Friday, 15 July 2011

Thanks Riedl, you're the best coach for Garuda!


Masih mencoba mengerti... Mungkin juga prihatin.. atau juga merasa malu...

Inilah yang membuat saya tidak habis pikir tentang political decision di negeri ini yang tidak memilih, Bahkan dalam organisasi sport sekalipun, yg seharusnya memacu kita tuk berfikir lebih sportif.

Sayangnya tidak pernah berubah, kegiatan teknis selalu direpotkan dg kegiatan non teknis.

Beberapa hari lalu, tepatnya tgl 13 Juli 2011, di saat masyarakat Indonesia sudah mulai terlihat tenang dengan gejolak persepakbolaan yg selama ini terjadi, tiba-tiba dikejutkan dengan pemecatan pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl oleh ketua PSSI yg baru. Saya memang bukan sapa-siapa. Bukan pemain bola, bukan anak didik Riedl, juga bukan orang yang kenal atau pernah berkomunikasi dengan Riedl. Menjadi supportertimnas secara langsung pun saya belum pernah. Saya hanya penonton dalam beberapa pertandingan timnas saat AFF 2010, yang mulai melihat adanya harapan bagi persepakbolaan Indonesia saat itu.


Alfred Riedl yang membimbing timnas untuk tampil cukup baik, hingga mecapai kemenangan 7 kali dari 9 pertandingan. Yang sangat luar biasa mengantarkan Indonesia menjadi runner up  AFF 2010. Sebuah pemenuhan target yang dibebankan PSSI pada timnas saat itu, hal itu membuat antusiasme masyarakat yg sangat luar biasa kepada timnas karena dapat memenuhi harapan masyarakat, meski tidak menjadi juara 1.

Alfred Riedl yang berani melakukan perombakan besar-besaran pada tubuh timnas. Mengganti nama-nama yg selama ini menjadi backbone tim nasional seperti Ponaryo Astaman, Charis Yulianto, Ismed Sofyan, dkk dan memberi kesempatan kepada wajah-wajah baru lebih muda dan segar.

Alfred Riedl yang berani mencoret nama striker no.1 di Indonesia Boaz Sallosa  dari timnas dengan alasan indisipliner, juga mencopot ban kapten Bambang Pamungkas (BePe) dan menyerahkannya kepada Firman Utina, serta mendudukkan BePe tersebut di bangku cadangan karena alasan kalah bersaing dengan striker yg lain.

Alfred telah berlaku fair  dan objektif dalam menilai kemampuan setiap pemain tim nasional.. Beliau lah yang membangun mental timnas menjadi lebih baik. Juga mengalirkan darah kedisiplinan pada tiap pemain.

Satu hal yg  penting, Alfred berani mengambil keputusan-keputusan penting  untuk melakukan regenerasi  dan menjaga kesinambungan tim yg selama ini terasa mandek di dalam tubuh timnas. Rasanya saya tidak dapat menemukan alasan yg layak dalam mendasari pemecatan Riedl..

Entahlah, kalaupun benar yang dibilang media, bahwa Riedl dipecat karena kontraknya hanya bersifat pribadi. Apakah senekat itu seorang pelatih berpengalaman sepertinya dalam menandatangani kontrak? Melihat dalam hitungan jari timnas Indonesia akan bertempur melawan Turkmenistan, apakah tepat mengganti Riedl saat ini? Jika memang kontraknya benar bersifat pribadi, mengapa tidak dibuatlagi saja resminya? toh seperti yang saya bilang, selama ini Riedl menjalankan tugasnya dengan baik.

Jika memang Riedl dipecat karena tidak memasukkan pemain2 LPI ke dalam timnas, apakah itu salahnya? setau saya seorang bawahan harus menuruti perintah atasan sesuai dengan peraturan saat itu. Bukankah saat itu LPI masih belum bisa masuk PSSI, dan Riedl yang tidak berkepentingan dalam pertarungan politik (baca: orang teknis) itu hanya bisa menuruti apa yang diperintahkan atasannya.

Sampai saat ini mungkin masyarakat masih mereka-reka apa yang terjadi. Ditambah sikap PSSI yang mulai melunak dengan mengatakan akan memenuhi hak-hak Riedl dan ada kemungkinan akan mengembalikan posisi Riedl sebagai kepala pelatih jika kontraknya benar2 resmi dengan PSSI. Mengapa harus mengadili orang setelah memenggalnya? inikah yang dinamakan organisasi yang sportif dan berpendidikan? haruskah mengambil keputusan dulu sebelum mencari fakta? Saya pribadi (sbg org indonesia) merasa malu berat.. Beginikah etika para pejabat pssi dalam mengganti pelatih?

Ditambah lagi tidak ada pemberitahuan langsung kepada Alfred Riedl. Bahkan beliau tahu berita pemecatannya dari televisi! Sebegitu sulitkah untuk bertemu atau menemuinya? Meski dalam dunia sepakbola profesional, pergantian pelatih secara mendadak adalah sesuatu yg sangat wajar. Tapi saya rasa, bukan seperti ini cara yang baik. Ini sungguh tidah adil bagi seorang Alfred Riedl

Miris.. Meski saya bukan Riedl, tapi rasa sakit bisa terasa.
Meski Riedl dapat menerima ini, tapi ia berhak mendapat perlakuan yg lebih baik.

Buat tim Garuda, siapapun pelatihnya, tetaplah berjuang sepenuh hati untuk Indonesia..
Semoga bisa memberikan kabar baik dalam pertandingan kualifikasi piala dunia beberapa hari kedepan..
Tetap semangat, karena rakyat Indonesia selalu mendukungmu.
Seperti yang disampaikan Alfred Riedl kepada Bambang Pemungkas :


"Terima kasih Bambang atas dukungannya, sampaikan salam saya untuk seluruh pemain. Kita semua adalah orang-orang profesional, dan hal semacam ini dapat terjadi kapan saja. Pesan saya kepada kalian semua, siapapun pelatihnya, staff pelatihnya dan pengurusnya, kalian semua harus tetap mempunyai komitmen dan kerja keras yg sama. Karena pelatih, staff pelatih dan pengurus PSSI dapat berganti kapan saja, akan terapi warna jersey dan emblem tim nasional tidak akan pernah berubah. Dan kalian semua harus tetap berjuang dengan gigih untuk Merah-Putih, Lambang Garuda dan juga seluruh rakyat Indonesia yg selama ini mendukung kalian" (sumber)

Thank you Alfred Riedl.. No one can replace you in our heart..
Good luck...

2 comments: