Lagi-lagi dapet pencerahan lewat film. 'Sang Pencerah'. Meski awalnya sempet nolak tuk nonton film ini karena gak ada feeling or any chemistry with this film dan males aja tuk nonton, karena saya bukan orang sufi (suka film), tapi akhirnya ikutan juga nonton bareng di Botani Square IPB dengan harapan ada pelajaran yang bisa saya ambil dari film ini.
Inget kata-kata orang tua, belajarlah dari biografi orang sukses agar bisa jadi sukses juga. Karena dari sana kita tahu proses yang dijalani mereka dan banyak pelajaran yang bisa diambil. Bener juga sih, belajar itu kan luas. Bukan cuma dengerin guru di kelas yang berkoar-koar menjelaskan satu persatu materi yang ada. Dari menonton film pun kita bisa belajar, sama seperti yang saya tulis dalam resesnsi 3 idiots sebelum ini. Moral dan makna yang tersirat maupun tersurat dari tiap film kadang bisa menjadi inspirasi atau suatu pencerahan bagi yang menontonnya.
Film ini related banget sama para da’i. Bener-bener bisa jadi pencerahan buat pelaku dakwah saat ini. Singkatnya film ini mengisahkan tentang perjuangan hidup KH Ahmad Dahlan sampai berhasil mendirikan organisasi Muhamadiyah.
Membuat film biografi tokoh sekaliber KH Ahmad Dahlan tentu saja tidak mudah, dan Hanung cukup berhasil mengatasinya. Khususnya, berbagai masalah sensitif yang menyangkut Sri Sultan Hamengku Buwono hingga Muslim tradisionalis. Persoalan mendasar adalah bagaimana menjelaskan karakter mulia KH Ahmad Dahlan yang santun dan toleran disukai baik oleh Muslim atau non-Muslim dan masuk dalam berbagai organisasi macam Jamiat Khaer, Syarikat Islam (SI), hingga Boedi Oetomo dengan visinya untuk pembaruan agama yang mau tidak mau, melawan mayoritas Muslim yang kala itu berbaur dengan mistik kejawen dan bahkan madzhab Masjid Agung Kauman, simbol aliran agama resmi kesultanan Yogyakarta. So, i gave applause for Mr. Hanung Bramantyo.
Sedikit cerita tentang KH. Ahmad Dahlan, nama kecilnya adalah Muhammad Darwisy (Ihsan Taroreh). Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang Walisongo (pelopor penyebaran agama Islam di Jawa). Sejak masih remaja ia sudah punya tekad yang kuat tuk mendalami Islam, semangat belajar berbahasa arab agar bisa belajar Islam di Mekah… dan akhirnya pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca), sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Siti Walidah juga telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria. Memang, di balik laki-laki yang hebat pasti ada perempuan-perempuan yang hebat (Ibunya dan istrinya). Dalam usianya yang baru 21 tahun, pemuda Ahmad Dahlan telah membuat perubahan besar meski untuk itu menimbulkan keguncangan di kalangan santri dan ulama lain.
Beliau mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah sesuai arah kompas di Masjid Besar Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai fanatik, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo). Masyarakat yang sulit dirubah… terlalu fanatik dengan keyakinan yang sebenarnya mereka tidak tahu kebenarannya. Disini terlihat kelihaian. Ahmad Dahlan dalam menggunakan ilmu falak, kompas, dan peta dunia. Saat itu peta adalah bikinan orang non-Islam, sehingga mereka tidak percaya dengan penjelasan KH. Ahmad dahlan. Bahkan beliau dituduh kafir. Langgar kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjamaah dan mengajar mengaji, bahkan sempat hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat.
Bukan sekali ini Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) membuat para kyai naik darah. Dalam khotbah pertamanya sebagai khatib, dia menyindir kebiasaan penduduk di kampungnya, Kampung Kauman, Yogyakarta. "Dalam berdoa itu cuma ikhlas dan sabar yang dibutuhkan, tak perlu kiai, ketip, apalagi sesajen, Allah itu sangat dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi manusia" katanya. Alhasil, Dahlan dimusuhi.
Ahmad Dahlan dituduh sebagai kyai Kejawen (padahal kalo nonton film ini, kamu bisa tahu, yang kejawen tuh siapa??) hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah dan lima murid murid setianya Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah.
'hidupi Muhammadiyah, jangan hidup dari Muhammadiyah'
Organisasi Muhammadiyah bertujuan untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadist. Dan Ia ingin mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain.
Begitu banyak rintangan yang dialami Ahmad Dahlan. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. Begitulah seorang Da’i. Pantang surut walau sesaat, pantang henti walau sejenak, hingga kemuliaan terwujud atau syahid didapatkannya.
"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad:7)
Yang menarik lainnya, Kyai kita ini bisa menguasai medan dakwah (lihat adegan di sekolah Belanda) atau menggunakan cara dakwah yang dianggap nyeleneh, bahkan mungkin hingga kini. Misalnya, mengajarkan agama dengan biola, atau memakai perumpamaan agama dengan musik. Teringat dialog yang keren ketika seorang santri bertanya, "AGAMA itu apa kyai?"
Dahlan : *langsung memainkan alat musik* dan bertanya: "Apa yang kamu semua rasakan?"
Santri 1: "keindahan"
Santri 2: "ketentraman"
Santri 3: "semua masalah rasanya hilang..."
Dahlan : "itulah agama, dengan agama, kita dapat merasakan keindahan, ketentraman, dan semua masalah bisa hilang... coba kamu mainkan ini" *nyuruh salah satu santri*
dan alat musik itu dimainkan oleh salah satu santri, sementara yang lain dengan ogah2an mendengar karena nada yang sumbang, malah banyak yang mentertawakannya terang-terangan.
Dahlan : "begitu pula agama, bila tidak dilaksanakan dengan baik, akan menjadi bahan tertawaan karena tidak dilaksanakan dengan benar"
KH. Ahmad Dahlan juga tidak hanya mengajarkan toleransi, tetapi juga koeksistensi alias bekerja sama dengan yang tidak sealiran. Memang harus ada musyarokah dalam berdakwah agar jangkauan dakwah makin luas dan dakwah bisa tetap eksis.
Ehm… kalo dirinci, tradisi/nilai-nilai yang masih dianut disana adalah:
1. Sesajen
Budaya ini emang mengakar. Tapi Darwis/Ahmad Dahlan remaja menyadari bahwa ini tidak benar. Bahkan Darwis sering mencuri sesajen yang disajikan, kemudian dibagikannya makanan tersebut kepada fakir miskin. Orang yang melihat sesajennya hilang justru senang, karena berarti persembahannya telah diterima. Haha… mirip Robin hood.
2. Tidak peduli arah kiblat, asal ikut leluhur
Menurut kiai yang berpengaruh saat itu, "Kiblat bukan masalah arah, tapi kiblat adalah masalah Qalbu. Tuhan itu ada dimana-mana". Dan Ahmad Dahlan menjawab: "kalau arah kiblat tidak masalah, lalu apa gunanya ada Masjidil Haram? Kita hanya perlu mengubah 23 derajat dari arah Utara", sambil menggelar peta dunia yang menunjukkan letak Indonesia dan arah Masjidil Haram. Lalu Kyai Siraj Pakualaman mematahkan argumen Dahlan dengan berkata: "sik, kelihatannya gambar itu dibuat oleh orang KAFIR, saya melihatnya di kantor gubernur, hati-hati dengan orang kafir ya Le, mereka akan mempengaruhi kita terus!".
Hmm.. gak peduli bener salah, mereka keukueh ngikutin leluhur. Bahkan untuk hal ini Mereka gak terima. Malah nuduh Dahlan tuh kafir. Padahal kalo ditanya alasannya kenapa kiblatnya kearah sana, saya yakin mereka bakal jawab, “emang udah dari sononya” :)
3. Yasinan
Emang udah ada dari dulu ternyata yasinan ini. Padahal kan semua surat dalam Al-Quran tuh bagus buat dibaca. Jadi jangan Cuma baca yasin aja. Trus juga kalo jum’at tuh justru lebih bagus baca surat Al-Kahfi. Bukan Yasin…
4. Tahlilan
KH. Ahmad Dahlan juga memprotes tradisi ini. Menurut beliau, Allah tuh memerintahkan zikir dan doa bukan tahlil. Itu juga tidak diperintahkan untuk dilakukan bareng-bareng. Sendiri aja, asal ada keikhlasan hati. Dan tidak perlu pake suara keras yang bisa mengganggu tentangga dan sekitarnya. Wong Allah tuh maha pendengar, gak perlu pake suara keras. Bisikan dalam hati kita juga bisa didengar Allah…
5. Pesta pernikahan harus
Gak perlu maksain ada pesta yang meriah kalo memang gak ada uang. Yang penting syarat-syarat sah nikahnya terpenuhi. Seperti ada wali, saksi, mahar, dan calon pengantin pastinya.. intinya mah yang penting akad nikahnya tuh sah, setelah itu baru diberitahu ke tetangga atau orang sekitar agar tak terjadi fitnah.
6. Anti-pakaian necis untuk berdakwah
Saat itu, yang namanya da’i/ustadz pasti kesannya berpakaian seadanya, bau, kakinya lebar, gak pake sepatu. Pokoknya gak indah deh (apa karena keasyikan ibadah kali ya? Sampe lupa ngurus diri). Nah KH. Ahmad Dahlan merubah paradigm itu, saat ia akan mengajar agama di sekolah belanda, ia tampil necis, rapih, wangi… pokoknya jauh dari kesan tadi dah. Tapi efeknya masyarakat malah menyebut ia kafir, karena berbusana mirip kompeni/ orang kafir…
7. Pendidikan tidak merakyat
Pendidikan hanya untuk kalangan priyayi dan orang-orang kaya saja. Padahal setiap anak tuh berhak mendapatkan pendidikan. Minimal pendidikan agama Islam agar menjadi manusia yang bisa menjalankan amanahnya sebagai manusia ciptaan Allah. Maka itu KH. Ahmad Dahlan bela-belain nyari anak dari orang-orang gak mampu, kemuaian ia mandikan, diberi makan dan diajarkan pengetahuan umum dan agama, dan semuanya gratis! bener-bener pendidik sejati!
8. Memakai peralatan orang kafir = kafir
Nah ini juga masih kebawa-bawa budaya konservatif. Mereka berfikiran bahwa yang belajarnya duduk di kursi tuh kafir, karena buatan orang kafir, budaya orang kafir. Jadi pas Ahmad Dahlan mendirikan sekolah dengan bangku-bangku dan meja di dalamnya, langsung deh dianggap sekolah kafir. Aneh banget emang. Padahal ada seorang kiai yang memprotes tapi justru beliau menggunakan kereta api untuk berpergian, Kiai tsb ditanya oleh Dahlan:
"naik apa kyai dari Magelang ke Yogya?" sambil tertawa ia berkata lagi: "hanya orang bodoh, yang berjalan kaki dari Magelang ke Yogya, ya saya naik kereeeeetaaa..."
Sambil tersenyum tenang Dahlan menyahut: "kalau begitu, hanya orang bodoh yang menyebut sekolah ini sekolah kafir, karena kereta dibuat oleh orang kafir..." haha..
9. Masih ‘parno’ dengan organisasi
Saya bisa memahami betapa Boedi Oetomo sangat penting dalam mencerahkan pemikiran kebangsaan sang kiai, bahkan sampai bertemu dan berdiskusi dengan Dr Wahidin Sudirohusodo.
Menurut masyarakat saat itu, berjuang sendiri sudah cukup, tidak perlu terorganisir. Maka mereka masih anti dengan namanya Budi Utomo. Bahkan Dahlan ditakutkan akan menjadi Islam Kejawen akibat hubungannya dengan organisasi yang didominasi oleh Jawa Ningrat itu.
Padahal kan kita butuh wasilah/wadah untuk berjuang. Gak akan bisa sebatang lidi membersihkan halaman yang kotor. Kebaikan akan mudah dilakukan bersama-sama, terorganisir, dengan visi misi yang jelas. Maka itu KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, yang artinya pengikut Muhammad SAW.
10. Antara dakwah dan keluarga
Segala yang terjadi pada anak pastilah berimbas ke orang tua dan keluarganya. Disinilah keluarga Dahlan marah padanya karena Dahlan telah dianggap kafir. Beliau dianggap telah mencemarkan nama baik keluarga. Dan atas nama keutuhan keluarga, Dahlan diminta untuk meninggalkan ajaran dan keyakinannya. Hmm… memang keluarga tuh obyek dakwah yang paling berat...
"Kita harus punya prinsip, tapi jangan fanatik. Karena fanatik adalah ciri orang bodoh".
Segitu point-point yang saya inget. Maklum nontonnya kemaren. Mudah-mudahan gak melenceng. Kalo kekurangan pasti ada, maka dari itu yang udah nonton, silakan dilengkapi ^^
Dan satu point yang saya garis bawahi adalah, dalam film ini ternyata masyarakat saat itu MUDAH SEKALI MENGKAFIRKAN ORANG. Padahal hal ini sangat berbahaya, didasari kaidah, “Siapa yang telah tetap keislamannya dengan keyakinan, maka tidak akan hilang dengan sekedar keraguan. Yakni barangsiapa telah diketahui dengan yakin bahwa dia seorang muslim maka tidak hilang sifat islam itu hanya sekedar keraguan.”
Oleh karena itu Ahlussunnah sangat hati-hati dalam mengkafirkan seorang muslim, karena mengkafirkan seorang muslim sangat berbahaya akibatnya, baik bagi yang di uduh atau si penuduh. Seseorang hendaknya tidak masuk dalam perkara ini kecuali dengan dalil dan bukti yang jelas, dan selama masih ada jalan untuk menghindari perkara ini maka harus ditempuh, karena pengkafiran seorang muslim ini merupakan pintu yang sangat berbahaya dan tidak semua orang boleh memasukinya.
Tentang pengkafiran (takfir) terhadap seorang muslim Rasulullah telah memperingatkan hal ini, beliau bersabda, “Siapa saja seseorang yang mengatakan kepada saudaranya, “hai kafir” maka julukan itu akan kembali kepada salah seorang dari keduanya. Jika orang yang dituduh itu benar, maka sesuai dengan apa yang dituduhkan, tapi jika tidak, maka tuduhan itu akan kembali kepada yang melemparkannya.” (HR. Muslim). Di dalam hadits yang lain Rasulullah juga bersabda, “Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan atau kekafiran, kecuali akan kembali kepada si penuduh jika orang yang dijuluki itu tidak demikian keadaannya.” (HR. Bukhori)
Karena pengkafiran ini adalah hukum syar’i yang konsekuensinya adalah halalnya darah seseorang yang tadinya telah nampak keislaman karena dua kalimat syahadat, sebagaimana Rosululloh juga bersabda, “Barangsiapa telah menukar/merubah agamanya maka bunuhlah ia.“ (HR. Bukhori). Jadi seorang muslim yang murtad (meninggalkan Islam) maka halah untuk dibunuh menurut syari’at Islam. Dan bukan hanya ini saja, ada konsekuensi-konsekuensi lain yang harus ditegakkan setelah seseorang itu jelas-jelas dikafirkan. Makanya janganlah sembarangan mengkafirkan orang. Wallahu’alam.
“Islam datang dalam keadaan terasing dan akan kembali dalam keadaan terasing,maka bergembiralah orang-orang yang terasing…”
‘Sang Pencerah' adalah sebuah film sejarah yang dibuat dengan layak dan menjadikan sejarah sebagai pelajaran di masa kini. Mengutip sejarahwan Kuntowijoyo: sejarah itu seperti spiral, dia akan terus berulang tetapi selalu maju ke depan. Misalnya: toleransi, koeksistensi, kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan yang kurang. Bener-bener film yang wajib tonton saat liburan Lebaran.
Saya jadi berfikir untuk mendokumentasikan film-film yang bagus dan mendidik untuk aset ke depannya, untuk anak cucu kelak. agar mereka juga bisa mengambil pelajaran dari film-film ini. karena saya tidak tahu suguhan apa (film, hiburan, etc) yang nanti akan muncul di masa anak cucu kita. Masihkah ada hiburan yang bernilai edukatif, Islami, penuh dengan nilai-nilai moral??
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca), sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Siti Walidah juga telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria. Memang, di balik laki-laki yang hebat pasti ada perempuan-perempuan yang hebat (Ibunya dan istrinya). Dalam usianya yang baru 21 tahun, pemuda Ahmad Dahlan telah membuat perubahan besar meski untuk itu menimbulkan keguncangan di kalangan santri dan ulama lain.
Beliau mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah sesuai arah kompas di Masjid Besar Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai fanatik, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo). Masyarakat yang sulit dirubah… terlalu fanatik dengan keyakinan yang sebenarnya mereka tidak tahu kebenarannya. Disini terlihat kelihaian. Ahmad Dahlan dalam menggunakan ilmu falak, kompas, dan peta dunia. Saat itu peta adalah bikinan orang non-Islam, sehingga mereka tidak percaya dengan penjelasan KH. Ahmad dahlan. Bahkan beliau dituduh kafir. Langgar kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjamaah dan mengajar mengaji, bahkan sempat hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat.
Bukan sekali ini Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) membuat para kyai naik darah. Dalam khotbah pertamanya sebagai khatib, dia menyindir kebiasaan penduduk di kampungnya, Kampung Kauman, Yogyakarta. "Dalam berdoa itu cuma ikhlas dan sabar yang dibutuhkan, tak perlu kiai, ketip, apalagi sesajen, Allah itu sangat dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi manusia" katanya. Alhasil, Dahlan dimusuhi.
Ahmad Dahlan dituduh sebagai kyai Kejawen (padahal kalo nonton film ini, kamu bisa tahu, yang kejawen tuh siapa??) hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah dan lima murid murid setianya Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah.
'hidupi Muhammadiyah, jangan hidup dari Muhammadiyah'
Organisasi Muhammadiyah bertujuan untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadist. Dan Ia ingin mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain.
Begitu banyak rintangan yang dialami Ahmad Dahlan. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. Begitulah seorang Da’i. Pantang surut walau sesaat, pantang henti walau sejenak, hingga kemuliaan terwujud atau syahid didapatkannya.
"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad:7)
Yang menarik lainnya, Kyai kita ini bisa menguasai medan dakwah (lihat adegan di sekolah Belanda) atau menggunakan cara dakwah yang dianggap nyeleneh, bahkan mungkin hingga kini. Misalnya, mengajarkan agama dengan biola, atau memakai perumpamaan agama dengan musik. Teringat dialog yang keren ketika seorang santri bertanya, "AGAMA itu apa kyai?"
Dahlan : *langsung memainkan alat musik* dan bertanya: "Apa yang kamu semua rasakan?"
Santri 1: "keindahan"
Santri 2: "ketentraman"
Santri 3: "semua masalah rasanya hilang..."
Dahlan : "itulah agama, dengan agama, kita dapat merasakan keindahan, ketentraman, dan semua masalah bisa hilang... coba kamu mainkan ini" *nyuruh salah satu santri*
dan alat musik itu dimainkan oleh salah satu santri, sementara yang lain dengan ogah2an mendengar karena nada yang sumbang, malah banyak yang mentertawakannya terang-terangan.
Dahlan : "begitu pula agama, bila tidak dilaksanakan dengan baik, akan menjadi bahan tertawaan karena tidak dilaksanakan dengan benar"
KH. Ahmad Dahlan juga tidak hanya mengajarkan toleransi, tetapi juga koeksistensi alias bekerja sama dengan yang tidak sealiran. Memang harus ada musyarokah dalam berdakwah agar jangkauan dakwah makin luas dan dakwah bisa tetap eksis.
Ehm… kalo dirinci, tradisi/nilai-nilai yang masih dianut disana adalah:
1. Sesajen
Budaya ini emang mengakar. Tapi Darwis/Ahmad Dahlan remaja menyadari bahwa ini tidak benar. Bahkan Darwis sering mencuri sesajen yang disajikan, kemudian dibagikannya makanan tersebut kepada fakir miskin. Orang yang melihat sesajennya hilang justru senang, karena berarti persembahannya telah diterima. Haha… mirip Robin hood.
2. Tidak peduli arah kiblat, asal ikut leluhur
Menurut kiai yang berpengaruh saat itu, "Kiblat bukan masalah arah, tapi kiblat adalah masalah Qalbu. Tuhan itu ada dimana-mana". Dan Ahmad Dahlan menjawab: "kalau arah kiblat tidak masalah, lalu apa gunanya ada Masjidil Haram? Kita hanya perlu mengubah 23 derajat dari arah Utara", sambil menggelar peta dunia yang menunjukkan letak Indonesia dan arah Masjidil Haram. Lalu Kyai Siraj Pakualaman mematahkan argumen Dahlan dengan berkata: "sik, kelihatannya gambar itu dibuat oleh orang KAFIR, saya melihatnya di kantor gubernur, hati-hati dengan orang kafir ya Le, mereka akan mempengaruhi kita terus!".
Hmm.. gak peduli bener salah, mereka keukueh ngikutin leluhur. Bahkan untuk hal ini Mereka gak terima. Malah nuduh Dahlan tuh kafir. Padahal kalo ditanya alasannya kenapa kiblatnya kearah sana, saya yakin mereka bakal jawab, “emang udah dari sononya” :)
3. Yasinan
Emang udah ada dari dulu ternyata yasinan ini. Padahal kan semua surat dalam Al-Quran tuh bagus buat dibaca. Jadi jangan Cuma baca yasin aja. Trus juga kalo jum’at tuh justru lebih bagus baca surat Al-Kahfi. Bukan Yasin…
4. Tahlilan
KH. Ahmad Dahlan juga memprotes tradisi ini. Menurut beliau, Allah tuh memerintahkan zikir dan doa bukan tahlil. Itu juga tidak diperintahkan untuk dilakukan bareng-bareng. Sendiri aja, asal ada keikhlasan hati. Dan tidak perlu pake suara keras yang bisa mengganggu tentangga dan sekitarnya. Wong Allah tuh maha pendengar, gak perlu pake suara keras. Bisikan dalam hati kita juga bisa didengar Allah…
5. Pesta pernikahan harus
Gak perlu maksain ada pesta yang meriah kalo memang gak ada uang. Yang penting syarat-syarat sah nikahnya terpenuhi. Seperti ada wali, saksi, mahar, dan calon pengantin pastinya.. intinya mah yang penting akad nikahnya tuh sah, setelah itu baru diberitahu ke tetangga atau orang sekitar agar tak terjadi fitnah.
6. Anti-pakaian necis untuk berdakwah
Saat itu, yang namanya da’i/ustadz pasti kesannya berpakaian seadanya, bau, kakinya lebar, gak pake sepatu. Pokoknya gak indah deh (apa karena keasyikan ibadah kali ya? Sampe lupa ngurus diri). Nah KH. Ahmad Dahlan merubah paradigm itu, saat ia akan mengajar agama di sekolah belanda, ia tampil necis, rapih, wangi… pokoknya jauh dari kesan tadi dah. Tapi efeknya masyarakat malah menyebut ia kafir, karena berbusana mirip kompeni/ orang kafir…
7. Pendidikan tidak merakyat
Pendidikan hanya untuk kalangan priyayi dan orang-orang kaya saja. Padahal setiap anak tuh berhak mendapatkan pendidikan. Minimal pendidikan agama Islam agar menjadi manusia yang bisa menjalankan amanahnya sebagai manusia ciptaan Allah. Maka itu KH. Ahmad Dahlan bela-belain nyari anak dari orang-orang gak mampu, kemuaian ia mandikan, diberi makan dan diajarkan pengetahuan umum dan agama, dan semuanya gratis! bener-bener pendidik sejati!
8. Memakai peralatan orang kafir = kafir
Nah ini juga masih kebawa-bawa budaya konservatif. Mereka berfikiran bahwa yang belajarnya duduk di kursi tuh kafir, karena buatan orang kafir, budaya orang kafir. Jadi pas Ahmad Dahlan mendirikan sekolah dengan bangku-bangku dan meja di dalamnya, langsung deh dianggap sekolah kafir. Aneh banget emang. Padahal ada seorang kiai yang memprotes tapi justru beliau menggunakan kereta api untuk berpergian, Kiai tsb ditanya oleh Dahlan:
"naik apa kyai dari Magelang ke Yogya?" sambil tertawa ia berkata lagi: "hanya orang bodoh, yang berjalan kaki dari Magelang ke Yogya, ya saya naik kereeeeetaaa..."
Sambil tersenyum tenang Dahlan menyahut: "kalau begitu, hanya orang bodoh yang menyebut sekolah ini sekolah kafir, karena kereta dibuat oleh orang kafir..." haha..
9. Masih ‘parno’ dengan organisasi
Saya bisa memahami betapa Boedi Oetomo sangat penting dalam mencerahkan pemikiran kebangsaan sang kiai, bahkan sampai bertemu dan berdiskusi dengan Dr Wahidin Sudirohusodo.
Menurut masyarakat saat itu, berjuang sendiri sudah cukup, tidak perlu terorganisir. Maka mereka masih anti dengan namanya Budi Utomo. Bahkan Dahlan ditakutkan akan menjadi Islam Kejawen akibat hubungannya dengan organisasi yang didominasi oleh Jawa Ningrat itu.
Padahal kan kita butuh wasilah/wadah untuk berjuang. Gak akan bisa sebatang lidi membersihkan halaman yang kotor. Kebaikan akan mudah dilakukan bersama-sama, terorganisir, dengan visi misi yang jelas. Maka itu KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, yang artinya pengikut Muhammad SAW.
10. Antara dakwah dan keluarga
Segala yang terjadi pada anak pastilah berimbas ke orang tua dan keluarganya. Disinilah keluarga Dahlan marah padanya karena Dahlan telah dianggap kafir. Beliau dianggap telah mencemarkan nama baik keluarga. Dan atas nama keutuhan keluarga, Dahlan diminta untuk meninggalkan ajaran dan keyakinannya. Hmm… memang keluarga tuh obyek dakwah yang paling berat...
"Kita harus punya prinsip, tapi jangan fanatik. Karena fanatik adalah ciri orang bodoh".
Segitu point-point yang saya inget. Maklum nontonnya kemaren. Mudah-mudahan gak melenceng. Kalo kekurangan pasti ada, maka dari itu yang udah nonton, silakan dilengkapi ^^
Dan satu point yang saya garis bawahi adalah, dalam film ini ternyata masyarakat saat itu MUDAH SEKALI MENGKAFIRKAN ORANG. Padahal hal ini sangat berbahaya, didasari kaidah, “Siapa yang telah tetap keislamannya dengan keyakinan, maka tidak akan hilang dengan sekedar keraguan. Yakni barangsiapa telah diketahui dengan yakin bahwa dia seorang muslim maka tidak hilang sifat islam itu hanya sekedar keraguan.”
Oleh karena itu Ahlussunnah sangat hati-hati dalam mengkafirkan seorang muslim, karena mengkafirkan seorang muslim sangat berbahaya akibatnya, baik bagi yang di uduh atau si penuduh. Seseorang hendaknya tidak masuk dalam perkara ini kecuali dengan dalil dan bukti yang jelas, dan selama masih ada jalan untuk menghindari perkara ini maka harus ditempuh, karena pengkafiran seorang muslim ini merupakan pintu yang sangat berbahaya dan tidak semua orang boleh memasukinya.
Tentang pengkafiran (takfir) terhadap seorang muslim Rasulullah telah memperingatkan hal ini, beliau bersabda, “Siapa saja seseorang yang mengatakan kepada saudaranya, “hai kafir” maka julukan itu akan kembali kepada salah seorang dari keduanya. Jika orang yang dituduh itu benar, maka sesuai dengan apa yang dituduhkan, tapi jika tidak, maka tuduhan itu akan kembali kepada yang melemparkannya.” (HR. Muslim). Di dalam hadits yang lain Rasulullah juga bersabda, “Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan atau kekafiran, kecuali akan kembali kepada si penuduh jika orang yang dijuluki itu tidak demikian keadaannya.” (HR. Bukhori)
Karena pengkafiran ini adalah hukum syar’i yang konsekuensinya adalah halalnya darah seseorang yang tadinya telah nampak keislaman karena dua kalimat syahadat, sebagaimana Rosululloh juga bersabda, “Barangsiapa telah menukar/merubah agamanya maka bunuhlah ia.“ (HR. Bukhori). Jadi seorang muslim yang murtad (meninggalkan Islam) maka halah untuk dibunuh menurut syari’at Islam. Dan bukan hanya ini saja, ada konsekuensi-konsekuensi lain yang harus ditegakkan setelah seseorang itu jelas-jelas dikafirkan. Makanya janganlah sembarangan mengkafirkan orang. Wallahu’alam.
“Islam datang dalam keadaan terasing dan akan kembali dalam keadaan terasing,maka bergembiralah orang-orang yang terasing…”
‘Sang Pencerah' adalah sebuah film sejarah yang dibuat dengan layak dan menjadikan sejarah sebagai pelajaran di masa kini. Mengutip sejarahwan Kuntowijoyo: sejarah itu seperti spiral, dia akan terus berulang tetapi selalu maju ke depan. Misalnya: toleransi, koeksistensi, kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan yang kurang. Bener-bener film yang wajib tonton saat liburan Lebaran.
Saya jadi berfikir untuk mendokumentasikan film-film yang bagus dan mendidik untuk aset ke depannya, untuk anak cucu kelak. agar mereka juga bisa mengambil pelajaran dari film-film ini. karena saya tidak tahu suguhan apa (film, hiburan, etc) yang nanti akan muncul di masa anak cucu kita. Masihkah ada hiburan yang bernilai edukatif, Islami, penuh dengan nilai-nilai moral??
resensinya bagussssss
ReplyDeletewuih
ReplyDeletedahsyat
saya awalnya juga bukan sufi (suka film) jadi pengen nonton kak..
brarti masyarakat kita tidak jauh beda
dgn jaman dulu ya kak
hal2 yg disebutkan diatas
masih banyak yg melakukannya sampai sekarang
miris...
(lagi-lagi)
makasih buat semangatnya kak...
btw. desember ini mau ada kopdar akhwat multiply
ke pulau untung jawa
kalau berminat hubungi aq aja kak :)
Terimakasih atas resensinya, saya jadi penasaran mau nonton filmnya nih
ReplyDeleteAku ga baca semuanya hehe
ReplyDeleteJadi pengen nonton..beli ah kalo udah ada :D
makasih...
ReplyDeletetapi pasti masih banyak kekurangan :)
yup, persis kata Kuntowijoyo: sejarah itu seperti spiral, dia akan terus berulang tetapi selalu maju ke depan.
ReplyDeletesama2, semoga bermanfaat ^^
wah iya, tertarik nih. ditunggu info selanjutnya ^^
sama-sama...
ReplyDeletenonton aja, bagus kok ^^
malah kalo kata temen saya mah film paling bagus yg dibuat Hanung Bramantyo.
nonton aja chan sekarang-sekarang. nunggu DVD nya keluar kayaknya masih lama sih... #sama-samanungguin hihi...
ReplyDeletewaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh, keren yaaa filmnya .
ReplyDeleteoke deh, mudah2an ada kesempatan buat nonton :D
iyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, emang keren banget.
ReplyDeleteRugi lho gak nonton... kalo gakbisa nonton sekarang2, beli DVD nya aja. Tapi nanti paling keluarnya, harus sabar nunggu, kecuali bajakannya :D
keren Li. terus lah menambah resensi film bagus yup.
ReplyDeletehaha... ntar kalo kebetulan nonton lagi soalnya aku kan bukan sufi :p
ReplyDeleteLiaaaaa....ajak aq nonton (lg). btw... mslh keterasingan Islam, yg jelas, banggalah denga "asing-nya' dirimu dibanding kebanyakan manusia, dari sanalah kau akan mudah dikenali.
ReplyDeletesiip.. siip.. ^^
ReplyDeleteayo boleh nonton lagi, cuma butuh tiket gratis aja dari mba nuning :D
mantap banget resensinyaaaaaaaaaa
ReplyDeletethanks mba :D
ReplyDelete