quran tadi di beri kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya.
Kedua orang tua itu lalu bertanya: "Kenapa kami diberi dengan pakaian begini?".
Kemudian di jawab, "Kerana anakmu hafal Al Quran."
Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi diperintahkan,
"Bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya."
Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil)


16 comments:

  1. Subhanallah................................

    Al-Qur'an adalah surat cinta dari Sang Maha Cinta......
    Sudah merupakan kewajiban kita untuk mencintainya....

    Jazakillah Khairon Katsir mba atas sharing nya..............

    ReplyDelete
  2. waiyyaki... semoga bermanfaat.
    semoga hati kita selalu ditautkan Allah pada Al-Quran sehingga bisa merasakan nikmatnya mencintai Al-Quran..

    ReplyDelete
  3. Lia...gimana klu qta tiap hari muroja'ah hafalan ba'da zhuhur....apa aja, jd hafalan tetep nempel meski sedang uzur.....yuk!

    ReplyDelete
  4. asiik, asiik... boleh tuh mba! Bisa saling mengingatkan.
    Mulai besok ya ^^

    ReplyDelete
  5. Jazakumullah khoir for sharing..tulisan yg inspiratif.. :)

    ReplyDelete
  6. Muraja'ah bisa kapan saja dan dimana saja.....
    Namun waktu yg paling bagus adalah ba'da subuh dan ba'da maghrib...
    Wallahu'alam.....

    ReplyDelete
  7. yup, kalo gak bisa ba'da subuh atau ba'da magrib, bisa pake waktu luang di kantor. Apalagi kalo ada temennya, bisa saling mengingatkan dan menyemangati, tambah semangat jadinya ^^ *ngelirik bede16*

    ReplyDelete
  8. waiyyaki, semoga bermanfaat ^^

    ReplyDelete
  9. yup, kalo gak bisa ba'da subuh atau ba'da magrib, bisa pake waktu luang di kantor. Apalagi kalo ada temennya, bisa saling mengingatkan dan menyemangati, tambah semangat jadinya ^^ *ngelirik bede16*
    tuing...tuing...tuing...

    ReplyDelete
  10. Subhanallah...Subhanallah...Subhanallah...

    Allahu Akbar...

    *benar-benar memotivasi*

    T_T

    Allhummarhamni bilqur’an. Waj-‘alhu li imaman wa nuran wa hudan wa rohmah. Allhumma dzakkirni minhu ma nasitu wa ‘allimni minhu ma jahiltu warzuqni tilawatahu aana-allaili waj-‘alhu li hujatan ya rabbal ‘alamin.

    Artinya, “Ya Allah sayangilah aku dengan sebab al Qur’an dan jadikanlah al Qur’an untukku sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku akan ayat-ayat al Qur’an yang kulupa, ajarilah aku tentang isi al Qur’an yang tidak aku ketahui dan berilah aku nikmat bisa membacanya di waktu malam. Jadikanlah al Qur’an sebagai membelaku wahai tuhan semesta alam”.

    Allahul Musta'an..

    *nice posting, jazakillah telah berbagi

    ReplyDelete

  11. Allahumma aamiin....

    sama-sama ukhti, terima kasih telah berbagi.
    Senang sekali telah berbagi sesuatu yg bisa memotivasi,
    semoga bermanfaat :)

    ReplyDelete