Saya semakin menyadari makna hari ini.
Takziah ke orang yang meninggal kemarin menegaskan kembali bahwa sesungguhnya tidak ada yang kita miliki di dunia ini. Dia memang memiliki harta yang banyak tapi itu sampai hari sebelum kematiannya. Pada saat ia meninggal, toh dia tidak memiliki hartanya itu. Hartanya tidak bisa menemaninya menjalani alam barzah.
Takziah ke orang yang meninggal kemarin menegaskan kembali bahwa sesungguhnya tidak ada yang kita miliki di dunia ini. Dia memang memiliki harta yang banyak tapi itu sampai hari sebelum kematiannya. Pada saat ia meninggal, toh dia tidak memiliki hartanya itu. Hartanya tidak bisa menemaninya menjalani alam barzah.
Saya juga teringat kepada seorang saudara. Di satu masa ia adalah orang yang tidak punya harta. Bahkan untuk membeli sekeping cd windows bajakan ia harus berhutang, karena tidak punya cukup uang. Atas takdir Allah, dia berhasil menjadi pegawai negeri sipil di kementerian yang mendapat remunerasi. Dan dalam waktu yang sangat cepat, hidupnya meningkat drastis. Taraf hidupnya berada di atas rata-rata.
Ada juga sang pengusaha kaya raya, tapi dalam beberapa detik hidupnya berubah. Ia kalah di pasar saham dan kekayaannya pudar cepat.
Harta itu mudah sekali didapatkan. Juga mudah sekali dihilangkan (oleh sang maha pemberi harta). Bahkan jika Dia berkehendak, kun fayakun! Maka jadilah seseorang itu kaya atau miskin. Maka harta tidak patut dibanggakan.
Jadi sebenarnya yang membedakan orang kaya, orang miskin, dan orang sederhana adalah saat ini, hari ini. Oke, kemarin ia punya harta, tapi itu kemarin, ga bisa diputer ulang... besok belum tentu. Bisa saja hartanya musnah dalam sekejap atau ia meninggal dunia. Jadi cuma hari ini *yang pasti* ia berkesempatan punya harta. Dan orang miskin berkesempatan tidak memiliki harta. Besok belum tentu kan? Buat apa sombong atau iri? So, nikmatilah dan syukurilah hari ini... karena cuma hari ini... :)
Tulisan #29 @30Haribercerita
No comments:
Post a Comment