"Setiap orang meninggal pada aktivitas yang dicintainya." begitu kata Mba Hen, teman kantorku, saat kami berbincang-bincang tentang (alm.) Prof. Widjajono Partowidagdo. Wakil menteri ESDM itu meninggal saat mendaki Gunung Tambora. Meski profesor, tapi juga hobi mendaki... dan tetap terus mendaki walau sudah jadi ajudan Presiden. Bagi saya itu adalah hal yang luar biasa, dimana kesibukan tidak akan membendung hal-hal yang dicintai. Itulah yang memulai percakapan kami pagi ini.
Meski pernyataan teman saya tadi tidak terjadi pada semua orang, tapi saya bisa menemukannya pada banyak orang. Misalnya pada (alm) mertua Mba Hen yang rajin shalat, meninggal saat sujud shalat. Lalu (alm) Ustadzah Yoyoh Yusroh yang semangat dakwahnya selalu membara, meninggal saat perjalanan menuju dakwah rutinannya. Juga banyak orang yang gemar mabuk-mabukan meninggal karena overdosis, dan banyak lagi contoh-contoh lain.
Meninggal pada saat mengerjakan aktivitas yang dicintainya. Kalimat itu yang masih terngiang dalam kepala saya. Sungguh, kalimat itu yang membuat saya kembali bertanya pada diri saya,
Apakah aktivitas di dunia ini yang paling saya cintai lebih dari aktivitas2 lainnya?
Apakah aktivitas tersebut patut dibanggakan di hadapan-Nya kelak?
Siapkah jika nanti saya menghadap-Nya saat melakukan aktivitas tersebut?
dan pertanyaan-pertanyaan lain yang (mungkin) hanya saya sendiri (harus) mampu menjawabnya.
Kematian itu pasti datang. Tidak tahu kapan takdir terbut akan menghampiri kita. Tua muda bukan jaminan tuk pergi lebih dulu, bahkan juga yang sehat atau yang sakit. Semua itu telah dituliskan Allah dalam Lauhul Mahfuz, jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia ini. Tapi Allah selalu memberikan pilihan kepada kita untuk memilih jalan menuju kematian. Tinggal manusia yang memilih, meninggal dalam keadaan baik dan terhormat atau meninggal dalam keadaan nista. Pilihan tersebut ada pada tiap diri, dan ia akan mendapatkan ganjaran atas pilihannya.
Pelajaran bagi saya pribadi, mulai sekarang harus lebih serius lagi untuk memperbaiki diri, juga sesama. Konsisten menjalankan program-program tarbiyah dzatiah maupun tarbiyah amaliyah yang telah diprogramkan diri. Cerdas, karena itu hidup yang hanya sekali ini harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan akhirat.
Memegang erat kembali kata-kata Abdullah bin Mas'ud r.a: Biasakan diri berbuat baik, karena untuk kontinu berbuat baik butuh pembiasaan... Semoga jika saatnya tiba untuk menghadap Allah, adalah pada saat iman terbaik kita, pada saat kita melakukan aktivitas yang membanggakan di sisi Allah... aamiin...
aamiiiinnnn :) semoga kita mencintai aktivitas yang diridhoi olehNYA
ReplyDelete